Hanya Mereka yang Sabar...
Oleh : Ahmad Rohmadi
Minggu | 10-01-2016 | 08:00 WIB
IMG_20160109_115708.jpg
Soni Harsono, sang pencatat meteran air. (Foto: Ahmad Rohmadi)

HANYA mereka yang sabar yang bertahan di pekerjaan ini. Jika stok kesebaran Anda terbatas, apalagi masuk dalam katagori "sumbu pendek" alias emosi mudah meledak. Sebaiknya, jauhi pekerjaan ini. Pencatat meter air. Seberapa sabarkah? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Ahmad Rohmadi. 


Terik panas matahari tak pernah berhasil melelehkan semangatnya. Langkah kakinya terus bergerak urut ke setiap rumah. Petugas meteran PT. Adhya Tirta Batam (ATB) itu berangkat dari rumah hanya untuk satu motivasi, memberi pelayanan terbaik bagi pelangannya. 

Rutin, sebulan sekali mereka menemui pelanggannya dari rumah satu ke rumah lainnya. Kehadiran para petugas pencatat mereran air itu tentu saja tiada lain untuk mengecek jumlah konsumsi air bersih para konsumen. 

Kelihatannya sangat mudah dan sederhana memang, hanya mencatat sebuah meteran air yang sudah terpasang hampir di rumah warga Batam. Bagi yang melihatnya pun mungkin menganggap pekerjaan sebagai pencatatat meter itu tidak ada tantangan sama sekali, toh dari bulan ke bulan hanya itu yang dilakukan.

Tapi coba dengar pengalaman seorang petugas pencatat meter PT. ATB, Soni Harsono. Mereka yang tidak merasakan langsung pekerjaan ini memang akan selalu beranggapan itu. Sebelum dirinya bekerja sebagai pencatat meter pun ia juga beranggapan sama.

Namun, di balik itu, seorang pencatat meteran dituntut harus mempunyai kesabaran yang ekstra. Karena apa pun masalah yang ditemui di lapangan harus tetap memberikan senyuman terbaiknya bagi pelanggan.

"Jadi kalau orangnya tidak sabar, terus apalagi gampang tersinggung tidak akan bisa jalani pekerjaan ini," kata Soni saat berbincang dengan BATAMTODAY.COM, Jumat (9/1/2016) lalu.

Kenapa harus ekstra sabar? Pertanyaan itu langsung ditanggapinya bahwa pencatat meter ia ibaratkan sebagai ujung tombak di mana segala sesuatu keluhan masyarakat atau pelanggan pencatat meter lah yang pertama menerima keluhan itu.

Dan keluhan pelanggan itu, katanya tak jarang berujung pada kemarahan dan makian pelanggan kepada petugas, ketika saat dijelaskan namun pelanggan tidak bisa terima. Namun seperti halnya pedagang bahwa pembeli adalah raja begitu juga sama halnya bahwa pelanggan adalah raja yang harus tetap dilayanai dengan baik.

"Sudah tidak terhitung lagi kalau dimarahi atau dimaki pelanggan. Biasanya terjadi jika ada tagihan yang bengkak, pasti itu marahnya ke kita. Yang dituduh salah catat, yang cuma akal-akalan kita saja katanya, pokoknya banyaklah kalau sudah tagihan yang jadi masalah," jelasnya.

Padahal menurutnya jika bicara tagihan bengkak sebenarnya banyak faktor yang bisa menyebabkan itu semua terjadi seperti kebocoran dalam atau karena memang pemakaiannya banyak.

Dan jika pelanggan tidak terima, secara proseduralnya yaitu komplain ke kantor langsung bukan melalui petugas pencatat air. Tapi menurutnya banyak masyarakat  yang tidak tahu akan itu. Sehingga para pencatat. meter yang jadi menjadi sasaran kemarahannya warga.

"Selain itu, penyebab lain yang terkadang membuat pelanggan marah ketika penyaluran air tidak lancar. Apalagi kalau di dalam satu perumahan pasti pelanggan itu marahnya kekita semua seolah kita tahu semuanya padahal tidak. Karena ada devisi sendiri yang menangani itu," jelasnya lagi.

Saat disinggung terkait salah pencatatan yang bisa merugikan pelanggan, tutur Soni, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi. Tetapi dengan majunya teknologi menurutnya kesalahan itu bisa diminimalisir.

"Kita sudah tidak pakai pencatatan manual lagi, melainkan dengan aplikasi tersendiri. Jadi kalau salah catat biasanya terlihat, jadi langsung bisa koreksi. Kalau salah catat kita juga kena denda kok karena ada datanya semuanya," kata pria kelahiran Tanjungpinang mengakhiri perbincangan kami, karena Soni harus meneruskan pekerjaanya, mencatat meteran air pelanggan. 

Selamat bekerja bang Soni. 

Editor: Dardani