Usaha Tak Akan Pernah Hianati Hasil

Upaya Harifin Menghidupi Keluarga dari Perasan Jeruk
Oleh : CR-1
Kamis | 08-11-2018 | 10:16 WIB
jeruk-peras.jpg
Harifin, penjual jeruk perasi di daerah Batuaji. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Teriknya matahari siang itu, tidak mampu mengalahkan semangatnya untu menjajakan dagangannya. Dengan sabar, dia menunggu pelanggan datang memesan jeruk peras yang dijajakan dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk mempermudah gerak usahanya.

Dia adalah Harifin atau yang biasa dipanggil bang Ipin, Pria berusia 48 tahun asal Sumatera Utara ini telah 3 tahun berjualan jeruk peras di area ruko Tunas Regency, Sei Binti, Sagulung.

Niat awalnya datang ke Batam pada tahun 2015 adalah untuk mengadu nasib di kota industri ini. Dia tinggalkan istri dan anaknya untuk sementara waktu di kampung halaman, dengan doa dan harapan untuk membangkit batang terendam (keberuntungan).

Bang Ipin memulai hidupnya di Batam dengan bekerja sebagai helper di sebuah perusahaan galangan kapal di kawasan Tanjunguncang. Namun pekerjaanya hanya bertahan selama 3 bulan.

"Saat itu industri galangan lagi goncang. Saya sempat putus asa," ujarnya sembari mengiris jeruk untuk diperas memenuhi pesanan seorang pembeli, Rabu (7/11/2018).

Hanya tiga bulan bekerja, dia pun pulang ke kampung halaman. Di Medan pikirannya tercerahkan, itu terjadi saat dia melihat orang-orang membuka usaha jeruk peras. "Di Medan cukup ramai dan di Batam saat itu setahu saya masih sepi," katanya mengingat kembali.

Dengan tekad yang kuat, dia kembali ke Batam. Membawa semangat baru dengan harapan dan doa agar kehidupan keluarganya lebih maju. Dia juga langsung membawa serta anak dan istrinya.

Awal membuka usahanya, Harifin harus bertabah hati karena kekurangan modal. Untung saja saat itu, Sujai Deli (23), anak sulungnya, diterima bekerja sebagai office boy (OB) di kantor Bank BCA, Kawasan Pasar Fanindo Batuaji.

Dengan bantuan anaknya, Harifin mulai menekuni usaha jeruk peras. Awalnya dia berkeliling area Batuaji dan Sagulung menjajakan jeruk perasnya. Namun untuk saat ini, dia lebih sering menetap di area depan Ruko Tunas Regency.

"Rada sedih juga saya bang, anak saya sangat ingin bisa masuk kuliah, namun karena bantu usaha ini, dia tunda dahulu. Lagi pula dia bilang biaya kuliah sangat mahal juga," tuturnya.

Namun perlahan, roda kehidupan terus berputar. Keseriusan Harifin semakin membuahkan hasil. Meski saat ini dia bersama istri dan anaknya masih tinggal di rumah kontrakan, namun mereka telah mulai merasa tenang.

Dua cabang telah dibuka, satu dia yang jaga, satu lagi istrinya, Tina Agustina (43) yang berjualan di area depan sekolah Madrasah Aliyah Negeri Satu (MAN-1), seberang Fanindo.

"Istri saya buka di sana juga, walau masih bermodalkan meja saja," ujarnya bahagia.

Dahulu saat bekerja di galangan kapal, penghasilan Harifin hanya dikisaran Rp3-4 juta per bulan, namun sekarang sudah ada peningkatan.

Per hari, rata-rata dia menghabiskan 15 kg jeruk untuk 2 cabang yang telah dia buka, dengan penghasilan per bulannya mencapai Rp6 juta.

"Itu kalau hari gak hujan, kalau hujan ya tak sampai segitu," ucapnya menyuguhkan jeruk peras kepada seorang pembeli.

Kebahagian Harifin pun bertambah. Anak perempuannya, Salma Nurjani (17), telah tamat sekolah, dan telah di Batam berkumpul bersama melengkapi keluaga kecil mereka. "Saat ini dia masih sedang sibuk melamar pekerjaan. Harapan saya kedepannya anak-anak saya bisa menjadi sarjana," harap Harifin kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (07/11/2018).

Editor: Gokli