Nelayan Teluk Mata Ikan Harapkan Pemerintah Selesaikan Masalah Limbah
Oleh : Putra Gema Pamungkas
Rabu | 10-04-2019 | 12:52 WIB
limbah21.jpg
Tumpahan Limbah Minyak Di Kawasan Kampung Tua Teluk Mata Ikan, Kota Batam. (Putra Gema Pamungkas)

BATAMTODAY.COM, Batam - Masyarakat resahkan limbah minyak hitam (Sludge Oil) yang mencemari pesisir pantai Kampung Tua Teluk Mata Ikan, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Kota Batam.

Minyak hitam mengeluarkan aroma tidak sedap tersebut sudah mulai melekat pada bibir pantai Mata Ikan sejak, Selasa (9/4/2019). Diduga, minyak tersebut adalah hasil pembuangan limbah kapal tangker luar negeri di wilayah Out Port Limited (OPL) yang sampai ke pesisir pantai Indonesia karena terbawa arus laut.

Salah seorang nelayan di kawasan Mata Ikan, Razali (50) mengatakan, tumpahan minyak seperti ini merupakan hal yang sangat merugikan pihak nelayan. Hal tersebut dikarenakan minyak dapat menghambat aktivitas para nelayan.

"Saya sudah di sini (Kampung Tua Teluk Mata Ikan) sejak 2009. Di kawasan ini sangat sering terdampak limbah minyak pada awal dan akhir tahun, tapi yang kami bingungkan kenapa bisa ada limbah minyak pada pertengahan tahun seperti ini," kata Razali saat ditemui di lokasi, Rabu (10/9/2019).

Razali mengungkapkan, aktivitas pembuangan limbah minyak ini sudah sangat sering terjadi. Akan tetapi, dalam kurun waktu 10 tahun, dirinya mengatakan baru merasa benar-benar dirugikan dari limbah tersebut selama dua kali, salah satunya yang sedang terjadi saat ini.

"Kalau pada awal dan akhir tahun, biasanya minyaknya kecil-kecil. Kalau ini kan seperti sengaja dibuang karena ketebalannya saja bisa mencapai 5 cm," ungkapnya.

Kerugian mulai dirasakan para nelayan karena akses jalan dari pantai ke sampan sangat susah dilalui. Selain karena tebalnya tumpahan minyak di sepanjang bibir pantai, masyarakat juga kehabisan akal untuk menghilangkan minyak yang menempel di sekujur tubuhnya ketika akan turun melaut.

"Minyak ini cuman bisa dihilangkan, satu-satunya cara ya pakai minyak tanah, tapi kan kita tahu sendiri kalau minyak tanah sekarang mahal dan susah didapatkan," sesalnya.

Razali mengharapkan agar Pemerintah Kota (Pemko) serta DPRD Kota Batam segera menyelesaikan permasalahan ini, karena sangat memberikan dampak kerugian yang besar untuk masyarakat menengah ke bawah, seperti halnya 80 keluarga di kawasan Teluk Mata Ikan yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan.

"Selama 10 tahun saya juga tidak pernah melihat orang Pemkot Batam dan DPRD Batam turun langsung ke lokasi untuk menyelesaikan masalah ini, kami masyarakat kecil sudah biasa menerima omongan manis yang menyebabkan kami terus merugi," tutupnya.

Editor: Chandra