ATB Sebut Teknologi SWRO Belum Tepat Diaplikasikan
Oleh : Romi Chandra
Jum'at | 04-09-2015 | 15:33 WIB
IMG_20150903_121228.jpg
Wakil Presiden Direktur ATB, Beni Adrianto Antonius

BATAMTODAY.COM, Batam - Krisis air bersih yang mulai melanda Kota Batam, hingga kini masih menjadi polemik. Berbagai upaya terus dilakukan PT Adhya Tirta Batam (ATB) selaku perusahaan pemegang konsesi pengelolaan air. Hanya saja, saat ini teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) belum dapat diimplementasikan untuk mengatasi persoalan air di pulau berlambang kala jengking tersebut.   

"SWRO atau sistem pengubahan air laut menjadi air tawar, merupakan program jangka panjang. Tidak tepat jika diaplikasikan. Jika dikerjakan sekarang, kemungkinan bisa digunakan enam hingga delapan bulan kedepan. Kapan mau dapat manfaatnya?,"ujar Wakil Presiden Direktur ATB, Beni Adrianto Antonius, usai menggelar kegiatan Kehumasan se Kepri di King Hotel.

Beni menjelaskan, untuk pembangunan teknologi tersebut, banyak yang harus dipertimbangkan. Diantaranya, biaya yang tidak sedikit. "Perlu pembahasan secara matang, karena mengingat biaya cukup tinggi yang harus dikeluarkan,"katanya.

Selain itu, kedepannya akan memberi dampak pada masyarakat yang harus mengeluarkan biaya lebih mhal dari biasanya."Selagi masih ada pilihan lain untuk menambah kapasitas air baku, kenapa harus melakukan itu?,"ujarnya.

Dikatakan, sejak dua bulan lalu dirinya telah melakukan sosialisasi air baku untuk mengatasi kondisi saat ini. Sebab air yang terdapat di semua Dam, menyusut jauh dari permukaan.

"Solusi yang kita lakukan saat ini yakni melakukan penggiliran pengambilan air antara Dam Sei Harapan dengan Sei Ladi. Pada dasarnya, ini membuat sistem operasi tidak lebih sederhana. Namun kita harus menyikapi secara bersama, agar air di Batam bisa survive hingga Februari 2016 mendatang,"jelasnya.

Selain itu, yang membuat krisis air sangat terasa karena Dam Tembesi juga belum bisa digunakan. Sebab  Dam yang dibangun sejak 2008 lalu itu, belum berisi air tawar.

"Prosesnya memakan waktu. Sekarang masih dalam proses pengeringan. Kalau proses selesai, akan dilakukan lagi proses pengisian agar kadar garam diturunkan. Kita juga berharap, kemarau yang terjadi tidak berkepanjangan. Namun sejauh ini kita akan terus mengupayakan solusi terbaik untuk mengatasi krisis ini,"pungkasnya.



Editor : Udin