Romo Paschal Desak Pemerintah Serius Tangani Penembakan PMI di Malaysia
Oleh : Aldy
Senin | 27-01-2025 | 14:44 WIB
Paskal-Saturnus.jpg
Aktivis kemanusiaan, RD Chrisanctus Paschalis Saturnus Esong, atau akrab disapa Romo Paschal. (Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Aktivis kemanusiaan, RD Chrisanctus Paschalis Saturnus Esong, atau akrab disapa Romo Paschal, mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah serius dalam menangani tragedi penembakan lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) oleh aparat Malaysia.

Insiden yang terjadi di Perairan Tanjung Rhu, Selangor, Jumat (24/1/2025), itu menewaskan satu WNI dan kembali menjadi sorotan terkait perlindungan PMI di luar negeri.

"Pemerintah Indonesia harus serius membenahi tata kelola pekerja migran. Korban sudah terlalu banyak. Ketika ada kejadian baru kita sibuk bertindak," tegas Romo Paschal saat dihubungi pada Senin (27/1/2025).

Romo Paschal juga menyampaikan rasa prihatin dan belasungkawa atas insiden yang menewaskan satu PMI tersebut. Ia meminta pemerintah untuk mempertanyakan langsung kepada kerajaan Malaysia terkait tindakan aparat mereka yang dinilai tidak manusiawi.

Romo Paschal mengingatkan pekerja migran Indonesia, terlepas dari status prosedural mereka, memberikan kontribusi besar terhadap sektor ekonomi di Malaysia. Karena itu, ia menilai bahwa pekerja Indonesia layak mendapatkan perlakuan yang lebih manusiawi dari pemerintah dan aparat Malaysia.

"PMI kita bekerja keras di sana dan membantu perekonomian Malaysia. Tapi kejadian seperti ini terus berulang. Pemerintah Malaysia seharusnya lebih menghargai keberadaan mereka," ujarnya.

Romo Paschal juga menyoroti maraknya kepulangan PMI nonprosedural melalui jalur ilegal, atau yang dikenal sebagai 'jalur tikus'. Menurutnya, jalur ini sering menjadi celah bagi oknum tidak bertanggung jawab untuk mengeksploitasi PMI. Ia mengingatkan PMI untuk tidak menggunakan jalur ini karena sangat berisiko, baik secara finansial maupun keselamatan.

"Banyak kejadian tragis yang menimpa PMI yang pulang lewat jalur tikus. Pada Mei 2024 lalu, 16 PMI dipaksa berenang ke pulau kecil setelah ditinggalkan di tengah laut. Ini sangat tidak manusiawi," ungkapnya.

Romo Paschal juga mengimbau para PMI untuk memanfaatkan program repatriasi atau amnesti yang disediakan oleh pemerintah Malaysia. Program ini bertujuan membantu PMI yang bermasalah dengan dokumen untuk pulang secara legal dan aman.

Kasus penembakan ini menambah daftar panjang tragedi yang menimpa PMI di luar negeri. Romo Paschal menegaskan bahwa perhatian pemerintah harus lebih menyeluruh, mulai dari perlindungan di negara tujuan hingga pengaturan tata kelola kepulangan PMI.

"Pemerintah Indonesia perlu bertindak tegas dan segera. Jangan hanya bereaksi saat sudah ada korban. Tata kelola migrasi pekerja ini harus dibenahi total agar tidak ada lagi nyawa anak bangsa yang hilang sia-sia di negeri orang," tutupnya.

Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan bagi pekerja migran Indonesia, yang kerap menghadapi risiko besar demi mencari penghidupan di luar negeri.

Editor: Gokli