Wali Murid di Anambas Keberatan jika Full Day School Diberlakukan
Oleh : Fredy Silalahi
Selasa | 09-08-2016 | 18:50 WIB
full-day-school.jpg

Kesiapan yang harus diadakan jika full day scholl jadi diberlakukan untuk siswa SD dan SMP di Indonesia (Sumber foto: brilio.net)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Kebijakan Kurikulum 2013 program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika dijabat Anies Baswedan ‎masih belum kelar dan bahkan belum semua sekolah melaksanakannya. Namun, Kemendikbud Muhajir kembali menggagas kebijakan baru yakni Full Day School bagi anak yang menduduki bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama‎ (SMP).

Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kepulauan Anambas, Riorizal mengaku khawatirkan bila Kemendikbud diganti maka akan ada kebijakan yang berubah.

"Ini yang kami khawatirkan, belum juga kelar kebijakan 2013, udah datang lagi kebijakan baru. Namun, bila itu perintah dari atas tentu akan kami jalankan juga," ujarnya, Selasa (09/08/2016).

Dia menambahkan, bila Surat Edaran pemberlakuan Full Day School diberlakukan, tentu akan berat untuk dilaksanakan di beberapa sekolah. Pasalnya, beberapa sekolah masih kekurangan ruangan dan jam masuk sekolah digilir, yakni masuk pagi dan masuk siang.

"Seperti SDN 001 Siantan, kelas satu hingga kelas empat diberlakukan masuk siang. Sedangkan kelas lima dan enam masuk pagi, itu akibat kekurangan ruangan. Nah, jika Full Day School diberlakukan tentu banyak pertimbangan," tegasnya.

Sementara, salah seorang wali murid SDN 001, Nur, merasa keberatan jika diberlakukan Full Day Shcool. Pasalnya, dia meyakini anaknya tidak mampu untuk belajar selama 10 jam.

"Saya keberatan lah, saya pasti tahu gimana kemampuan anak saya. Jika belajar selama 10 jam, anak-anak pasti gampang jenuh. Ini arahnya pemerintah ingin menyamakan pendidikan di luar negeri, seperti di Malaysia dan Singapura. Malaysia dan Singapura ya pasti bisa lah, karena pendidikannya memang berkualitas, infrastrukturnya juga memadai‎. Anak belajar tentu perlu kenyamanan," terangnya.

"Kalau Malaysia dan Singapura tentu pasti bisa, lagian di sana biaya untuk pemenuhan gizi (daging dan susu) sangat murah‎, sementara di Indonesia ini semua serba mahal. Pemenuhan untuk gizi anak belum tentu terpenuhi. Tentu bila diberikan beban yang banyak, pasti anak tak mampu menerima semua," tambahnya lagi.

Dia pun menegaskan, bila ingin menyamai pendidikan di luar negeri, maka benahi terlebih dahulu  infrastruktur sekolah. Sehingga anak-anak betul nyaman berada di sekolah, dan yang terpenting harga sembako di Indonesia murah dan dapat dijangkau semua masyarakat.

"Iya, buat dulu seperti di luar negeri sana, ruang belajar nyaman, tenaga pengajar dibenahi, tentu anak-anak betah. Dan yang paling utama, harga daging dan susu serta buah-buahan dapat diatur sehingga dapat dijaangkau masyarakat kecil, karena itu untuk memenuhi gizi anak-anak," tegasnya.

Editor: Udin