Menjadi Lelaki Sejati Ala Yogi, Sang Pejalan Kaki Ribuan Kilometer
Oleh : Hendra Mahyudhy
Jum\'at | 17-05-2019 | 08:52 WIB
pejalan-kaki-indonesia.JPG
Yogi, sang pejalan kaki ribuan kilometer. (Foto: Hendra)

PERNAH dengar lagu Blowin In The Wind, yang disenandungkan Bob Dylan? Lagu ini diawali dengan penggalan lirik pertanyaan. "How many roads must a man walk down. Before you call him a man?" Ya, seberapa jauh kaki harus melangkah sebelum disebut sebagai laki? Sepertinya, sosok Yogi pantas menjawabnya. Siapa Yogi? Berikut perbincangan wartawan BATAMTODAY.COM Hendra Mahyudhy.

Menjadi lelaki sejati di mata Prayogi PY, sang pejalan kaki ribuan kilometer,adalah dengan berjalan dan berjalan. Menurut pria 21 tahun asal Sudiang, Kelurahan Laikang, Kecamatan Biringkanayya, Makassar, ini, semakin jauh melangkah semakin banyak yang dilihat.

Berjalan kaki sendirian menyusuri wilayah Barat Indonesia. Tak pelak, saat berjumpa dengannya di area Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Batam Centre beberapa hari yang lalu. Saya mendengar kisah dan pengalaman mengesankan.

Kepada BATAMTODAY.COM, Ia ceritakan pengalaman panjang yang membuatnya bergetar ketakutan, dari ragam manusia yang Ia temui di setiap jalan di beberapa daerah, pun perihal pengalaman klenik yang mengiringi enam bulan perjalanan.

Semua berawal pada, Rabu, 24 Oktober 2018 silam, hingga akhirnya Ia sampai di Batam pada Rabu, 17 April 2019. Kepada BATAMTODAY.COM Yogi menurutkan, tantangan demi tantangan yang mulai muncul dalam perjalannya, di awali ketika kakinya menapaki jalanan di wilayah Surabaya dan beberapa daerah lainya di Jawa Timur.

Dia tanah Jawa, Yogi ini mendapat tantangan perdananya di wilayah Mojokerto. Langkah awal yang butuh penyesuaian diri. Saat itu ia berjalan sembari bermain gadget, hingga aktivitasnya menarik perhatian penjahat yang melayangkan golok dengan menggunakan sepeda motor.

Untunglah, nasib baik berpihak, tas ransel 80 liter yang ia sandang, menjadi penyelamat. Meski sedikit bagian lehernya sempat terkena sabetan golok dua orang cowboy jalanan.

"Mereka datang dari belakang, kena leher saya sedikit, untungnya tas saya tinggi jadi terlindungi, pas mereka lihat saya tidak apa-apa, mereka kabur. Saya dengar mereka bilang saya kebal, padahal tidak," tuturnya tersenyum mengingat sembari memegang goresan di lehernya yang telah mulai hilang.

Dari kejadian tersebut, Yogi mulai waspada, sadar bahwa dunia luar dan wilayah asing ini menyimpan keindahan dan bahaya kapan saja.

Kewaspadaan mulai Ia tingkatkan, anak kedua dari lima bersaudara ini mulai lebih berhati-hati, tidak lagi menarik perhatian dengan mempertontonkan barang berharga yang mengundang tindakan kejahatan di jalanan yang sepi.

"Dengan segala kekhawatiran dan kewaspaan ini, saya berhasil sampai ke Jakarta dalam waktu sekitar satu bulan, dan juga ke Batam" pungkasnya.

Ternyata, berjalan menyusuri ribuan kilometer pulau yang sambung menyambung di negeri Indonesia ini, banyak hal yang bisa dipelajarinya.

Editor: Dardani