Pemko Batam Bakal Jadikan Kawasan Simpang Frengki Pusat Kuliner dan Perdagangan
Oleh : Irwan Hirzal
Selasa | 26-06-2018 | 13:16 WIB
rudi-frengky1.jpg
Wali Kota Batam, Muhammad Rudi mengecek pelebaran jalan di Simpang Frengky. (Foto: Irwan)

BATAMTODAY.COM, Batam - Saat ini pusat kuliner dan perbelanjaan masih bergantung pada kawasan Nagoya dan sekitarnya. Pemerintah Kota Batam merencana akan membuat Simpang Frengki sebagai pusat kuliner dan perdagangan.

Rencana itu diisampaikan Wali Kota Batam, Muhammad Rudi saat meninjau jalan yang akan dilebarkan dan sisi lainnya, akan dijadikan pusat kuliner dan perdagangan itu, Senin (25/6/2018) di Batam.

"Perencanaan saya awal dulu, lokasi ini akan dijadikan pusat Kota Batam. Pusat Kota Batam tidak boleh tertumpuk di satu titik (Nagoya-red)," ujar Rudi kemarin.

Rudi menjelaskan Pemko Batam tengah mempersipkan satu titik dari Simpang Frengki sampai Perumahan Dutama sebagai pusat kuliner. Tidak jauh dari lokasi tersebut, di ruko-ruko, akan dijadikan sebagai ?pusat perdagangan. Untuk menjadikan pusat kuliner dan perdagangan, Pemko sudah meminta bantuan dari konsultan.
?
"Kita minta desain dari konsultan. Kita berharap ini akan menjadi pusat perdaganga yang luar biasa. Hari ini orng hanya ke Nagoya, kita coba geser. Tapi harus di percantik dulu, supaya lokasi ini ada niat pedagang pindah kelokasi ini," ujarnya.

Diharapkan, nanti kawasan itu akan jadi pusat perdagangan dan kuliner, yang banyak dikunjungi warga dan wisatawan. "Ruko dan taman kita tata. Jadi pusat perbelanjaan yang berkelas, ekslutif. Desainnya bagaimana sore orang ingin datang kesini," harap Rudi.
?
Dipenataan awal, pihaknya menyiapkan desain taman terlebih dahulu. Sekaligus penataan kawasan ruko-ruko. Sehingga kedepan bisa menjadi pusat perbelanjaan eksekutif yang akan berkelas. "Berkelas, bukan (ekonomi) kelas atas, tapi menengah. Menengah ada, bawah ada," ujar Rudi.

Dia mencontohkan kawasan kuliner dan perdagangan yang disebut, Vivo di Sinagpura. Menurutnya, di Jakarta belum ada pusat kuliner yang orang bisa berkumpul 200 hingga 400 ribu orang. Berbeda dengan di Singapura dan Malaysia, yang bisa ramai sebanyak itu. Warga yang berkumpul disitu disebut sebagai masyarakat ekonomi menengah dan ke bawah.

"Makanya, kita siapkan desain untuk itu. Bagaimana sore hari orang mau datang ke sini. Kita cipatakan di sini pusat kuliner. Kalau capek belanja bisa makan. Makanya seluruh jalan uta dan alternatif saya perbaiki semuanya," pungkasnya.

Editor: Yudha