Inflasi Terkendali, Bukti Ketahanan Model Bisnis dan Sinergi Kebijakan di Kepri
Oleh : Aldy Daeng
Rabu | 09-04-2025 | 18:04 WIB
ilustrasi_inflasi_b5.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Menjelang dan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 2025, inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat tetap terkendali, menjadi indikator positif bagi ketahanan ekonomi daerah sekaligus efektivitas model kebijakan pengendalian harga yang diterapkan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm), naik dibanding Februari yang mengalami deflasi 0,14% (mtm). Sementara secara tahunan, inflasi Kepri tercatat 2,01% (yoy), sedikit melandai dari 2,09% di bulan sebelumnya, namun masih berada dalam rentang target nasional 2,5 ±1%.

Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Adidoyo Prakoso, menjelaskan bahwa tekanan inflasi bulanan terutama berasal dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, yang memberikan andil 0,36% (mtm).

"Kenaikan tarif listrik di Batam menjadi penyumbang utama, seiring berakhirnya masa diskon tarif dari PLN Batam," kata Adidoyo Prakoso, Rabu (9/4/2025).

Menariknya, lanjut Adidoyo, dampak kenaikan tarif listrik di Kepri masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Hal ini karena program diskon tarif listrik yang diberlakukan pada Januari - Februari 2025 tidak berlaku di Batam. "Artinya, Kota Batam tidak mengalami lonjakan normalisasi tarif seperti daerah lainnya," sebutnya.

Sinergi Strategis, Harga Stabil di Tengah Tekanan Global

Lebih lanjut, Adidoyo memaparkan, secara tahunan, inflasi Kepri tercatat sebesar 2,01% (yoy) yang melandai dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,09% (yoy) dan masih berada di rentang sasaran. inflasi tahunan Kepri relatif lebih tinggi dari nasional, dipicu oleh naiknya harga emas global yang berdampak pada harga emas perhiasan lokal. Selain itu, naiknya sewa rumah di Batam pasca-penyesuaian tarif listrik turut menyumbang tekanan. Meski begitu, sinergi strategis yang dibangun BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjaga inflasi tetap terkendali.

"Beberapa strategi yang dijalankan selama Maret 2025 antara lain koordinasi pasar murah Ramadan, high level meeting TPID, sidak pasar, kampanye media, dan 21 kali operasi pasar murah di berbagai kabupaten/kota," ungkapnya.

Outlook Ekonomi dan Risiko ke Depan

Bank Indonesia menekankan pentingnya antisipasi terhadap risiko inflasi ke depan. Di antaranya adalah normalisasi tarif listrik pasca subsidi 50% bagi pelanggan rumah tangga kecil, tekanan imported inflation akibat kebijakan tarif AS, serta potensi gangguan produksi pangan saat peralihan musim.

Namun BI tetap optimistis, dengan proyeksi inflasi Kepri berada dalam target nasional. Hal ini ditopang oleh menurunnya harga emas, penyesuaian harga BBM non subsidi per 1 April 2025, serta normalisasi permintaan pangan pasca HBKN.

“Stabilitas inflasi di tengah dinamika global mencerminkan efektivitas bauran kebijakan moneter dan solidnya sinergi pusat dan daerah dalam menjaga daya beli masyarakat,” ujar Adidoyo.

Disisi lain, ketahanan ekonomi daerah menjadi contoh nasional. Terkendalinya inflasi di Kepri menjadi cermin dari model bisnis dan tata kelola kebijakan yang tangguh. Dengan sinergi yang terus diperkuat, Provinsi Kepri menunjukkan bagaimana stabilitas harga bisa dicapai bahkan di tengah tekanan global dan momentum konsumsi tinggi seperti Ramadan dan Idul Fitri.

Editor: Yudha