BP Batam Bahas Teknis Pemanfaatan Air Bersih dari Lingga untuk Kota Batam
Oleh : Nando Sirait
Selasa | 13-11-2018 | 09:52 WIB
awe-lingga-air.jpg
Bupati Lingga, Alias Wello. (Foto: Nando Sirait)

BATAMTODAY.COM, Batam - Badan Pengusahaan (BP) Batam, kembali melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Menyusul, adanya asumsi pada tahun 2040, Batam sebagai kawasan industri akan mulai mengalami krisis air baku.

Deputi IV BP Batam, Eko Budi Soepriyanto mengatakan, adanya kegiatan ini sendiri merupakan tindak lanjut dari MoU antara BP Batam dan Kabupaten Lingga terkait kerja sama pemanfaatan air di Lingga untuk masyarakat Batam di tahun 2017 lalu. Di mana dalam FGD yang kedua kalinya dilakukan ini, pihaknya mengaku lebih membahas mengenai teknis penyaluran air dari Air Terjun Busung di Bintan dan Air Terjun Jelutung di Lingga.

"Fokus kami selain mencari sumber-sumber air yang baru, termasuk juga dengan mengoperasikan instalasi pengolahan limbah di Bengkong, skenario yang dilakukan, di antaranya, yakni memanfaatkan dua sumber air tersebut," paparnya, Senin (13/11/2018).

Eko menambahkan, apabila kerja sama tersebut terealisasi. Pihaknya memperkirakan penyaluran air bersih bagi Batam dapat dilakukan dengan memanfaatkan pipa bawah laut untuk menarik air dari Lingga ke Batam.

Ia menjelaskan untuk perkiraan sendiri pipa bawah laut tersebut sekitar 100 Km. Sementara untuk proyek pengerjaan sendiri, setidaknya membutuhkan waktu 5 tahun untuk pemasangan pipa bawah laut.

Untuk pengelolaannya sendiri, Eko mengakui, hal ini akan kembali dilakukan bekerjasama dengan pihak swasta. "Nantinya hasil ini akan kita ajukan lagi ke Pemerintah Pusat. Jadi untuk proyeknya akan menjadi tanggung jawab dari Pemerintah Pusat, sama seperti proyek Waduk Sei Gong. Atau mungkin kita akan mencari pihak swasta yang bersedia untuk mengerjalan proyek dan pengelolaan nya," jelasnya.

Bupati Lingga, Alias Wello juga menyampaikan hal serupa. Di mana potensi pemanfaatan air di Lingga terbilang besar dan juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan terhadap air di daerah lainnya di Kepri.

"Sumber air baku di Pulau Lingga ada delapan. Di Singkep ada lima. Jadi untuk air tak ada masalah," kata Alias.

Untuk satu sumber air baku saja seperti air terjun Jelutung di Pulau Lingga, debit air pada musim kering 4.000 liter per detik. Belum lagi di musim hujan sebesar 6.000 liter per detik.

Itupun dengan debit air yang ada saat ini, masih banyak yang terbuang ke laut.

Di sisi lain, Alias mengakui, pengadaan infrastruktur di daerahnya untuk pemanfaatan air tersebut masih kurang. Jika mengandalkan Anggaran Pendapatan Asli Daerah (APBD) Kabupaten Lingga, sangat terbatas.

Ia berharap lewat kerja sama itu, bisa memberikan kontribusi besar bagi pemasukan di masing-masing daerah. Untuk realisasinya, Alias mengharapkan bantuan anggaran dari pusat.

"Pemerintah harus hadir untuk proyek besar ini. Karena Batam identik kota industri, penduduknya semakin banyak, begitu juga dengan hotel-hotel," ungkapnya.

Editor: Gokli