Danyonif 10 Marinir/SBY Mayor Noiko Budi Legowo

Sebagai Garda Terdepan, TNI tidak akan Tinggal Diam
Oleh : Harun Al Rasyid
Rabu | 11-11-2015 | 15:12 WIB
danyon-marinir-sby-nioko.jpg
Danyonif 10 Marinir Mayor Nioko Budi Legowo. (Foto: Dok Batamtoday.com)

Memanasnya tensi ketegangan di kawasan Laut Cina Selatan, yang diantisipasi dengan pengiriman kapal perang milik TNI Angkatan Laut ke perairan Natuna, sudah menjadi atensi bagi para pasukan TNI Angkatan Laut, khususnya pasukan Batalyon Infanteri 10 Marinir/Satria Bumi Yudha (SBY) Pulau Setokok. Namun, di tengah kesibukan para "hantu laut" itu mempersiapkan diri, mereka masih sempat menjadikan markasnya menjadi tempat wisata bagi masyarakat.


Bersempena dengan Hari Pahlawan ini, wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid mewawancarai Komandan Infanteri 10 Marinir/Satria Bumi Yudha (SBY) Pulau Setokok Mayor Nioko Budi Legowo secara khusus di markasnya, Selasa (10/11/2015). Berikut hasil wawancaranya: 

Apa yang melatarbelakangi Komandan menjadikan Markas Yonif 10 Marinir ini menjadi tempat wisata?

Iya, jadi kegiatan kemarin itu namanya Marine Base Open Days atau disingkat (MBOD). Itu kami selenggarakan dalam rangka hari ulang tahun batalyon saya yang pertama dan hari ulang tahun Korps Marinir yang ke-70. Kalau Korps Marinir, tanggal 15 nanti. Sehingga berdasarkan tema dari TNI, Bersama Rakyat TNI Kuat. Dalam arti TNI ini milik rakyat, semua di sini juga rakyat dan akan kembali ke masyarakat juga kan pada akhirnya begitu. Jadi berharap masyarakt dapat melihat markas kita, otoritas kita sehingga sama-sama menjaga. Dan kalau mau ada yang bergabung dengan marinir silahkan dari generasi muda, mempersiapkan dirinya, menjaga fisik dan kesehatan. Pada saat dipanggil negara membutuhkan putra-puteri terbaik untuk bergabung ke TNI Angkatan Laut dia sudah siap. 

Apakah ini lazim dan sudah mendapatkan persetujuan dari Panglima TNI?

Iya dari komandan saya untuk kegiatan ini, sudah.

Bagaimana Komandan melihat situasi keamanan di Perairan Natuna saat ini?

Iya, seperti kemarin disampaikan sama Komandan Korps Marinir, situasi di sana sedang memanas ya, dan intensitas sedang meningkat. Sudah kirim kapal perang ke sana, sudah ada pasukan yang disiapkan, disiagakan, apabila menghadapi sesuatu kontijensi, kita siap digerakan. Semua langkah-langkah sudah disiapkan oleh pimpinan tertinggi. Sehingga kita hanya monitoring, standby mempersiapkan pasukan saya, menjaga profesionalisme dengan latihan dan latihan. Sehingga apabila disiapkan untuk bergerak, kita bergerak. Karena suasana di sana sedang meningkat, karena ada klaim negara tetangga kita begitu. 

Apa ancaman yang akan muncul dengan semakin meningkatknya tensi di Laut Cina Selatan, terkait dengan klaim Cina?

Pantauannya yang pasti mengganggu stabilitas keamanan regional. Bebrapa titik kawasan diklaim milik dia, sehingga kita tidak akan tinggl diam. TNI sebagai garda terdepan yang menjaga keutuhan negara ini di bidang pertahanan, sudah siap bila ada diperintahkan bergerak. Ancaman tentu ada, dan sangat menggangku stabilitas di kawasan kita ini. 

Apa yang dilakukan oleh Yonif 10 Marinir untuk mengantisipasi konflik di Laut Cina Selatan?

Yang pasti kita semua dalam kondisi yang siap, siap operasional, siap digerakan. Hari-hari kita intenskan latihan. Ini anak-anak baru latihan renang. Kita ada 5 kemampuan dasar. Kemampuan berlari (crooss country), kemampuan menembak, kemampuan berenang, kemampuan dayung dan kemampuan halang rintang. Ini semua kita lakukan untuk menjaga profesionalisme dan kesiapan mereka. Karena 5 kemampuan dasar ini, apabila kita sudah mumpuni, kita sudah siap, semua bisa dikerjakan. Apapun materi latihannya, ketika tugas diberikan oleh satuan itu dia pasti bisa. 

Di Hari Pahlawan ini, apa maknanya bagi Komandan?

Bagi saya pahlawan itu adalah sosok ataupun perbuatan, yang mana membuat, menciptakan kondisi yang lebih baik. Kalau zaman dulu masa kemerdekaan, kita dijajah lalu merdeka berarti para pendahulu kita itu pahlawan. Itu zaman dulu, kalau sekarang, siapapun bisa jadi pahlawan. Pahlawan bagi diri sendiri pun bisa dengan perbuatan baik kita membawa suatu perubahan, kita bisa disebut pahlawan, tapi bukan pahlawan nasional. Ada juga pahlawan tanpa tanda jasa. Intinya dia bisa membuat kebaikan kepada diri sendiri dan orang banyak itulah pahlawan.

Editor: Dardani