Keanekaragaman Masyarakat Indonesia Adalah Rahmat dan Anugerah Illahi
Oleh : Opini
Selasa | 15-12-2020 | 10:44 WIB
sahat-simanjuntak111.jpg
Tokoh masyarakat Bintan, Sahat Simanjuntak. (Dok)

Oleh: Sahat Simanjuntak

Negeri kita Indonesia ini adalah negeri kepulauan, terletak ditengah-tengah garis khatulistiwa, kaya sumberdaya alam, berlimpah sumberdaya lautnya dan indah mempesona alam lingkungannya, berjejer pulau-pulau mulai dari Sabang di ujung utara pulau Sumatera hingga Mauroke di Papua dan Mianggas hingga Rote, ada aku, dia dan kita yang majemuk, prulal dan kultural dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasar Pancasila, UUD 1945, menjunjung Bhineka Tunggal Ika dan persemaian dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Memiliki cita cita2 luhur Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Negeri kita Indonesia sejatinya adalah negeri kepulauan/bahari/maritim yang terdiri dari pulau-pulau (4 % daratan) dan disatukan oleh lautan (96 % lautan). Diapit oleh Samudera Hindia, Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik.

Negeri kita Indonesia adalah negeri kepulauan/bahari/maritim yang kaya sumberdaya alamnya, berlimpah sumberdaya lautnya, indah mempesona lingkungan alamnya dan itu adalah anugerah serta titipan dari Tuhan kepada bangsa dan negara kita dan itu perlu kita jaga titipan Illahi itu dengan memiliki batasan antara kebutuhan dengan keserakahan dan memiliki batasan antara kesenangan dengan ketamakan.

Negeri kita bukan negeri continental, seperti benua eropa, benua afrika, benua arab, benua india, benua asia, benua australia maupun benua amerika.
Negeri kita adalah negeri kepulauan yang terdiri dari pulau2 yang disatukan oleh lautan. masyarakatnya majemuk dan multi kultural ini Merdeka, Berkedaulatan dan Membangun bangsa dan negaranya yang berbingkai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta menjunjung Bhineka Tunggal Ika dan persemaian terhadap Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, semangat Deklarasi Juanda, tanggal 13 Desember 1957 dan semangat Perjanjian dunia, UNCLOS 1982 menjadi dukunganan untuk penerapan pola pembangunan ruang wilayah dan lingkungan alam, serta masyarakat Indonesia yang majemuk, dan prulal di NKRI sinergis agar pembangunan masyarakat, bangsa dan lingkungan alam dan budaya serta di NKRI menjadi,

Aman dan Damai serta Adil dan Sejahtera sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

Untuk itu diperlukan Keserasian & Keharmonisan antara, Kondisi Sosial Budaya masyarakat lokal/tempatan/budaya pendatang/asing serta lembaga adat dan majelis agama.

Kemudian daya dukung lingkungan, potensi lestari, sumberdaya pesisir dan lautan, kemudian Ketersediaan dan Kesesuaian Ruang Pembangunan.

Kemampuan Eksperimen Laut Menerima Limbah dengan Kebutuhan Pembangunan yang didukung adanya tata ruang yang jelas antara permintaan internasional, permintaan nasional dan kebutuhan Lokal sehingga penerapan pola pembangunan dengan berorientasi maritim di wilayah negeri kepulauan Indonesia tersebut pembangunan akan efisien, lestari, sinergi man dan damai. Adil dan Sejahtera.

Angkat sauh, bentangkan layar dan jangan lupa menghitung angin. Dengan ikhtisar dan ikhtiar bangkit dan keluarlah dari realita yang menghambat "proses menjadi" optimis, dan berbuat utk kesejahteraan bangsa dan negeri tercinta ini sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulu suhada pejuang bangsa kita yang telah berkorban jiwa, darah, air mata serta harta yang tidsk ternilai untuk kemerdekaan negeri kita tercinta ini.

Dengan pendekatan ilmu, seni dan ibadah, berjuanglah agar hidup menjadi mudah, indah dan terarah.

Setia Amanahlah kepada amanat tugas dan kewajiban serta tanggung jawab yang di emban. Yaitu, dalam usaha bersama kita satukan persatuan dan kesatuan untuk mempercepat percepatan pencapaian hakekat cita2 luhur Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Ke darat berbunga kayu, ke laut berbunga karang. Agar bangsa dan negeri kita aman dan damai serta adil dan sejahtera.

Mari kita berdamai dengan hati kita sendiri dan berdamai juga dengan orang lain. Dan itu adalah tugas dan kewajiban serta tanggung jawab kita bersama.

Bentangkan kebenaran dan kesalahan dgn kebesaran hati. Tampa perlu mencari apalagi menuduh siapa yg salah maupun yg benar. Karena kebenaran itu adalah ruh dan nafas yg bersih dari benci, dengki, iri, amarah dan khianah.

Berdamai dgn hati kita sendiri dan berdamai dgn orang lain adalah sebuah tindakan yg sangat mulia dan luhur.

Sehingga aku, dia dan kita dalam usaha bersama dari masing2 lini dan peran di negeri tercinta ini yaitu Indonesia mampu untuk mempercepat percepatan pencapaian wujud dari hakekat rasa aman dan damai serta adil dan sejahtera di negeri kita tercinta ini sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

Untuk itu mari kita berdamai dengan hati kita sendiri dan berdamai juga dengan orang lain. Damai itu indah, damai itu sehat. Damai itu bahagia, damai itu sejahtera.

Penulis merupakan tokoh masyarakat Kabupaten Bintan.