Kepala BNPB Sebut RS Corona Galang Dibangun untuk Selamatkan Keluarga Kita
Oleh : Irawan
Rabu | 11-03-2020 | 10:04 WIB
Doni-di-Batam.jpg
Kepala BNPB Doni Monardo saat melakukan kunjungan kerja ke Batam (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo berharap warga di Batam, khususnya Pulau Galang tidak panik dan risau dengan keberadaan lokasi khusus observasi dan isolasi penyakit menular, yang akan dibangun pemerintah dalam menghadapi ancaman virus corona.

"Tetap tenang, jangan panik. RS di Galang, Batam disiapkan untuk menyelamatkan kita. Saudara kita dan seluruh warga negara Indonesia," tukasnya, dalam kunjungan ke Galang, Minggu (8/3/2020) lalu.

Disebutkan Doni, ini merupakan langkah cepat pemerintah dalam mitigasi bencana, khusunya ancaman virus corona.

"Karena kita harus mengenali ancamannya dan menyiapkan strategi. Ketahui masalah dan mencari solusi," terangnya lagi.

Pemerintah sendiri mulai membangun rumah sakit (RS) khusus virus Corona atau COVID-19 di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

TNI telah mengajukan supaya bisa dibangun 50 ruang isolasi di rumah sakit tersebut.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama dengan Kapolri Jenderal Idham Azis melakukan tinjauan ke Pulau Galang hari ini, Minggu (8/3/2020) lalu.

Hadi menyebut RS khusus virus Corona di Pulau Galang ini akan dilengkapi dua fasilitas.

"Saya dengan Pak Kapolri dan Pak Kepala BNPB hadir di Pulau Galang ini, khususnya di camp bekas pengungsi Vietnam, yang rencanannya akan dibangun satu rumah sakit khusus yang punya 2 fasilitas, yaitu fasilitas untuk observasi dan fasilitas untuk isolasi," kata Hadi.

Ia menilai Pulau Galang merupakan tempat yang ideal untuk di bangun RS khusus tempat observasi dan isolasi. Hal itu karena lokasinya berada di tengah hutan serta jarak dengan pemukiman lumayan jauh.

"Pulau Galang adalah salah satu tempat ideal yang nantinya akan dibangun satu RS khusus. RS yang memiliki fasilitas sebagai observasi dan fasilitas sebagai isolasi. Tempatnya sangat ideal di tengah hutan. Jarak dengan penduduk kurang lebih 2 hingga 3 kilometer (km)," ujar Hadi saat memberikan pengarahan kepada jajarannya di Pulau Galang.

Selain jarak dan lokasi yang dirasa ideal, Hadi menuturkan, akses menuju lokasi juga cukup mudah. Sebab, dekat dengan bandara yang bisa didarati oleh pesawat berbadan besar maupun kecil.

"Dan kalau ada pasien yang harus dikirim dari luar Negeri maupun dari wilayah Indonesia kapan pun bisa sampai sini karena memiliki bandara yang bisa didarati oleh pesawat kecil maupun pesawat berbadan lebar, dan jarak dari bandara ke pulau Galang ini kurang lebih 1 jam," tuturnya.

RS khusus tersebut rencananya akan dibangun di camp bekas pengungsi Vietnam, di Pulau Galang. Hadi menuturkan RS khusus virus Corona ini akan dilengkapi berbagai fasilitas.

Hadi menuturkan pihaknya sudah mengajukan untuk disiapkan 50 ruang isolasi di RS tersebut. Nantinya, sebut dia, ruangan tersebut akan dilengkapi dengan filter HEPA (high-efficiency particulate air) serta oksigen.

Ia pun berharap RS khusus observasi dan isolasi itu segera dapat direalisasi. Para tenaga medis yang akan bertugas di sana nantinya berasal dari TNI-Polri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), juga masyarakat yang memiliki keahlian medis.

"Mudah-mudahan RS khusus ini segera terealisasi dan tenaga medis nya juga berdasarkan desk COVID-19 dari TNI dari Polri kemudian dari Kemenkes dan dari kelompok masyarakat yang memiliki keahlian di bidang tersebut. Kami mohon doanya supaya segera terealisasi RS khusus tersebut," harap Hadi.

Berterima kasih
Dalam kesempatan itu, Kepala BNPB Doni Monardo menyampaikan terima kasih kepada Pemprov kepri telah mendukung pemulangan 248 WNI dari Wuhan (termasuk kru pesawat) ke Natuna, hingga mereka menjalani observasi selama 14 hari. Mereka dinyatakan sehat semuanya, serta sudha dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.

Begitu juga dengan proses evakuasi terhadap 188 warga Indonesia dari Kapal World Dream, ke Pulau Sebaru Kepualauan Seribu. Mereka saat ini masih menjalani observasi namun semuanya dalam keadaan sehat walafiat.

"Proses pemulangan dari kapal berjalan dengan aman. Terima kasih juga kepada masyarakat dan juga masyarakat Natuna," ujar Doni yang sebelumnya juga sudah melihat lokasi Rumah Sakit Camp Vietnam di Kecamatan Galang, Batam bersama Panglima TNI.

Doni bercerita, pertemuan ini merupakan kali pertama dirinya datang ke Batam, setelah menjadi kepala BNPB RI.

"Namun sebelum menjadi kepala BNPB RI sudah beberapa kali ke Batam," katanya.

