Angkutan Udara dan Bahan Makanan Penyebab Deflasi Kepri di November 2022
Oleh : Aldy Daeng
Jumat | 02-12-2022 | 18:33 WIB
deflasi2.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - November 2022, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar -0,20 persen month to month (mtm), IHK November dibandingkan Oktober 2022. Deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan kondisi pada Oktober 2022 yang mengalami deflasi sebesar -0,07 persen (mtm).

Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri, Adidoyo Prakoso mengatakan, tarif angkutan udara mengalami penurunan sebagai dampak dari peningkatan jumlah armada, rute dan frekuensi penerbangan sejalan dengan perbaikan mobilitas masyarakat. Sementara itu, IHK Nasional mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm).

Sementara, Deflasi pada November juga didorong oleh penurunan harga komoditas cabai merah, angkutan udara, kangkung dan bayam. Penurunan harga cabai dan sayuran sejalan dengan pasokan yang mulai normal seiring dengan panen di beberapa sentra produksi di Kepri maupun luar Kepri.

Secara spesial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,20 persen (mtm) dan -0,18 persen (mtm). Dengan demikian, secara year on year (yoy) (IHK November 2022 dibandingkan November 2021), Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 5,26 persen (yoy).

"Inflasi tahunan tersebut terus melambat dalam 3 bulan terakhir namun masih di atas target sasaran inflasi nasional sebesar 3±1 persen (yoy)," ujar Adidoyo Prakoso, dalam keterangan persnya, Jumat (12/11/2022).

Sinergi TPID di Provinsi Kepri, Adidoyo menjelaskan, hal ini terus mendorong implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Selama bulan November 2022, telah dilakukan operasi pasar murah di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten Bintan. Selain itu, TPID juga telah merealisasikan penyerahan paket bibit cabai dan pupuk kepada 5 kelompok wanita tani di Kabupaten Natuna.

Operasi pasar murah disertai dengan pemantauan harga di pasar dilaksanakan secara intensif demi menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen khususnya komoditas penyebab inflasi.

Kegiatan stabilisasi harga tersebut akan terus dilakukan terutama menjelang hari raya Natal dan Tahun baru yang secara historis mendorong peningkatan harga. Dalam jangka panjang, TPID akan melanjutkan upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda dan digital farming.

"Selain itu, pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) terus didorong untuk efisien si rantai distribusi," terangnya.

Memasuki bulan Desember 2022, masih kata Adidoyo, risiko tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, antara lain, curah hujan yang tinggi dan musim angin utara berpotensi mendorong kenaikan harga pada komoditas bahan pangan terutama komoditas cabai, sayur, dan ikan di tengah permintaan yang lebih tinggi menjelang Hari Raya Natal dan momen Tahun Baru.

"Peningkatan permintaan pada jasa transportasi utamanya jasa angkutan udara. Berkenaan dengan hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Indonesia termasuk di Kepri terus memperkuat koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP)," pungkas Adidoyo Prakoso.

Editor: Yudha