Dibangun Distako Sejak 2015

Pembangunan RKB di SDN 021 Sagulung dan SMPN 53 Batuaji Terbengkalai
Oleh : Yosri Nofriadi
Rabu | 22-11-2017 | 15:02 WIB
RKB-Mangkrak1.gif
Pembangunan gedung baru di SDN 021 Sagulung yang terbengkalai. (Foto: Yosri)

BATAMTODAY.COM, Batam - Semenjak dimulai pembangunannya tahun 2015 yang lalu, bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 021 Sei Binti, Kecamatan Sagulung sampai saat ini belum selesai

Sampai saat ini dua gedung ruang kelas baru (RKB) di sekolah itu belum ditindaklanjuti. Padahal sekolah itu sekarang sudah memiliki murid sampai kelas empat dengan total delapan lokal. Bahkan sekolah SMA 19 juga numpang disana karena gedung sekolah mereka yang berada di perumahan Tunas Regency Sagulung belum selesai dibangun.

Pantauan di lokasi sekolah, dua gedung tambahan itu baru sebatas pondasi dan tiang-tiang sudut bangunan. Lokasi pembangunan gedung itu masih dalam posisi terbuka. Di atas lahan fondasi kosong itu sebagian digunakan untuk lokasi penanaman bunga oleh siswa.

"Belum ada tindaklanjut memang masih begini terus sejak tahun 2015 lalu," ujar salah satu guru sekolah SD 021, Wahudi saat dijumpai di sekolah, Rabu (22/11/2107).

Dua gedung tambahan yang belum selesai itu, kata Wahudi merupakan proyek peningkatan gedung sekolah yang dicanangkan oleh Distako tahun 2015 lalu. Itu bertujuan untuk melengkapi fasilitas lokal ataupun ruangan di sekolah tersebut. Namun rencana itu tinggal rencana sebab sampai saat ini belum ditindaklanjuti.

"Setahu saya belum ada arahan lagi dari Dinas Pendidikan kota Batam ataupun Pemko," ujarnya lagi.

Hal yang sama juga terjadi di sekolah SMPN 53 di Kelurahan Kibbing, Kecamatan Batuaji. Ratusan siswa di sekolah tersebut harus mengikuti belajar double shift sebab ruangan kelas yang tersedia hanya tujuh lokal. Padahal ada 14 rombongan belajar (Rombel).

Kekurangan lokal tersebut dikarenakan gedung tambahan yang dibangun oleh Dinas Tata Kota (Distako) tahun 2015 terbengkalai. Sampai saat ini dua gedung tambahan itu belum ditindak lanjuti. Padahal sekolah tersebut sangat membutuhkan lokal tambahan agar siswa tidak lagi belajar double shift. "Yang masuk pagi kelas sembilan dan dua kelas siswa kelas delapan. Sisanya masuk siang. Total ada 14 rombel di sini," ujar Wakil Kurikulum SMPN 53, Haru Pramono.

Saat ini SMPN 53 kata Heru memang masih kekurangan sekitar tujuh lokal lagi. Untuk mensiasati agar sistem belajar mengajar tak terganggu, pihaknya terpaksa menerapkan sistem belajar double shift.

Dengan adanya penerapan sistem belajar double shift itu tentu sejumlah persoalan dihadapi pihak sekolah. Selain persoalan adanya siswa yang masuk siang, guru-guru juga harus mengajar sepanjang hari. "Kalau siswa masih bisalah dimaklumi. Tapi guru-guru ini kasian harus pulang sore terus setiap hari," ungkap Heru.

Editor: Yudha