Sosok Marose Silitonga di Mata Warga Tiban I Sekupang
Oleh : Hadli
Kamis | 17-10-2019 | 10:16 WIB
marose-351.jpg
Marose Silatonga (58), terdakwa penganiayaan saat menjalani persidangan di PN Batam. (Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Warga Tiban I, Kelurahan Tanjung Riau, Kecamatan Sekupang tidak percaya tetangga mereka, Marose Silitonga (58) memukul tanpa sebab. Pasalnya, warga menilai wanita separuh baya itu bukanlah tipikal orang yang temperamen kepada orang lain.

Hal itu diungkapkan Nenek Entin, tetangga korban yang sudah 35 tahun hidup berdampingan di Tiban I. Walaupun hidup berbeda keyakinan perempuan 57 tahun ini mengatakan, dia dan warga sekitar tidak pernah sekalipun ribut dengan Marose.

"Selama ini ibu Marose tidak pernah ada masalah dengan tetangga sekitar, apalagi saya. Kami hidup berdampingan, akur satu sama lainnya," kata Entin ditemui BATAMTODAY.COM di rumahnya, Rabu (16/10/2019).

Sebelum menginjak umur 50 tahun atau sewaktu masih dalam kondisi sehat, Marose, katanya aktif mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan Tiban I. Seperti arisan dan perkumpulan ibu-ibu PKK, kecuali kegiatan keagamaan.

"Sekarang juga masih aktif, tetapi tidak seperti dulu. Arisan dia ikut, ada tetangga sakit dia juga datang jenguk, yang musibah meninggal juga datang. Pokoknya orangnya tidak usil lah sama orang lain. Bahkan kami kalau ada makanan saling berbagi. Kalau pengajian ya gak lah, kan berbeda, tetapi dia aktif kegiatan gereja," ujar Nenek Entin kembali.

Hal senada juga disampaikan warga lainnya. Pasangan suami istri, Joko (50) dan Tika (40) menuturkan selama 5 tahun menempati rumah mereka tidak pernah sedikit pun mendengar Marose bertikai dengan warga lainnya.

"Selama kami tinggal di sini, tidak pernah ada ribut-ribut. Semua adem-adem aja, ya termasuk ibu Marose," kata Joko, Ketua RT02/RW 03 Tiban I di rumahnya.

Aktivitas keseharian di halaman rumah keluarga Marose terlihat dari rumah pak RT. Setiap pagi bila anak-anak dan suaminya sudah berangkat kerja, Marose tanpak bersih-bersih.

"Sorenya kalau tidak ada aktivitas lain, paling bakar-bakar sampah daun yang kering. Sambil menyapa warga lain yang melintas atau jalan jalan ke vasum dekat sini, karena banyak anak-anak yang bermain di taman ditemani ibu mereka. Ibu Marose ke taman sama anak tetangga sebelah rumah yang sudah dianggap anaknya," ujarnya.

Anak perempuan dari pasangan Elias dan Lia berkumur sekitar 5 tahun itu memanggil Marose dengan sebutan Mama. Bahkan kepada suami Marose dipanggil denggan sebutan Papa. Marose sering ke warung mereka membeli jajanan untuk anak angkatnya itu.

"Sayang kali ibu Marose dengan anak itu. Sering juga tidur di rumah ibu Marose. Makanya kami tidak percaya kejadian itu," tuturnya.

Tika, menambahkan Marose aktif pada kegiatan gereja. Seperti perkumpulan gereja ibu-ibu PKK dan lainnya. Di lingkungan Tiban I, Marose dinilainya akrab dengan tetangga lainnya walaupun lingkungan komplek tersebut bukan tipikal ibu-ibu yang suka ngerumpi seperti lingkungan lainnya.

Terkait, peristiwa kejadian pemukulan kepada seorang wanita bernama Nurcahaya Purba di lingkungan tersebut pada 10 Juni 2019 pagi, Joko dan Tika mengaku mengetahui kejadian itu dari warga lainnnya yang bertanya ke padanya. Itu juga, katanya, kejadiannya sudah lama baru diketahui.

"Kami memang beda RT (Marose RT02/RW03) tetapi rumah saya ini kan menghadap ke rumah ibu Marose, waktu kejadian memang kami tidak mengetahui. Taunya ada warga yang bertanya kepada saya. Kami tidak percaya kalau tidak ada sebab. Kalau ditampar dulu seperti cerita yang kami dengar di lingkungan ini mungkin saja bisa terjadi. Lagian ngapain perempuan itu di situ ngintip rumah orang," kata Tika.

Tika mengatakan, sejak tinggal di Tiban I, jangankan bermasalah dengan orang lain, mendengar Marose memarahi anaknya saja tidak pernah terlihat. "Selama kami tinggal di sini tak pernah sedikit pun mendengar keributan. Karena memang orangnya ramah, tidak usil," tutur Tika.

Joko mengaku tidak mengatahui secara persis kejadian itu. Sebab, sejauh ini dia pun tidak pernah bertanya kepada keluarga Marose. Bahkan, tidak menyangka bisa sampai ke meja hijau.

Joko juga memastikan tidak ada orang lain yang tidur di rumah tersebut selain keluarga dari Marose. Seperti yang dicurigai Nurcahaya selama ini. Dan pada saat Nurcahaya kerumah itu bersama keluarganya dan anggota Babinsa, adiknya melihat sosok laki-laki keluar dari pintu belakang.

"Terlalu berlebihan. Mau lari dari mana, wong rumah itu semuanya dikelilingi tembok, ada yang tinggi pula. Saya juga tidak pernah lihat bahkan tidak pernah mendengar adanya pengaduan dari warga sini," tutupnya menimpal sebagaimana pengakuan Nurcahya dan adiknya dalam persidangan.

Editor: Gokli