Tingkatkan Konektivitas dan Efisiensi Logistik, Pemerintah Dorong Pengembangan Kawasan Aerotropolis
Oleh : Redaksi
Senin | 13-01-2025 | 11:44 WIB
IAS-Kemenperin.jpg
Wamenperin Faisol Riza, saat menerima perwakilan IAS di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/1/2025). (Kemenperin)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pemerintah Indonesia terus berkomitmen meningkatkan konektivitas untuk menekan biaya operasional logistik yang masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian nasional.

Data Bank Dunia menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia mencapai 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya yang hanya 14 persen.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, mendukung penuh rencana InJourney Aviation Services (IAS) untuk mengembangkan kawasan aerotropolis. Kawasan ini mengintegrasikan bandara dengan berbagai fasilitas, seperti kawasan industri, hunian, pergudangan, tempat pertemuan, dan usaha ritel, guna menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien.

"Pemerintah mendukung inisiasi ini karena diharapkan mampu mendorong sektor industri, khususnya logistik dan kargo, sehingga memberikan dampak luas bagi perekonomian," ujar Wamen Faisol, saat menerima perwakilan IAS di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/1/2025), demikian dikutip laman Kemenperin.

Wamenperin menjelaskan, kawasan aerotropolis memiliki potensi besar untuk menciptakan klaster bisnis baru yang menjanjikan. Dengan konektivitas barang dan manusia yang semakin mudah, kawasan ini juga memberikan efek pengganda ekonomi yang signifikan.

Dari sisi investasi, kawasan ini memiliki sejumlah keunggulan, termasuk sarana transportasi yang terintegrasi dengan infrastruktur jalan yang memadai, serta pasokan air dan listrik yang optimal. "Keunggulan seperti ini harus menjadi daya tarik dalam rencana pengembangan kawasan aerotropolis karena tidak banyak tempat yang memiliki fasilitas serupa," tambahnya.

Direktur Utama IAS, Dendi Tegar Danianto, mengungkapkan IAS sebagai mitra pemerintah telah memiliki pengalaman panjang dalam industri logistik dan terminal kargo. Saat ini, IAS mengelola sembilan major air cargo hub dan 39 terminal kargo di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan distribusi, baik domestik maupun internasional.

"Kami memahami bahwa biaya air cargo lebih mahal dibandingkan transportasi darat dan laut. Namun, untuk industri yang membutuhkan kecepatan atau sensitif terhadap waktu, kami bisa masuk dengan harga yang tetap kompetitif," ujar Dendi.

IAS berencana membangun kawasan aerotropolis seluas 80 hektare di Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Kawasan ini akan mencakup hunian, pusat olahraga, perkantoran, rumah sakit, gudang, lokasi pameran, hingga pusat ritel, yang semuanya dirancang untuk mendukung efisiensi logistik.

"Gudang akan memiliki akses langsung ke bandara dan terintegrasi dengan pusat MICE, sehingga menciptakan satu area terpadu untuk mendorong perekonomian di Kulon Progo," jelas Dendi.

Pasar logistik global diperkirakan mencapai USD 12,68 triliun pada 2025, seiring dengan pertumbuhan pesat sektor e-commerce yang diproyeksikan mencapai USD 7,4 triliun. Tren ini menunjukkan kebutuhan inovasi di sektor logistik semakin mendesak untuk mengimbangi permintaan global.

Pertemuan ini juga dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Perindustrian, termasuk Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri, Bambang Riznanto, serta Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional, Syahroni Ahmad. Dari pihak IAS, hadir Direktur Utama Dendi Tegar Danianto beserta jajaran direksi lainnya.

Pemerintah berharap pengembangan kawasan aerotropolis dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan efisiensi logistik, memperkuat daya saing ekonomi nasional, dan menciptakan konektivitas yang lebih baik di berbagai sektor.

Editor: Gokli