Tol Laut Sukses Turunkan Disparitas Harga di Papua, Tapi Tidak untuk Anambas
Oleh : Fredy Silalahi
Rabu | 07-09-2016 | 14:41 WIB
tol-laut-anambas2.jpg

Kapal angkutan yang disebut Tol Laut. keberadaannya dinilai tak mampu menurunkan tingginya harga barang di Anambas. (Foto: Alfredi Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Tol Laut merupakan salah satu program Nawacita Presiden Republik Indonesia‎ Joko Widodo dengan tujuan mengurangi disparitas harga barang di seluruh Indonesia.

Tujuan itu memang sukses di beberapa wilayah Indonesia Timur. Tetapi tidak di Kabupaten Kepulauan Anambas. Padahal, barang yang diangkut oleh Tol Laut kebanyakan berpusat dari Tanjung Priok, Jakarta, dan menyebar ke beberapa wilayah yang sulit dijangkau melalui jalur darat.

Di Papua, Tol Laut membawa angin segar. Dulunya harga semen persak di atas ratusan ribu, setelah Tol Laut menyambangi Papua, harga semen hanya mencapai Rp70 ribu.

Berbeda dengan Papua, Anambas yang disinggahi Tol Laut sejak Februari tidak menunjukkan penurunan disparitas harga sejumlah material. Harga semen, misalnya, yang dulunya dibandrol Rp90 per sak, hingga saat ini tetap bertahan di angka Rp 90 ribu.

Seperti diketahui, pemerintah pusat memberi subsidi ongkos angkut setiap barang. ‎Namun,di Anambas, subsidi itu menjadi keuntungan besar bagi pengusaha. Harga barang di Anambas diatur oleh pengusaha, sementara Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas tak mampu berbuat banyak.

Pantauan di lapangan, harga eceran beras Bulog Premium mencapai Rp11 ribu per kilogram. Padahal, harga dari dari distributor Bulog hanya Rp9 ribu. Tol Laut tampaknya tak mampu berbuat banyak untuk menekan disparitas harga sembako dan material lainnya di Anambas.

Terkait tingginya harga beras Bulog ini, salah satu pedagang di Tarempa mengatakan hal itu dipengaruhi harga beli mereka dari agen. "Kami beli sudah dengan harga yang tinggi, tentu kami jual tinggi. Kami juga perlu untung," ujar pedagang tersebut, Rabu (7/9/2016), seraya meminta namanya tidak ditulis.

Anambas tetap saja terpisah lautan luas dengan daerah lain di Kepri dan Indonesia, dan hal itulah menjadi alasan utama pengusaha untuk tidak menurunkan harga barang.

"Di Papua saja bisa mengurangi disparitas harga,tetapi di Anambas mengurangi disparitas harga barang itu sangat Mustahil bisa terjadi.‎