Palapa Ring Barat, Harapan Baru Masyarakat Pulau Terluar Anambas
Oleh : Nando Sirait
Selasa | 13-08-2019 | 18:28 WIB
akses-internet1.jpg
Masyarakat Anambas kini bisa menikmati akses internet dengan lancar. (Foto: Nando Sirait)

Masyarakat pulau terluar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kini dapat bernapas lega setelah hadirnya Palapa Ring Barat yang digagas oleh Pemeritah Pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI yang menggandeng Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Keterbatasan akses telekomunikasi lambat laun mulai teratasi, bahkan jaringan 4G LTE yang dulunya hanya mimpi, kini telah menjadi kenyataan bagi masyarakat Kepulauan Anambas.

Konon, sebelum hadirnya Palapa Ring Barat, akses telekomunikasi dan internet di Anambas sangat terbatas. Sebagai salah satu kawasan pariwisata yang menawarkan keindahan alam bawah lautnya, namun soal akses internet kondisinya sangat memilukan.

Freddy, salah seorang wartawan di Anambas, mengatakan, menjadi awak media massa sangat tergantung dengan kebutuhan internet untuk mengirimkan informasi mengenai peristiwa dan hal menarik serta kebijakan pemerintah daerah agar dapat diketahui oleh masyarakat di Kepri.

Sebelum masuknya Palapa Ring Barat, agar bisa mengakses internet bergantung pada wifi yang dimiliki oleh Pemda. Itupun bisa lancar di luar jam kerja, karena kalau dipakai siang hari pasti berebut dengan pegawai. Ini yang membuat penyebaran informasi dari Anambas selalu terlambat.

"Memang sudah ada provider Telkomsel, tapi hanya bisa digunakan untuk menelepon saja, untuk internet akan sangat lelet," ungkapnya, Selasa (13/8/2019).

Namun hadirnya Palapa Ring Barat saat ini, diakuinya membawa perubahan sangat berarti baginya serta masyarakat Anambas umumnya. Bagaimana tidak, perbandingan paling nyata dapat dilihat dari tingkat konsumtif masyarakat akan kebutuhan ponsel pintar. Selain itu, hadirnya PRB juga memberikan pilihan lain bagi masyarakat mengenai jaringan provider yang akan mereka gunakan.

Kini sudah ada pilihan lain bagi saya dengan masuknya Smartfren pada Maret lalu, dan perluasan jaringan yang juga dilakukan oleh XL. Apabila ada gangguan saat menggunakan satu operator, tinggal memindahkan akses internet ke operator satunya lagi dalam mengirimkan info peristiwa dan juga informasi mengenai kebijakan daerah kepada masyarakat di Kepri. Hal ini semakin memudahkan kami di era keterbukaan informasi, dan kami juga bisa lebih cepat mendapatkan informasi dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi yang berhubungan dengan Anambas.

"Tapi yang paling nyata adalah saat ini masyarakat semakin konsumtif dengan ponsel pintar, apapun mereknya yang penting sekarang masyarakat harus memiliki ponsel pintar," paparnya sambil tertawa.

Warga lainnya Syahril, yang tinggal di Kecamatan Siantan juga mengaku kehadiran PRB dalam menggaet ketertarikan provider swasta lain mulai dirasakannya, dan menghapus anggapan adanya monopoli pasar yang dilakukan oleh salah satu operator seluler. Kini sejak awal tahun 2019, ia bahkan mengaku sudah dapat menikmati berbagai permainan Mobile Game dalam menghabiskan waktu senggannya.

"Kami perlu pilihan lain selain yang sudah ada sejak kemarin, karena yang sudah ada menurut saya masih belum maksimal dalam memberikan layanan bagi kami warga pulau terluar di Indonesia. Untuk masalah ini, saya akui kami masih jauh tertinggal dari beberapa Kabupaten/Kota lain di Kepri ini," ungkapnya.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kepulauan Anambas, Japrizal mengungkapkan PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk merupakan dua provider swasta yang berani memperluas jaringan setelah sebelumnya akses komunikasi masyarakat di Anambas sendiri hanya menggunakan sarana yang disediakan oleh Telkomsel sebagai anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia.

Japrizal mengakui sebelum masuknya Anambas dalam program PRB oleh Kominfo, pihak provider swasta mengaku enggan menanamkan investasinya di Kabupaten tersebut sehingga akses telekomunikasi hanya tertumpu di Tarempa, Kecamatan Siantan dan belum merata ke seluruh desa maupun kecamatan.

"Tidak adanya PRB dulu membuat tidak ada operator seluler yang mau memperluas akses telekomunikasi ke pulau-pulau, baik itu ke Palmatak dan Jemaja. Padahal dua pulau itu merupakan objek vital nasional," ungkapnya, Senin (12/8/2018).

Japrizal juga menceritakan mengenai perjuangan Pemda yang selalu meminta agar Pemerintah Pusat dapat melakukan pemerataan akses telekomunikasi ke pulau - pulau terluar terutama Palmatak dan Jemaja yang menjadi daerah tujuan Pariwisata. Audiensi dengan BAKTI sendiri diakuinya juga kerap dilakukan, guna mendorong provider lain untuk mulai berinvestasi.

