Lokasuara Hadirkan Dentuman Nada Nuansa Bawah Tanah
Oleh : Hendra
Sabtu | 05-01-2019 | 09:52 WIB
musik-bawah-tanah.jpg
Band Rajasinga saat manggung di Lokasuara Batam. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Beragam rupa orang berserta cara mereka berpakaian mulai berdatangan memadati venue acara (gigs) pada Kamis (03/01/2018) pukul 18.40 WIB, selepas ba'da maghrib di salah satu Ruko tiga lantai yang berada di pinggiran Nagoya, Batam.

Tempat itu bernama Lokasuara, sebuah small art space (ruang pertunjukan sederhana) yang menyediakan venue gigs khusus musik indie atau underground di Batam untuk merongrongkan beragam jenis lagu (kegelisahan) yang jarang kita dengar di televisi lokal negeri ini.

Saat berada di sana, dentuman demi dentuman nada terus berperang keras menusuk gendang telinga. Kalau tidak terbiasa spontan akan berkata "Musik apa ini?.

Namun dari sanalah lahirnya sebuah seni, yang tanpa keterikatan akan aturan-aturan baku majorlabel dan nilai-nilai konservatif musik pada umumnya.

Terlihat saat itu setiap orang datang dengan senyum mereka untuk membebaskan setiap ekspresi kemanusian menjadi seni yang tak sekedar melepas penat akan polemik keseharian.

"Jika berdansa dilarang, maka kami bukan bagian dari revolusimu," teriak seorang pria berperawakan kurus dari atas panggung dengan lantang membacakan kutipan terkenal dari Emma Goldman di hadapan puluhan orang penonton yang mamadati panggung.

Pria itu adalah Farid Amriansyah, seorang vocalis dari Band Detention. Jauh-jauh mereka datang dari Palembang dalam rangka tour yang bernama 'Punk Island Alert Tour 2018/2019'.

Tidak banyak yang dia harapkan dari tour band-nya ke negeri Melayu Bertuah ini, kecuali saling support antar sesama, saling bertegur sapa seperti saat bertemu konco lama, dan poin utamanya adalah saling berbahagia.

"Alhamdulillah, kami datang ke sini tanpa utang atau meminjam uang teman. Kami datang ke sini untuk saling menyapa dan memberi support satu sama lainya," ujar pria yang akrab disapa Pelor Ryan tersebut.

Bagi pria asal Palembang yang juga seorang penyiar radio itu, musik tidak hanya sekedar hiburan semata, namun juga merupakan jalur untuk mengkritisi tatanan kehidupan sosial.

Hal ini bisa dilihat dari lagu-lagu yang dia nyanyikan yang syarat akan kontrol dan kritik sosial. Seperti lagu 'cult of delusioneres' yang secara blak-blakan menyoroti konsep sosial politik negeri ini.

Tak hanya Detention yang datang untuk menghibur penikmat musik bawah tanah yang pada era presiden pertama Indonesia, Soekarno dikenal dengan musik 'ngak ngik ngok' ini. Beragam line up disuguhkan, seperti Band Grindcore terkenal Rajasinga (Bandung),  Bef Sexual Cadaver (Tanjungpinang), Before (Batam), PukulxBalik (Batam), Watercannon (Batam) dan Hope (Batam).

Editor: Gokli