Tanpa Sadar Kebiasaan Kita Turut Melancarkan Kerusakan Bumi
Oleh : Hendra
Kamis | 02-05-2019 | 13:28 WIB
tumukan_samah_batam.jpg
Beberapa truk mini pengangkut sampah terlihat tengah berjajar mengakut sampah (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Parade tumpukan sampah plastik, terlihat mendominasi di setiap sisi tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Kota Batam. Tak dinyana, kebiasaan buruk ini telah mendarah daging bagi kita semua. Membeli apapun selalu pulang dengan membawa kantong kresek.

Tak percaya? Coba pantengin sejenak warung konservatif hingga gerai ritail mewah di kota ini, plastik adalah konsumsi utama yang tidak disadari. Butuh fakta lebih lanjut? Sila berwisata ke tempat pembuangan sampah, anda akan melihat bagaimana plastik menjadi 'King of the Garbage' dari segala tumpukan dengan bau menyengat itu.

Wartawan BATAMTODAY.COM, Hendra Mahyudy mencoba melakukan investigasi mengenai TPS dan tumpukan sampah di Batam. Berikut laporannya.

Melihat banyaknya konsumsi masyarakat akan plastik, membuat saya teringat akan masa kecil di kampung halaman Payakumbuh, Sumatera Barat. Saat itu saya dan sepupu berkunjung ke rumah almarhum kakek yang berada di atas sebuah bukit. Misi kami sederhana, yakni mengumpulkan kepingan tipis bubuk mesiu yang kabarnya merupakan sisa-sisa zaman perang dulu.

Asyik menggali tanah mencari sisa mesiu yang ketika telah terkumpul banyak, akan kami bakar demi kepuasan bocah-bocah kampung yang saat itu tak mampu membeli kembang api. Sekian dari hasil galian, saya dan sepupu menemukan puluhan sampah plastik yang telah sangat usang, tertimbun beberapa tahun silam dan masih seperti biasa, tak terurai oleh bakteri manapun, yang bertugas sebagai rantai terakhir dalam proses penguraian.

Bahkan jika menunggu penguraian melalui radiasi sinar Matahari, panas, kelembaban, dan tekanan di dalam Bumi, kita harus menunggu 400 - 1000 tahun, sangat begitu lama.

Sayangnya, waktu itu saya masih belum paham kenapa plastik itu masih ada dan juga tidak peduli akan dampak negatifnya akan kehidupan Bumi. Bahkan, saat itu di kampung-kampung, meski tak semasif warga kota, plastik telah mulai dikonsumsi dan jadi trend sana-sani di era 2000an. Di bangku pelajaran SMP dan SMA kami juga hanya dikabarkan tentang lamanya penguraian bukan mendalam tentang bahayanya.

Bahkan dewasa ini tanpa disadari, beberapa warung makan mulai terlihat mengambil bagian penting dalam peningkatan sampah plastik di tengah masyarakat kita, seperti nasi padang yang belakangan mulai dikenal dengan anekdot 'Dibungkus lebih banyak dari pada makan di tempat', sehingga partisipasi pasif dalam penyebaran sampah plastik ini terus saja dimulai tanpa kita sadari.

Perihal ini, memang tak hanya nasi padang, karena setiap apapun makanan yang dibungkus bisa saja selalu membawa sampah plastik dalam perjalanannya menuju rumah. Lalu masihkah kita mempertahankan stok ketidakpedulian tanpa batas mengenai hal-hal sederhana namun fatal dan penting seperti sampah ini?

Bahkan untuk sampah rumah tangga sendiri, Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batam, Faisal Novrieco mengatakan, selain didominasi oleh sampah sisa makanan, plastik juga banyak dihasilkan oleh sampah rumah tangga. Ia katakan hal ini karena pengaruh utama plastik masih menjadi bagian utama dari bungkus makanan dan produk apapun

"Kenyataannya memang begitu, selain sampah sisa makanan, plastik juga mendominasi sampah-sampah rumah tangga. Kita bisa lihat sendiri, setiap kali ke warung atau minimarket plastik masih elemen utama pembungkus makanan yang dibawa," ujarnya, Kamis (02/04/2019) siang ini.

Ia mengatakan, sejauh ini DLH telah mulai mengadakan sosialisasi untuk mengurangi konsumsi sampah plastik. Bahkan pihaknya juga telah mulai menggalakkan 'Green Office', di mana setiap instansi pemerintahan ke depannya mulai mengurangi konsumsi plastik, seperti botol air mineral dianjurkan tidak lagi digunakan tetapi lebih pada membawa botol isi ulang sendiri, begitu juga dengan sedotan.

"Kita telah mulai di lingkup DLH, kemudian kita akan lanjutkan di instansi pemerintah di sekitar Sekupang terlebih dahulu," jelasnya.

Sementara itu kata Faisal, Pemerintah Kota Batam sendiri juga telah menerbitkan Perwako dan Perda perihal pengurangan konsumsi plastik, dan sosialisasi akan terus digalakkan terutama ke minimarket dan supermarket yang merupakan penyuplay utama sampah plastik selama ini.

Saat BATAMTODAY.COM ke lokasi TPS Mentarau, terlihat beberapa truk mini pengangkut sampah tengah berjajar mengakut sampah. Mustafir, supir truk sampah itu mengatakan, bahwa sampah plastik memang sangat banyak dan terus semakin banyak, memang beberapa telah mereka pilah dulu seperti botol plastik karena di Batam ada yang menampungnya untuk daur ulang, namun bagaimana dengan kantong kresek?

"Di Batam tidak ada daur ulang sampah plastik kresek, kalau botol masih ada," terangnya.

Mengenaskan bukan? Masihkan kita tetap menggunakannya atau mulai mencari alternatif lain, demi anak cucu ke depannya.

Editor: Surya