Ini Kata Kepsek SMK Muhammadiyah Batam Tentang Kaburnya Erma
Oleh : CR12
Jum'at | 16-10-2015 | 14:02 WIB
IMG00172-20151016-1136.jpg
Firman Budiarjo, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Batuaji Batam. (Foto: Harun Al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sepekan Erma Suryani (18), warga Tembesi Pos, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, meninggalkan rumah dan bolos sekolah, Kamis (8/10/2015) hingga Rabu (141/10/2015), hingga kini masih menyimpan kisah yang perlu diluruskan.

Firman Budiarjo, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Batuaji mengatakan, alasan yang beredar bahwa Erma dan Fitri meninggalkan rumah dan bolos sekolah disebabkan belum membayar SPP, hanyalah alasan semata.

Pihaknya tidak pernah melarang siswa untuk mengikuti ujian bilamana belum membayar uang SPP. Bahkan, di depan wartawan ia mengatakan, masih banyak siswa yang juga ikut ujian padahal belum melunasi iuran SPP tersebut.

"Wah kalo alasanya hanya gara-gara belum bayar SPP, itu tidak benar, itu hanya mengada-ada saja mas. Toh kami tidak menyuruh harus melunasi semuanya kok. Ada anak-anak yang belum lunas tapi ikut ujian," kata Firman saat ditemui BATAMTODAY.COM, Jum'at (16/10/2015).

Firman juga menjelaskan, bahwa pembayaran SPP tiap bulan tidak sebanyak yang dikatakan kedua anak tersebut. Untuk pembayaran SPP masing-masing jurusan di SMK Muhammadiyah itu tidak sama. Begitu juga dengan iuran SPP perangkatan. Ia membantah jika pembayaran SPP Rp510 ribu, seperti yang dikatakan Erma.

"SPP di sekolah sini masing-masing jurusan beda, yang teknik dan non teknik beda mas. Kalo dia (Erma) bilang SPP-nya itu Rp510 ribu itu salah. Yang benar itu Rp255 ribu. Perangkatan juga beda, kalo angkatannya si Erma memang Rp255 ribu dan itu tidak berubah sampai tamat nanti," jelasnya.

Menurut pria asal Jogja tersebut, kewajiban para guru adalah mendidik siswa untuk menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Sedangkan mengenai pembayaran itu urusan orang tua siswa. 

Apabila terdapat penunggakan pembayaran, maka pihaknya akan memanggil orang tua yang bersangkutan dan dibicarakan secara kekeluargaan. Selama ini, tidak ada penekanan terhadap pembayaran SPP, semuanya bisa didiskusikan bilamana ada komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua wali.

Klarifikasi dari kepala SMK Muhammadiya tersebut sejalan dengan Agus Pramono, Wakil Kepala Bagian Kesiswaan . Ia mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan uang administrasi sekolah. Mengenai penunggakan pembayaran SPP Erma masih belum seberapa dibandingkan dengan siswa yang lain. 

Tapi bagi mereka, jika menemukan permasalah demikian, maka orang tua siswa akan dipanggil dan diajak untuk berdiskusi. 

Selanjutnya dibuat dalam suatu perjanjian sederhana dan ia juga mengatakan,untuk pembayaran tersebut bisa dicicil. Ia juga mengakui jika dirinya sering menbantu siswa dengan mencari para donatur dan relawan untuk membantu siswa yang tidak mampu.

"Kami tidak pernah memaksa siswa untuk harus membayar semuanya, bisa kok dicicil. Penunggakan dia itu belum terlalu banyak, masih ada yang lain diatasnya. Tapi kami mengerti dengan keadaan orang tua siswa. Kalo ada yang belum bayar kami panggil orang tuanya, diskusi terus buat perjanjianlah. 

Banyak siswa yang dapat donatur juga, kami bantu nyari mas.  Intinya komunikasi antara orang tua dan siswa itu penting," jelas Agus.

Hasil pantauan dilapangan, Erma saat ini belum masuk sedangkan Putri sudah masuk sejak Kamis, (15/10/2015). "Erma belum masuk, masih sakit. Kalo Putri sudah masuk tadi datang sama bapaknya. Nanti mereka diikutkan ujian susulan," kata Agus.

Editor: Dardani