RDP Komisi III DPRD Batam

Nelayan Keluhkan Cemaran Limbah Minyak Hitam di Perairan Tanjunguncang
Oleh : Aldy Daeng
Jumat | 02-12-2022 | 19:37 WIB
Nelayan-RDP1.jpg
RDP Komisi III DPRD Batam terkait pencemaran limbah minyak hitam di Perairan Tanjunguncang. (Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Masyarakat nelayan mengaku sangat dirugikan dengan pencemaran limbah minyak hitam yang mencemari perairan Tanjunguncang dan Sekupang.

Masyarakat terdampak di antaranya nelayan di Pulau Buluh, Bulang Lintang, Tanjung Kubu dan Pulau Lima menuntut adanya solusi dari instansi terkait untuk mengatasinya.

"Tentu kami warga merasa dirugikan dengan cemaran limbah minyak ini. Mata pencarian kami adalah nelayan yang mencari nafkah dari perairan yang tercemar tersebut," ujar Moh Sofet, warga Pulau Buluh saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPRD Batam, Jumat (2/12/2022).

Sofet melanjutkan, saat ini sudah memasuki bulan Desember, dimana nelayan lebih giat mencari ikan, karena kebutuhan pasar sangat tinggi, terlebih dengan metode mencari ikan dengan menggunakan keramba. Dengan terjadinya pencemaran laut, dipastikan nelayan akan kesusahan.

"Masyarakat nelayan jelas yang dirugikan kalau seperti ini, kalau Desember itu banyak permintaan ikan, apalagi ikan dingkis," terangnya.

Ia bersama warga lainnya beranggapan perusahaan galangan kapal disekitar perairan itu yang membuang limbah minyak tersebut. Sebab, secara geografis dan perpecahan arus tidak mungkin limbah minyak hitam bisa masuk ke perairan Tanjunguncang.

"Pihak perusahaan mengaku bukan mereka. Jadi dari siapa pelakunya? Tak mungkin nelayan. Kalau itu kiriman pasti yang berdampak itu Nongsa dan Batu Ampar. Tak mungkin di Tanjunguncang dan sekitar saja," kata dia.

Warga menaruh harapan besar pada pemerintah dan Instasi terkait, agar membuka mata, sehingga permasalahan ini tidak terulang setiap tahunnya.

"Setiap angin utara selalu seperti ini. Pengawasan dari KSOP, Polairud sangat lemah," pintanya.

Sementara, pihak kuasa Hukum PT Pax Ocean, Nico Sitanggang, menyanggah jika limbah itu berasal dari perusahaan tersebut, justru pihaknya menjadi korban dari cemaran laut itu. Dijelaskan, pencemaran limbah ini diketahui pada Rabu dini hari, tepatnya pada pukul 04.00 wib pagi ketika arus pasang. sementara pada pukul 09.00 pihaknya baru mengetahui, kalau limbah tersebut berada di sekitaran PT Pax Ocean.

"Kita langsung mengambil langkah teknis dengan berkoordinasi dengan pihak terkait, melalukan pembersihan secara prosedur instruksi KSOP," ujar Nico.

Ia juga mengatakan untuk penanggulangan agar bisa mengurangi dampak di lingkungan sekitar, pihaknya terus melakukan pembersihan, dan progresnya sudah mencapai 90 persen, dengan menggunakan jaring dan penyerap minyak.

"Dari RDP ini, kami masih menunggu dulu siapakah yang harus bertanggung jawab atas peristiwa ini. Karena tidak mungkin kami yang bertanggung jawab sebab kami juga sebagai korban di sini," terangnya.

Sementara, Anggota Komisi III, Arlon Veristo menyampaikan pencemaran limbah minyak hitam di perairan tersebut tak hanya sekali saja terjadi tapi sudah berungkali.

"Tapi, tidak pernah pelaku tertangkap. Kita di sini untuk mencari solusi terbaik. Kenapa PT Pax Ocean yang kita panggil, karena titiknya memang ada di sana," kata Arlon Veristo.

Meski geram, Arlon meminta kepada semua pihak untuk mengedepankan asas praduga tak bersalah dalam menyikapi kejadian ini.

"Tujuan kita mencari kebenaran. Bukan mencari-cari salah. Kalau dibilang pengawasan sangat lemah, saya sepakat. Sehingga, tidak pernah pelaku pembuangan limbah tertangkap. Ini mengapa terjadi? Perusahaan nakal itu tidak mau membuang biaya untuk pengurusan limbah mereka atau melakukan tank cleaning," ungkapnya.

Oleh karena itu, Arlon meminta agar seluruh pemangku kepentingan bisa mengawasi kejadian ini ke depannya.

Tak segan-segan, politisi asal Partai Nasdem itu menyentil kurangnya pengawasan dari dinas terkait, dalam hal ini adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sehingga peristiwa tersebut terus berulang.

"DLH pengawasannya agak kurang sekarang. Mungkin karena anggaran juga terbatas," sebutnya.

Senada, Tumbur Hutasoit juga mengungkapkan agar semua pihak menjaga lingkungan. Sama-sama kita mengawasi potensi terjadinya pencemaran.

"Kita percayakan kepada pihak terkait untuk menindaklanjuti. Apalagi atensi terhadap ini sudah sampai ke pusat. Pembuang limbah harus dicari," pintanya.

Editor: Yudha