Berkah Ramadhan, Warga Pasir Panjang Galang Kini Dapat Nikmati Listrik PLN Batam
Oleh : Aldy
Kamis | 05-05-2022 | 17:04 WIB
wildan-senyum.jpg
Wildan, salah satu warga Desa Pasir Panjang, Rempang Cate, Galang, Kota Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Perayaan Idul Fitri 1443 Hijiriah terasa lebih berharga bagi masyarakat Desa Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Kota Batam, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pasalnya, dua bulan lalu bright PLN Batam telah melakukan pemasangan aliran listrik di desa tersebut, sehingga masyarakat sudah dapat menikmati aliran listrik.

Salah seorang warga Desa Pasir Panjang yang berprofesi sebagai guru di kawasan hinterland, Wildan (52) mengungkapkan kebahagiaannya saat ini desanya sudah bisa menikmati listrik layaknya desa-desa lain di sekeliling Batam.

"Tentu senang sekali di lebaran tahun ini, kami sudah dapat merasakan listrik masuk ke desa kami," ungkap dia, Rabu (4/5/2022).

Tidak hanya kebahagiaan yang dirasakan saat menyambut lebaran tahun ini, suasana berbeda juga dirasakan saat menjalankan ibadh puasa, di mana pada tahun-tahun sebelumnya tidak bisa menikmati aliran listrik pada saat ibadah sahur.

"Malam hari kami tidak mengalami kegelapan lagi, dan tidak bergantung pada lampu petromak atau genset, terutama saat sahur," ucapnya.

Dijelaskannya, salah satu keseruan yang kini dapat dirasakan hampir semua warga, adalah kebiasaan berkaraoke yang dilakukan oleh para tamu yang datang berkunjung ke kediaman Wildan untuk bersilaturahmi saat hari raya Idul Fitri.

"Kalau dahulu paling hanya ngobrol biasa saja, kalau sekarang kami lebaran ke rumah tetangga, udah bisa berkaraoke atau hanya mendengar musik yang memang disenangi oleh masyarakat disini," terangnya.

Diakuinya, selama ini untuk penerangan disaat malam hari, warga hanya menggunakan genset atau solar panel serta lampu petromax. Walau demikian, penggunaan dua alat ini dianggap tidak maksimal, karena warga masih belum puas dalam menggunakan listrik di malam hari.

"Dahulu sebelum listrik masuk, kami hanya dapat menikmati lampu dari jam 6 sore hingga pukul 4 dini hari, tetapi hanya untuk cas handphone dan lampu saja, untuk alat elektronik lain tidak kuat," ujarnya.

Selain harga genset terbilang mahal, sehingga tidak memungkinkan semua warga bisa memiliki genset, hal lain yang juga menjadi kesulitan warga adalah, kerap kehabisan bahan bakar solar.

"Di sini solar dijual memang di warung-warung, akan tetapi tidak cukup, karena solar juga dipakai untuk pompong melaut, ditambah lagi penggunaan genset, susah lah diungkapkan gimana. solarnya pun di sini terbatas," katanya.

Wildan menambahkan, saat ini ada 2 desa lagi di kawasan yang sama belum mendapat aliran listrik. Hal ini dikarenakan, akses menuju kedua desa harus melewati sungai dengan lebar sekitar 40 meter, sehingga tiang listrik tak bisa diangkut.

"Semoga saja ke depan sudah ada solusi, sehingga tetangga di dua desa tersebut sudah mendapat listrik," harapnya.

Editor: Gokli