SMK 3 Anambas Sangat Membutuhkan Sarana dan Prasarana Laboratorium
Oleh : Alfred Silalahi
Senin | 28-11-2016 | 12:06 WIB
Kepsek-SMK3-Anambas1.jpg

Kepala Sekolah SMK3 Anambas, Erni Subhiyanti. (Foto: Alfredy)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Untuk meningkatkan keahlian di bidang peternakan dan pertanian, SMK 3 Kabupaten Kepulauan Anambas yang berada di Jemaja Timur sangat membutuhkan sarana dan prasarana laboratorium.

 

Erni Subhiyanti, Kepala Sekolah SMK 3 mengeluhkan, sejak 2014 berdirinya SMK tersebut hanya gedung yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pendidikan.‎ Disana total pelajar 125 orang dengan 6 ruang belajar dimana hanya 3 bangunan baru sedangkan 3 bangunan hanya direhabilitasi bekas ruangan Sekolah Dasar.

Selain itu perkantoran disana juga sudah mulai rapuh dan atapnya pernah ambruk karena dimakan usia.‎

"Kami sangat membutuhkan ruang laboratorium dan sarana prasarananya. Selama ini kami hanya aktif praktek dilapangan, sementara dilaboratorium tidak pernah," ujarnya, Senin(28/11/2016).

Erni menjelaskan, pihaknya telah berulang kali diundang untuk mengikuti lomba kompetisi siswa (LKS) di Provinsi, namun selalu terkendala karena sarana dan prasarana laboratorium.

"Sering ada LKS‎ tetapi murid sudah menyerah duluan karena tak satu pun mengenal alat laboratorium. Sedangkan di sekolah lain sudah memiliki laboratorium," ungkapnya.

Dia berharap, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Provinsi segera memperhatikan SMK 3 yang sangat kekurangan prasarana. Dia juga tidak pernah putus semangat mencari sarana dan prasarana laboratorium ketingkat daerah, provinsi hingga pusat.

"Saya sudah sering menyurati Dinas Pendidikan Kabupaten, tapi kita tahulah, defisit seperti ini. Kemudian diarahkan saya membuat proposal ke provinsi tetapi tidak ada juga, yang datang hanya komputer 15 unit. Saya juga sudah membuat proposal ke Pemerintah Pusat, toh juga tak ada perhatian. Mau dibawa kemana nanti murid-murid saya ini. Jangan sekolah yang sudah lengkap fasilitasnya ditambah terus, sedangkan kami ini dibiarkan kekurangan," tegasnya.

"Kami juga kebingungan karena ada peralihan guru SMA ke Provinsi. Tapi kami jalani saja dulu, mudah-mudahan adanya peralihan dapat meningkatkan fasilitas sekolah ini‎," harapnya.

Dia mengakui, 22 jumlah tenaga pengajar hanya 2 yang berstatus Pegawai Negeri Sipil(PNS), namun hal tersebut tidak menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, karena tenaga pengajar sudah berpengalaman.

"Kalau masalah proses belajar mengajar sepertinya tidak ada masalah, 22 Tenaga pengajar sudah cukuplah untuk mengajar 20 mata pelajaran, malah jam belajar yang kurang‎. Meski hanya 2 PNS, proses belajar tetap berjalan lancar, karena masih menggunakan Kurikulum 2006. Saat ini juga K13 belum ada arahan dari Disdik untuk menerapkannya, karena terkendala pada akreditasi sekolah," terangnya.

Editor: Yudha