Ia mengungkapkan, bahwa Kepri dan Batam merupakan daerah yang jauh dari bencana, karena berada di sebuah tempat di bibir selatan Malaka dan berbatasan dengan berbagai negara, sehingga tempatnya aman. Jauh dari lempengan dan atau potensi tsunami.

Sedangkan potensi kekeringan di Batam ini akan menjadi potensi jangka panjang, karena diakibatkan dari kebakaran lahan.

Ia memperkirakan akan menjadi permasalahan jika tidak segera dibenahi. Lalu ia membandingkan kondisi saat ini dengan 20 tahun lalu, maka telah terjadi perubahan vegetasi yang cukup besar.

"Ini bisa menjadi referensi ke depan, bagaimana Pemprov Kepri dan BP Batam bisa mencari solusi," ujarnya.

Ia melanjutkan, jika seandainya fungsi konservasi tidak segera dipulihkan, maka mungkin kepri, khususnya Batam akan mengalami krisis air. Kalau 20 tahun lalu masih banyak sumber-sumber air, tapi kondisi hari ini dari BP Batam juga mengatakan, krisis air sering terjadi.

"BNPB menganjurkan kepada BP Batam untuk bekerja sama untuk melakukan budidaya tanaman tertentu. Tananam ini bisa menjadi solusi jangka menengah dan jangka panjang," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, dari pengalamannya yang selama ini dilakukan, terbukti meski tanah itu tandus bila dikerjakan dengan tekun maka akan juga muncul sumber-sumber mata air. Kenapa ini bisa terjadi? Karena banyak vegetasi yang banyak menyimpan air di antaranya tanaman aren, laban, mahoni.

"Dan juga tanaman tropis lainnya. Ada tanaman yang saya kumpulkan dari Maluku namanya pohon Palaka," ucapnya. Doni lantas menawarkan BP Batam untuk menyediakan kapal untuk menjemput bibit pohon tersebut.

Cuaca Ekstrim
Pada kesempatan ini Doni juga mengingatkan meskipun Kepri adalah daerah yang sangat aman, atau jauh dari ancaman gunung api dan gempa, Namun tetap harus waspada. Mengingat sejumlah ancaman pada periode mendatang adalah ancaman cuaca ektrim.

Kondisi cuaca ekstrim ini, sebenarnya bisa diprediksi datangnya kapan melalui BMKG. Karena itu perlu upaya pengendalian dengan memberikan pemahaman tentang apa yang harus dilakukan kepada masyarakat.

Salah satu upaya adalah, mengenali, mencegah, dan menangani. "Seperti bencana puting beliung, selalu ada korban jiwa dan kerusakan bangunan," ujar Doni.

Demikian pula dengan bencana geologi, seperti gempa bumi dan tsunami. Ancamam geologi ini jarang terjadi dan tidak bisa dipredisksi terjadinya kapan, dan secara kualitas korbannya sangat banyak.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling seirng mengalami gempa dan tsunami, dengan tingkat korban jiwa tertinggi. Peristiwa Aceh lebih dari 200 ribu orang meninggal akbiat tsunami. Ini peringakat kedua setelah gempa di Haiti.

Gempa dan tsunamai, jelas Doni, adalah perisitiwa berulang. Data riset mengenai Tsunami di Aceh, ternyata bukan pertama terjadi tapi berulang kalim sejak 700 tahun silam, 350 tahun silam dan 200 tahun silan, hingga yang terkahir tahun 2004 silam.

"Artinya, yang paling dasyat telah terjadi gempa pada ribuan tahun lalu. Kalau saja waktu itu rakyat kita semua tahu tentang bagaimana menghadapi gempa yang besar yang dapat menimbulkan tsunami, persitiwa 2004 Aceh itu, tidak menimbulkan korban begitu banyak," ujarnya.

Doni juga menganjurkan pengetahuan soal gempa dan tsunami ini tidak boleh lagi diambaikan. Bahkan harus dijadikan mata pelajaran di sekolah, termasuk di perguruan tinggi. Karena dampaknya sangat dasyat.

Kecepatan tsunama sama dengan kecepatan pesawat. Seperti gempa Aceh, tidah terasa di Srilangka. Namun dalam waktu 3 jam tsunami sampai daerah pesisir pantai Srilangka. Padahal rakyat di Srilangka tidak merasakan adanya gempa. Begitu juga di Pataya, Vietnam, dampak gempa di Aceh itu menumbulkan tsunami yang hanya dalam hitungan 1,5 jam, tiba di pantai Pataya tersebut.

Di penghujung sambutannya, Doni kembali memberikan solusi terbaik yang harus dilakukan, adalah mitigasi menanam vegetasi termasuk menjaga mangrove atau bakau di pantai. Supaya wilayah bagian dalam terlindungi. Seperti peristiwa pataya, ada vegetasi pohon-pohon, sehingga banyak yang selamat.

Kepulauan Riau juga memiliki banyak wilayah pantai. Gempa yang berpotensi tsunami bisa saja terjadi dalam waktu tertentu yang tidak terduga. Saatnya harus diantisipasi, demi keselamatan bersama sampai ke anak cucu.

Doni juga menyarankan prilaku memperhatikan lingkungan harus dimulai dari keluarga, terutama terhadap ancaman bahaya geologi ini

Editor: Surya