Antisipasi Krisis Air, BP Batam Harus Stop Alihfungsi Lahan
Oleh : Ahmad Rohmadi
Rabu | 02-09-2015 | 15:00 WIB
Uba_Ingan_Sigalingging_2.jpg
Uba Ingan Sigalingging, Ketua Fraksi Hati Nurani Bangsa DPRD Kota Batam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Krisis air bersih yang melanda Batam dalam beberapa bulan ke depan, dinilai menjadi tanggung jawab dari BP Batam dan PT Adhya Tirta Batam sebagai perusahaan pemegang konsesi pengelolaan air.

Uba Ingan Sigalingging, Ketua Fraksi Hati Nurani Bangsa DPRD Kota Batam menilai krisis air yang terjadi bukan hanya karena kekeringan, namun juga hilangnya sejumlah area resapan air yang dialokasikan BP Batam dan kemudian dialihfingsikan.

"BP Batam harus bertanggung jawab terhadap daerah resapan air, baik dari segi pemeliharaan maupun pengawasannya. Kekeringan ini juga imbas dari alih fungsi hutan seperti yang terjadi di Dam Baloi," kata Uba, Rabu (2/9/2015).

Program reboisasi sebagai ganti dari alihfungsi hutan, menurut Uba juga tak berjalan. Sehingga daerah resapan air yang menjadi salah satu andalan untuk menjaga stabilitas ketersediaan air di saat kekeringan pun saat ini sudah banyak berkurang di Batam dan hal ini terus dibiarkan

BP Batam dipandang tak memiliki perencanaan yang baik mengenai persoalan air. Kata Uba, harusnya BP Batam mengantisipasi terhadap tingginya kebutuhan air dengan pertumbuhan penduduk.

"Padahal sudah ada peringatan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Perekonomian beberapa tahun lalu bahwa Batam akan mengalami krisis air. Pada sisi lain, waduk yang dibangun pun juga belum bisa berfungsi seperti di Tembesi," kata Uba.

"Nah, kondisi ini saling terkait, yakni hilangnya resapan air dan kemarau berkepanjangan akan jadi memperparah krisis air di Batam," imbuhnya.

Perlunya implementasi teknologi
Sementara itu, Uba juga menyoroti kinerja ATB sebagai pemegang konsesi air. Dia menilai,  ATB juga bertanggung jawab dalam kelangsungan produksi serta investasi dalam pengembangan sumber daya air.

"Selama ini ATB hanya jualan air mengandalkan waduk. Sudah saatnya ATB dan BP Batam mengimplementasikan teknologi untuk memback-up ketersediaan air," kata dia.

Sea Water Reverse Osmosis atau SWRO adalah salah satu teknologi yang bisa diterapkan di Batam dan hal ini bisa menjadi bagian dari investasi pengembangan sumber daya air.

"Tanjungpinang sudah mengimplementasikan SWRO dan teknologi ini bisa dikembangkan di Batam yang dikelilingi oleh lautan," kata dia.

"Jadi jangan hanya mengandalkan air tadah hujan. Ketersediaan air merupakan bagian dari fasilitas infrastruktur untuk menarik investor menanamkan modalnya di Batam," pungkasnya.

Editor: Dodo