Takbiran Semalam Suntuk Diiringi Dentuman Mercon Tanah di Bangkalan Madura

Catatan BATAMTODAY.COM Sholat Idul Fitri di Desa Trageh Bangkalan Madura
Oleh : Saibansah
Selasa | 01-04-2025 | 08:08 WIB
02-04_bangkalan-madura_3938348.jpg
Suasana di akses jalan Pasar Tambin, Desa Soket Dejeh, Kecamatan Trageh Kabupaten Bangkalan Madura Jawa Timur sesaat sebelum pelaksanaan sholat Idul Fitri. (Foto: Saibansah/J5NEWSROOM.COM)

BATAMTODAY.COM, Bangkalan - Sholat Idul Fitri di Pulau Garam, Madura, Jawa Timur, menebar nuansa yang agak berbeda dengan sholat Id di Kota Batam. Apa sajakah bedanya? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari Desa Soket Dejeh, Kecamatan Trageh Bangkalan, Madura, Jawa Timur.

Aiptu Awan yang bertubuh agak subur, lincah mengatur lalu lintas satu-satunya akses jalan di Pasar Tambin, Desa Soket Dejeh, Kecamatan Trageh, Kabupaten Bangkalan Madura, Jawa Timur. Dengan sopan, mempersilahkan para Bjamaah untuk memarkirkan sepeda motor di sisi kiri-kanan jalan. Juga, mempersilahkan jamaah perempuan untuk masuk masjid dari arah belakang lalu naik ke lantai dua.

Semua komunikasi Aiptu Awan menggunakan bahasa Madura yang halus dan sopan. Ada pula dua orang anggota TNI Angkatan Darat yang bersinergi dengan Aiptu Awan mengamankan pelaksanaan sholat Idul Fitri di Masjid Jami' Soket Dejeh yang berlokasi di Pasar Tambin, Desa Trageh itu. Alhamdulillah, berkat kolaborasi ketiga personel anggota TNI-Polri itu, pelaksanaan sholat Idul Fitri berlangsung khusyu' dan lancar.

Tidak seperti yang biasa dilakukan para ta'mir masjid di perumahan di Batam. Sebelum sholat Idul Fitri dilaksanakan, biasanya Panitia Ramadhan atau Panita Pelaksanaan Sholat Idul Fitri akan menyampaikan beberapa pengumuman yang kemudian ditutup dengan pembacaan 'kaifiatu sholat Id', alias tata cara pelaksanaan sholat Idul Fitri, mulai dari lafadz niat hingga pembacaan doa di antara satu takbir dengan takbir selanjutnya.

Di Madura, tidak ada itu. Tidak juga ada pengumuman dari panitia yang menghimbau jamaah agar mempercepat langkah menuju masjid. Di sini, semua jamaah bergerak seolah sudah saling memahami. Begitu alunan takbiran Idul Fitri yang sudah dikumandangkan sejak usai sholat subuh itu berakhir, bilal langsung mengumandangkan aba-aba sholat. "Asholaatu Jaami'ah." Jamaah pun sontak berdiri mengatur shof masing-masing. Sholat pun dimulai.

Bagi jamaah perempuan, ditempatkan di lantai dua. Masjid Jami' Soket Dejeh tidak terlalu luas, tapi cukup, meskipun penuh.

Takbiran Idul Fitri yang dikumandangkan dari dalam masjid di desa itu 'live', bukan suara dari tape recorder. Para jamaahnya bergantian melantunkan takbiran, dari usai sholat subuh hingga sholad Idul Fitri dilaksanakan. Suasana semakin semarak dengan dentuman mercon tanah yang terbuat dari paralon, plus kilau percikan kembang api di udara yang juga tiada henti-hentinya, dari sejak masuk waktu maghrib tiba.

Suasana malam takbiran di Desa Soket Dejeh, Kecamatan Trageh, Bangkalan, Madura, begitu meriah. Entah berapa rupiah yang habis dibakar dari sejak tadi malam. Orang Madura sepertinya tak peduli dengan 'iklim efisiensi' yang sedang 'on' di republik ini. Bagi mereka, yang penting adalah, bagaimana mengekspresikan rasa syukur setelah sebulan penuh puasa Ramadhan, dan kini telah kembali fitri.

Perbedaan lainnya, khotib sholat Idul Fitri di Desa Soket Dejeh, tidak menggunakan bahasa Madura, apalagi bahasa Indonesia. Bahasa Arab. Iya, mulai awal hingga akhir, khotib berbicara bahasa Arab. Meski tidak terlalu lama, hanya sekitar 6-7 menit, tetapi jamaah begitu khusyu' menyimaknya. Apakah mereka mengerti isi khutbah itu? Wallahua'lam.

Sebelum berangkat sholat Idul Fitri, tetangga sudah saling berkirim makanan. Ada sepiring gule ayam yang disebut warga desa dengan 'adun'. Rasanya gurih dengan daging ayam kampung yang lembut. Plus nasi putih, kentang goreng dan jajanan pasar. Tradisi ini sudah berjalan sejak dahulu di sini.

Desa Soket Dejeh Kecamatan Trageh merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kehidupan beragama di sini begitu kental, ditandai dengan pelaksanaan berbagai tradisi Islam yang telah diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan kedalaman spiritual dan kekayaan budaya masyarakat setempat.

Apalagi, saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pasti meriah. Ada pembacaan sholawat yang diiringi rebana, pembacaan berzanji, serta pembagian berbagai hadiah dan makanan kepada para tamu undangan. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antarwarga.

Ada juga, tradisi "kupatan," yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Syawal. Tepatnya tujuh hari setelah puasa sunnah. Tradisi ini melibatkan kegiatan silaturahmi, anjangsana, dan sedekah, yang bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai karakter Islam dalam masyarakat. Melalui kupatan, masyarakat saling berkunjung ke rumah keluarga, teman, dan tetangga, serta saling berbagi rezeki tanpa mengharapkan imbalan, semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.

Editor: Yudha