Sumber Air Bersih Terbatas

Masyarakat Anambas Diimbau Gunakan Air Bersih Seperlunya
Oleh : Fredy Silalahi
Jumat | 07-09-2018 | 09:28 WIB
waduk-anambas1.jpg
Salah satu waduk sumber air bersih masyarakat Siantan. (Foto: Fredy Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sarana dan Prasarana Air Minum (SPAM) Kecamatan Siantan Kabupaten Anambas Kepri mengakui kesadaran masyarakat untuk menghemat air bersih masih minim. Pasalnya, setiap air disalurkan banyak air yang terbuang sia-sia.

"Setiap pagi kita survey ke lapangan, untuk memastikan setiap rumah teraliri air. Namun fakta di lapangan, banyak masyarakat yang tidak memiliki daya tampung banyak, sehingga air sering terbuang," kata Pelaksana Harian (Plh) UPT SPAM Kecamatan Siantan, Zulkarnain, Kamis (6/9/2018).

Zul mengakui, masyarakat juga kerap didapati menggunakan mesin penghisap (sanyo) ketika air dialirkan. Alasannya masyarakat takut tak kebagian air bersih. Dampaknya, banyak masyarakat yang tak kebagian.

"Kita sudah menghimbau masyatakat tidak menggunakan mesin, alasannya selalu tidak kebagian air. Padahal tanpa mesin, semua masyarakat kebagian. Ketika mesin penghisap hidup, berdampak pada masyarakat yang lain. Ini menjadi dilema bagi kami, karena belum ada sanski bagi pengguna mesin. Acuan kami untuk menindak juga belum ada," jelasnya.

Zul menambahkan, mengubah pola masyarakat untuk menggunakan air bersih seperlunya harus dibuat regulasi seperti Perda maupun Perbub. Menurutnya apabila air sering terbuang, juga akan berdampak pada debit air.

"Karena kita mengharapkan air hujan dan mata air dari Gunung Samak. Seharusnya saat ini sudah bisa diberlakukan masyarakat untuk membayar air didukung dengan Perbub atau Perda. Namun kendalanya, air belum tentu teraliri setiap hari. Apalagi sampai saat ini belum ada turun hujan. Tetapi sejauh ini juga debit air masih stabil," ucapnya.

"Masyrakat membayar air juga bertujuan untuk menutup operasional petugas lapangan dan operasional SPAM. Estimasi kami sejauh ini, air perkubik atau per 1000 ton perlu biaya Rp 6.500. Tetapi ini belum bisa diterapkan," sambungnya.

Zul menguraikan, pihaknya sudah menghitung keperluan air perjiwa sebanyak 90 liter per hari atau 1 ton air per kepala keluarga (KK). Kebijakan tersebut untuk memeratakan pembagian air.

"Agar masyarakat kebagian, kita harus melepaskan 12.000 ton per hari, tetapi kita hanya mampu 900 ton. Oleh karena itu pembagiannya kita buat perzona, hanya mengalir 2 kali dalam sehari. Daya tampung tangki kita juga hanya 900 ton. Untuk kami sangat berharap masyarakat sadar akan ketersediaan air kita," imbaunya.

Dia menyinggung, meski sudah satu tahun serah terima dengan kontraktor pemenang lelang pembangunan SPAM, masih kerap terjadi pipa pecah. "Sudah setahun lebih serah terima SPAM ini, kami juga masih sering memperbaiki pipa pecah. Bahkan ketika subuh pun kami harus turun ke lapangan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat," tutupnya.

Seperti diketahui, pembangunan SPAM sebelumnya menelan anggaran berkisar Rp 28 miliar lebih. Namun sampai saat ini pengoperasiannya belum maksimal. Bahkan masyarakat harus sabar untuk menanti giliran pengaliran air bersih.

Editor: Dardani