Perhatian Pemerintah Pusat ke Natuna jadi Incaran Pekerja Bangunan Anambas
Oleh : Fredy Silalahi
Kamis | 28-07-2016 | 18:13 WIB
KM-Bukit-Raya-di-Anambas.jpg

KM Bukit Raya yang berlabuh di Pelabuhan Tarempa (Foto: Fredy Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Perhatian Pemerintah Pusat yang mengutamakan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Natuna, menjadi alasan utama para buruh bangunan Anambas untuk hijrah.

Salah satu buruh bangunan asal Semarang-Jawa Tengah, Agung, mengatakan pihaknya rela mengarungi lautan selama kurang lebih empat hari untuk tiba di Anambas menggunakan kapal Pelni. Tujuannya ke Anambas pun jelas untuk bekerja menjadi buruh bangunan. Sebab sejak tahun 2011 lalu, proyek fisik Pemkab Anambas banyak.

"Kami sudah lima tahun di Anambas, ‎kala itu proyek masih banyak. Namun mulai Januari 2016 lalu sama sekali tidak ada proyek. Uang masuk tidak ada, sementara biaya kehidupan tinggi. Enam bulan terakhir ini kami mantab (makan tabungan) trus. Jadi kami memilih pindah ke Natuna, karena ada juga relasi di sana nyuruh datang untuk mengerjakan proyek," ujarnya, Kamis (28/07/2016).

Agung menambahkan, teman-teman seperjuangannya sudah lebih awal berangkat ke Natuna. Dia pun mengakui beberapa proyek masih ada yang berjalan, namun karena pemenang lelangnya berasal dari Kalimantan, kontraktornya lebih memilih mendatangkan pekerja bangunan dari Kalimantan.

"Ada satu dua proyek yang berjalan, tetapi kontraktornya membawa ‎langsung dari Kalimantan, tentu kami tidak masuk. Mending menyebrang ke Natuna, karena di sana akan lebih banyak proyek untuk dikerjakan, kan perhatian Pemerintah Pusat tertumpu di sana (Natuna) semua. Teman-teman komunitas saya yang dari Jawa, sudah banyak yang berangkat ke Natuna sedangkan saya masih ada urusan di sini, nanti saya menyusul," terangnya ketika menjelang menaiki KM Bukit Raya yang akan berlayar ke Ranai, Kabupaten Natuna.

Sementara pekerja bangunan lainnya, Budi, mengatakan pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari cukup pas-pasan. Dia mengakui kurun waktu enam bulan belakangan ini, pendapatan pekerja bangunan turun drastis dengan persentase 70 persen.

"Upah pekerja bangunan Rp150.000 perhari, tentu cukup sesuai lah dengan biaya hidup yang tinggi di Anambas ini. Tetapi belakangan ini terasa betul susahnya, karena pekerjaan tidak selalu ada. Bahkan dalam waktu satu bulan untuk bekerja paling hanya satu minggu, itu pun karena dipanggil untuk memperbaiki rumah tetangga. Pasti tidak tahan juga kalau seperti ini, saya juga sudah berencana akan pindah ke Natuna," terangnya.‎

Editor: Udin