Didemo Warga, PT Moya Akui Kurangnya Suplai Air ke Perumahan CGM Sekupang
Oleh : Aldy Daeng
Kamis | 12-01-2023 | 18:00 WIB
Ginda1.jpg
Corporate Communication SPAM Batam, Ginda. (Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam PT Moya mengakui kurangnya pasokan air bersih di Perumahan Cipta Green Mension (CGM) Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Sekupang.

Corporate Communication SPAM Batam, Ginda membenarkan minimnya suplai air ke perumahan tersebut. Tidak hanya di lokasi itu, keluhan masyarakat akhir-akhir ini terkait minimnya suplai air juga dirasakan warga Batam.

"Kami sudah bertemu perangkat perumahan itu, kita sudah jelaskan ke mereka. Untuk mengantisipasi suplai air kesana, kami sudah berkoordinasi ke BP Batam," ujar Ginda, usai menerima perwakilan warga yang demo, Kamis (12/1/2023).

Ginda menjelaskan, terjadinya puncak keluhan warga, karena selama ini di perumahan tersebut tidak mengalir 24 jam seperti seharusnya. Terlebih dalam 2 pekan terakhir, volume dan lama air mengalir semakin sedikit.

"Awalnya di sana hanya hidup 3 hingga 4 jam dalam sehari semalam, nah sekarang di bawah itu. Kita sudah mengajukan ke BP Batam, sekarang dalam tahap penyelesaian gambar," jelasnya.

Disebutkannya, proyek penambahan instalasi ke perumahan tersebut memakan waktu sekitar 3 bulan. Dalam rentan waktu tersebut, pihaknya akan berupaya optimal untuk menyalurkan air ke perumahan CGM dengan kondisi yang ada.

Ditambahkannya, selain instalasi, penyebab lain berkurangnya suplai air adalah masalah kecukupan air. Menurutnya saat ini BP Batam tengah mempersiapkan sumber kecukupan air di kawasan Mukakuning 2.

"Kita akan terus perbaiki jaringan dan menambah sumber kecukupan air. Itu butuh proses, dan saat ini sedang berjalan," katanya.

Sebelumnya, saat warga melakukan aksi didepan kantor PT Moya, dengan nada lantang, Rahmadani Lubis mengatakan, air di perumahan itu tidak pernah lancar bahkan sejak awal ia pindah.

"Beberapa tahun air kami sangat tidak bisa kami pergunakan. Bahkan dua minggu ini mati total," kesalnya.

Ia menjelaskan, sebelumnya air di perumahan itu sempat jalan, akan tetapi hanya pada pukul 01.00 - 04.00 dini hari. Mirisnya lagi, warga tetap membayar air tersebut setiap bulannya meski tidak mengalir lancar. Bahkan pembayaran selalu naik setiap bulannya.

"Malam hidup pun hanya 1-2 jam. Kami merasa dirugikan karena harus bergadang tiap malam. Kami juga harus beli air galon untuk mencukupi kebutuhan kami, terlebih yang punya anak kecil, mau berapa galon kami beli tiap hari," keluh Rahmadani Lubis.

Warga lainnya, Indri juga melupakan kekesalannya, bahkan ia pernah membayar air hingga Rp 400 ribu per bulannya, diamana disaat air bersih dikelola oleh perusahaan sebelumnya hanya membayar rata-rata Rp 100 an per bulan. Padahal, aliran air bersih di tempatnya tidak mengalir lancar.

"Pembayaran mahal airnya tidak lancar, bahkan sering mati total," kesal Indri.

Ia menegaskan, para warga menuntut air di perumahan mereka bisa berjalan lancar sebagaimana daerah lainnya. Jika tidak, warga mengancam akan menggelar aksi lebih besar lagi.

"Kalau tidak juga lancar kami akan demo lebih besar. Bila perlu saya nyuci di depan kantor SPAM, saya bawa semua panci dan baju kotor ke sini," tegasnya.

Para warga juga meminta kepada Walikota/kepala BP Batam, agar permasalahan warga terkait pasokan air menjadi perhatian utama.

"Pak Rudi, perhatikan kami. Boleh kami dukung terus, tapi air harus lancar, kalo tidak kami tidak mau pilih lagi," teriak warga.

Editor: Yudha