Krisis Air Berkepanjangan Bisa Berpengaruh Terhadap Investasi di Batam
Oleh : Hadli
Kamis | 03-09-2015 | 17:46 WIB
air_mati.jpg

BATAMTODAY.COM, Batam - Perusahaan di Batam yang menggunakan bahan baku air besih dalam pengelolaan industri sangat menghawatirkan jika pasokan air waduk di Batam mengering total. Kekhawatirtan krisis air lebih dirasakan dibanding melemahnya nilai rupiah.

Hal itu diungkap Humas PT Ecogreen Oleochemicals, Panahatan Hasibuan. Menurutnya, melambungnya nilai dollar AS menjadi Rp 14 ribu tidak terlalu berdampak pada produksi. Namun, untuk krisis air yang masih melanda Batam menjadi kekhawatiran perusahaan penghasil alkohol berbahan dasar minyak nabati itu. 

"Karena produksi kita menggunakan air dari ATB. Tanpa air bersih tidak bisa produksi, tentunya produksi akan mati. Saat ini Ecogreen di Medan sudah tutup. Jangan sampai Batam juga mengalami hal yang sama," kata dia kepada wartawan, beberapa waktu lalu. 

Alkohol yang dihasilkan dari produksi menggunakan listrik pembakaran batu bara menghasilkan minyak kelapa sawit, digunakan sebagai bahan baku pembuatan shampo, deterjen, kosmetik, cat dan bahan pelapis, pelumas, serta tinta cetak. 

Tidak hanya perusahaan raksasa seperti Ecogreen yang berada di Indonesia, Singapura, Jerman, dan Perancis menghawatirkan kekeringan air di Batam. Usaha kecil seperti laundry di Batam juga menghawatirkan hal serupa. 

"Kalau air mati, kami juga tidak bisa beroperasi. Karena kami mencuci menggunakan air dari ATB," kata Susi, pemilik laundry di Sungai Panas. 

Menurutnya, dalam beberapa hari ini mengalami krisis air, pesanan cucian pakai pelanggan ikut terkendala. Bahkan, pihaknya tidak berani melayani pelanggan lebih banyak. 

Perusahaan besar dan kecil di Batam jika berhenti produksi akibat krisis air, tentunya jumlah PHK karyawan di Batam semakin bertambah. Akibatnya, jumlah pengangguran juga semakin banyak. 

Editor: Dodo