Hingga akhirnya perjuangan dan harapan masyarakat Anambas dalam mendapatkan akses telekomunikasi, dapat terwujud pada awal tahun 2018 sejak Menkominfo, Rudiantara memastikan bahwa provider sudah dapat menggunakan PRB sebagai backbone jaringan internet. Walau hal ini juga diakui dengan perjuangan yang dilakukan bersama dengan BAKTI dalam mendorong para provider swasta agar mulai melirik pangsa pasar di Anambas.

Akses internet di Kabupaten Anambas mengalami perubahan signifikan sejak Kominfo memasukkan Anambas sebagai salah satu daerah prioritas untuk kategori Pulau Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Dimana setahun sejak mulai diluncurkan di Anambas, PT XL Axiata Tbk yang pertama sekali melakukan perluasan jaringan dan memperkuat jaringannya di kawasan perbatasan ini. Dari data yang ada saat ini, 92 persen kawasan Anambas sudah tercover dan hanya tinggal beberapa desa lainnya yang diakui masih masuk kedalam kategori blank spot dan sinyal lemah.

Masuknya provider lain juga sebagai upaya Pemda dan langkah ke depan BAKTI Kominfo dalam pemanfatan Palapa Ring Barat dalam menghadirkan akses internet cepat dan sinyal 4G LTE. Pemda terus berupaya operator seluler baru maupun yang lama di Anambas dapat semakin memperluas jaringannya sampai di kecamatan yang belum terjangkau.

PRB membawa perubahan signifikan bagi masyarakat Anambas, saat ini sudah 92 persen wilayah tercover sinyal dari provider Telkomsel, XL, dan Smartfren yang baru saja masuk dengan sebaran layanan 2G, 3G, dan 4G. Tidak hanya itu, saat ini mereka bahkan sudah membangun beberapa Base Transciver Station (BTS) baru di wilayah mereka. Pemanfaatan PRB di Anambas untuk menjawab kesenjangan akses telekomunikasi sehingga negara hadir di daerah 3T dan perbatasan termasuk Anambas dalam mewujudkan Indonesia merdeka sinyal.

"Masuknya operator seluler Smarfren dan XL dalam membangun dan memperkuat layanannya di Anambas merupakan upaya Pemda ke pemerintah pusat dalam percepatan peningkatan akses telekomunikasi di daerah perbatasan," paparnya.

Walau hanya baru mencapai angka 92 persen, pihaknya mengharapkan hadirnya PRB nantinya juga dapat dirasakan oleh masyarakat di beberapa kecamatan dan desa lainnya. Namun hal ini diakuinya tidak akan berlangsung lama, dengan perencanaan pembangunan yang akan dilakukan oleh Mora Telematika Indonesia (Moretelindo) sebagai penyedia telekomunikasi.

"Di Palmatak dan Jemaja pihak provider akan mengembangkan layanannya di akhir tahun ini, InsyaAllah akan terbangun tower oleh Moratelindo sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi yang nantinya disana operator XL Axiata atau Smarfren dengan layanan 4G LTE dalam pemanfaatan banckbone Palapa Ring Barat untuk melayani masyarakat sekitar," lanjutnya.

Ketertarikan berinvestasi sejak adanya Palapa Ring Barat, juga diakui oleh Deputy CEO Mobility Smartfren, Sukaca Purwokardjono saat kunjungannya ke Batam di sela - sela kegiatan peluncuran Smartfren Kartu Perdana Batam, Kamis (25/7/2019) yang lalu.

Komunikasi dan informasi yang diberikan oleh BAKTI mengenai progres pengembangan PRB menjadi salah satu alasan pihaknya memantapkan diri untuk memperluas jaringannya di Kepri, terutama di Kabupaten Anambas, dan Kabupaten Natuna di awal tahun 2019. Dengan progres pembangunan yang dilakukan di dua pulau terluar ini, pihaknya juga mengakui bahwa cakupan internet yang disediakan oleh Smartfren di Kepulauan Riau sudah mencapai angka 80 persen.

"Kami bangun infrastruktur disana sesuai juga dengan cita - cita pak Jokowi, yang menginginkan harga bahan bakar di setiap Provinsi sama. Nah yang kami hadirkan konsepnya juga sama, cuma ini di bidang jasa komunikasi. Untuk kecepatan internet yang kami hadirkan di Anambas sendiri juga sama dengan kecepatan internet di kota - kota lain, mungkin kita bandingkan saja dengan Batam. Kecepatan dan promo yang kita hadirkan untuk masyarakat itu tidak ada bedanya, bahkan selama 4 bulan kedepan kami berikan promo unlimited gratis bagi masyarakat," ungkapnya.

Saat ditanyakan mengenai alasan investasi di kawasan Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T), Sukoco menambahkan bahwa hal ini sesuai dengan visi dan misi perusahaan yang ingin merambah dan menyapa masyarakat yang tidak pernah bersentuhan dengan internet bekecepatan tinggi.

"Apa yang kami lakukan di Anambas dan Natuna juga sebelumnya sudah kami lakukan di Balikpapan, kami memang menargetkan hadir untuk masyarakat di daerah pinggir dan perbatasan. Memang kalau dari segi komersil seharusnya kami berinvestasi di daerah perkotaan, tapi yang kami inginkan hanya ingin merambah pasar yang sebelumnya tidak pernah dirambah oleh jaringan internet berkecepatan tinggi," tuturnya. (*)