Aktor Film Gangster Kampung Man

Tak Ingin Seperti Briptu Norman Kamaru
Oleh : Fredy Silalahi
Sabtu | 27-05-2017 | 08:00 WIB
Nam-01.gif
Sarman (Kiri) bersama Briptu M H Taufan saat syuting GKM. (Foto: Fredy Sillahi)

TAK sekalipun terlintas di benaknya, melakoni adegan film. Apalagi, seragam kebanggaan telah mengantarkannya menjadi anggota Polsek Siantan Kabupaten Anambas. Tapi, demi mensupport karya asli anak tempatan, Briptu M H Taufan pun beradu acting di film Gangster Kampung Man. Apakah dia akan mengikuti jejak Briptu Norman? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Fredy Silalahi.

Launching film Gangster Kampung Man (GKM) di Hotel GGI Jodoh Batam, Selasa, 23 Mei 2017 malam lalu, menjadi satu torehan sejarah perjalanan seorang polisi muda, Briptu M H Taufan. Karena debut perdananya sebagai aktor film banjir apresiasi dari berbagai kalangan.

Padahal, menjadi aktor tak masuk dalam daftar profesi yang ditargetnya. Prioritas utamanya adalah menjadi polisi. Karena bisa berseragam cokelat dengan pistol di pinggang, telah menjadi cita-citanya sejak kecil. Tapi, setelah Tuhan mengabulkan do'a-do'anya, tugas sebagai anggota Polsek Siantan Kabupaten Anambas mempertemukannya dengan sineas muda Anambas, Sarman Galang. Juga, dengan para Penggiat Perfilman Anambas (Panglima).

Kemudian, sebuah konsep dan gagasan pun digodok bersama. Beruntung, sebagai polisi muda, Briptu M H Taufan mendapat supporting penuh dari teman-temannya di Polsek Siantan dan komandannya, AKP Anjar Yogota, saat masih menjabat Kapolsek Siantan. Maka, lahirlah GKM sebuah film yang menceritakan ancaman peredaran narkoba di wilayah perbatasan Anambas.

Tak ingin mati karir di kepolisian seperti Briptu Norman Kamaru, Briptu M H Taufan hanya berniat membantu menyukseskan karya asli anak Anambas.

"Awalnya saya diajak oleh Sarman, dikasi script untuk mempelajari watak dan peran Man. Kebetulan cocok dengan saya watak saya. Khususnya kami di kepolisian juga ingin memberantas narkoba. Saya permisi dengan komandan, saya langsung didukung untuk memerankan itu," ujar polisi muda kelahiran Tanjungpinang 1991 itu.

Di film GKM, Briptu M H Taufan memerankan sosok Man yang merupakan putra asli Anambas. Sejak Sekolah Dasar (SD) Man sudah meninggalkan kampung halaman. Suasana yang begitu nyaman dan kondusif selalu saja terngiang di benak Man ketika menuntut ilmu di luar Anambas.

Rindu rasanya dengan kampung halaman, karena sudah bertahun-tahun tak melihat Anambas, Man pun bergegas menggunakan transportasi laut. Suasana yang ia rasakan di kapal juga tidak jauh berbeda sejak pertama meninggalkan kampung halaman. Namun setibanya di Pulau Siantan (Kampung Halaman Man), suasana kampung terasa berbeda.

Awalnya Man menganggap hal itu wajar, karena sudah lama tidak menginjakkan kaki di kampung halaman. Seiring berjalannya waktu, Man merasakan perbedaan yang tak kunjung hilang dari benaknya, yaitu kriminalitas. Kriminalitas yang dimaksud yaitu peredaran narkoba yang meluas.

Man juga semakin tak tenang usai mengetahui saudari kandungnya menikah dengan seorang pria yang bergelut di bidang narkoba. Bahkan, kakak iparnya itu merupakan bandar besar. Berambisi tinggi memisahkan saudari kandung dari seorang gengster, Man mulai mengajak teman-temannya untuk memerangi peredaran narkoba tersebut.

Script itulah yang membuat Briptu M H Taufan bersemangat memerankan Man. Pesan dalam film GKM itu selaras dengan misi Kapolsek Siantan. Yaitu, menjadi Pulau Siantan bersih dari peredaran narkoba.

Briptu lulusan Bintara tahun 2009 itu juga senang bergabung dengan putra-putri asli Kepri. Menurutnya, melalui film tersebut pemuda juga memiliki tanggungjawab untuk memberantas peredaran narkoba.

"Dalam film itu, saya mengajak teman-teman untuk memberantas narkoba. Karena saya tahu, kakak ipar saya seorang gengster, tak mungkin saya sendiri memberantas. Jadi inti dari film itu, semua pihak bertanggungjawab memberantas narkoba. Setidaknya ada peran melarang agar tidak terpengaruh penyalah gunaan obat itu," tuturnya.

Adegan yang sulit, menurutnya ada pada sesi fighting. Namun agak sedikit kaku baginya karena sudah lama tidak latihan bela diri. "Sebelum mengikuti Bintara, saya pernah mengikuti latihan bela diri. Jadi ketika sampai pada adegan fighting agak sedikit kaku. Tetapi prosesnya tak lama, karena gerakan itu masih melekat," tambahnya.

Yang membuat dirinya senang bergabung dengan Penggiat Perfilman Anambas (Panglima) yaitu anggotanya ramah dan tidak bentrok dengan jam dinas.

"Senangnya membantu karya asli anak daerah ini. Lagian syuting tak pernah bentrok dengan jam dinas. Apalagi pemainnya juga banyak yang bekerja di pemerintahan, jadi semua mempunyai pekerjaan dan kesibukan sendiri. Tetapi kami juga bisa membantu Sarman menyelesaikan film ini, karena syuting selalu mencari waktu luang," pungkasnya.

Sementara itu, AKP Anjar Yogota Widodo saat masih menjabat Kapolsek Siantan mengaku, pihaknya juga dilibatkan pada sesi akhir penggarapan Gangster Kampung Man itu.

"Sesuai perintah Kapolda dan Kapolri, kami siap memerangi narkoba. Dilibatkannya kami dalam adegan ini merupakan sebuah bentuk sosialiasi pemberantasan narkoba. Walau begitu, hingga saat ini kami memiliki produk sedikitnya 6 LP kasus narkoba dan 10 orang yang berhasil diproses," ujar Mantan Kapolsek Siantan itu yang saat ini pindah tugas di Polres Bintan menjabat Kasat Lantas itu.

Siap ndan! Action!

Editor: Dardani