Akibat Minim Pengetahuan

Anak Penyandang Disabilitas di Anambas Minim Perhatian Orangtua
Oleh : Fredy Silalahi
Senin | 28-05-2018 | 19:16 WIB
rakor-FKKADK.jpg
FKKADK Provinsi Kepri saat menggelar rakor dengan FKKADK Pemkab Anambas dan pemerintah di Aula Kantor Bupati, Senin (28/5/2018). (Foto: Fredy Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) Provinsi Kepri mengaku prihatin terhadap anak penyandang disabilitas di Anambas. Pasalnya, belum ada anak yang pernah melakukan terapi atau mendapat perhatian dari pemerintah.

"Ini tanggungjawab kita bersama. Terapi bagi anak penyandang disabilitas ini sangat perlu, karena akan membantu pertumbuhan anak," kata Emilda, Ketua Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK) Provinsi Kepri saat menggelar rakor dengan FKKADK Pemkab Anambas dan pemerintah di Aula Kantor Bupati, Senin (28/5/2018).

Emilda mengakui, minimnya pengetahuan orangtua untuk merawat anak penyandang disabilitas juga mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurutnya, masyarakat butuh edukasi untuk lebih paham merawat anak penyandang disabilitas.

"Hal yang utama harus diperhatikan yaitu makanan anak. Makanan anak normal dan penyandang disabilitas berbeda. Kita ada menemui beberapa anak penyandang disabilitas di Tarempa, Palmatak dan Nyamuk. Di sana kita sangat prihatin karena tidak tahu merawat anak penyandang disabilitas. ?Itu yang kami berikan pemahaman dan mengajak untuk dilakukan terapi," jelasnya.

Emilda menyinggung, selain terapi sejumlah anak penyandang disabilitas juga mempunyai potensi untuk keberlangsungan hidup yakni melakukan rehabilitasi di tempat yang sudah ditentukan Kementerian Sosial.

"Kita juga ada menemui anak di Palmatak yang berpotensi untuk menjahit. Di sana kita berikan pemahaman kepada orangtua agar memberikan anak ruang untuk mengikuti rehabilitasi. Karena si anak juga butuh keberlangsungan hidup. Orang tua juga tidak dibebankan biaya karena semua ditanggung Kementerian Sosial," ucapnya.

Emilda juga berharap FKKADK Anambas dan Pemerintah Daerah mampu memfasilitasi anak penyandang disabilitas untuk mengikuti rehabilitasi. "Selain Sekolah Luar Biasa (SLB), anak juga butuh tempat untuk menggali potensi yang dimilikinya," jelas Emilda.

Emilda menyinggung, di Anambas terdata ada 102 anak penyandang disabilitas yang meliputi 37 anak tuna daksa, 5 tuna netra, 22 tuna rungu, 13 tuna grahita, 25 penyandang disabilitas ganda.
"Sebutan penyandang disabiltas juga memengaruhi ko?ndisi psikis anak. Mulai sekarang mari kita rubah. Kita juga harus menghargai mereka," serunya.

Editor: Gokli