Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Walikota Jeonju Tanpa Kursi Kerja
Oleh : Saibansah
Selasa | 19-12-2017 | 17:26 WIB
walikota_jeunjo.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Walikota Jeonju Korea Selatan, Kim Seung-Su saat menerima BATAMTODAY.COM di ruang kerjanya. (Foto: Teguh)

ORANG nomor satu Jeonju Korea Selatan ini mungkin satu-satunya walikota di dunia yang tak punya kursi kerja. Dia bekerja sambil berdiri, ya berdiri. Mengapa Kim Seung-So bekerja sambil berdiri? Berikut catatan BATAMTODAY.COM Saibansah Dardani yang melihat langsung ruang kerja walikota berusia 48 tahun itu.

Ada pepatah Korea yang mengatakan, 'saat berdiri, ingin duduk, saat duduk, ingin berbaring, saat berbaring, ingin tidur'. Maka, untuk menghindari keinginan berbaring, apalagi tidur, maka Walikota Jeonju Korea Selatan, Kim Seung-Su mendisain meja kerjanya tanpa kursi.

"Saya bisa berdiri sampai tiga jam di sini," ujar Kim Seung-Su menjawab BATAMTODAY.COM, Senin (18/12/2017) sambil berdiri di balik meja kerjanya.

Karena itu, meja kerjanya pun lebih tinggi dari meja kerja biasa, seukurang pinggang orang dewasa rata-rata Asia. Di atas meja itu, bertumpuk buku-buku dan novel. Hanya ada beberapa lembar dokumen kerja. Jangan bayangkan meja kerja walikota yang banyak digandrungi kaum wanita itu terbuat dari bahan kayu mewah, tidak.

Semua furniture di ruangan kerjanya yang hanya sekitar lima lima kali lima meter itu, terbuat dari kayu-kayu bekas. Semacam kayu bekas palet dan tampak ada bekas paku di sana-sini. Dan ruang kerja walikota ini sangat jauh dari kesan angker. Karena ternyata, jika dia bertugas keluar kota, maka ruang kerja itu dibuka untuk umum.

Bahkan, anak-anak sekolah pun bisa makan bersama di meja panjang, tempat Kim Seung-Su menerima delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu. "Anak-anak sekolah bisa makan bersama di meja ini," kata Kim Seung-Su lagi.

Dengan gaya nyentriknya itu, ternyata Kota Jeunju yang dipimpin Kim Seung-Su adalah kota pariwisata nomor satu di Korea Selatan. Meski penduduknya hanya 650 ribu jiwa, tapi wisatawan yang datang dari seluruh dunia, tiap tahun mencapai 10 juta.

"Setiap tahun, kami kedatangan sepuluh juta wisatawan. Karena kami masih mempertahankan budaya dan warisan peninggalan pendahulu kami," tuturnya sambil mempersilahkan para delegasi PWI mencicipi teh gingseng.

Satu lagi, faktu membuktikan, mempertahankan warisan leluhur bangsa, menjadikan suatu bangsa tetap unggul.

Editor: Dardani