Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 0
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 39
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 39
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 77
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 1
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 39
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 39
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 77
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 2
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 40
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 40
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 77
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 3
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 40
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 40
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 77
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 0
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 39
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 39
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 85
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 1
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 39
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 39
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 85
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 2
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 40
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 40
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 85
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Uninitialized string offset: 3
Filename: models/Berita_model.php
Line Number: 40
Backtrace:
File: /home/t76248/public_html/application/models/Berita_model.php
Line: 40
Function: _error_handler
File: /home/t76248/public_html/application/controllers/Home.php
Line: 85
Function: daftar_berita_terkait
File: /home/t76248/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
1. METODOLOGI
1.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Kegiatan monitoring sosial ekonomi dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2015. Lokasi pengambilan data dilakukan di ke-7 (tujuh) desa site project Coremap-CTI Kabupaten Lingga, yaitu Desa Sekanah, Desa Limbung, Desa Mamut, Desa Tajur Biru, Desa Pena’ah, Desa Benan, dan Desa Batu Belubang.
1.2 Metode Pengambilan Data
Pada kegiatan monitoring sosial ekonomi ini dikumpulkan data primer dan sekunder. Informasi tentang data primer/dasar aspek sosial terumbu karang dikumpulkan melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Kegiatan survei di ke-7 (tujuh) desa di site project Coremap-CTI Kabupaten Lingga dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota rumah tangga. Pemilihan rumah tangga sampel dilakukan dengan metode sampling acak sistematis (systematic random sampling). Data yang dikumpulkan melalui kegiatan survei mencakup data rumah tangga dan data individu, dengan demikian, responden terdiri atas responden rumah tangga dan individu. Responden rumah tangga adalah kepala rumah tangga, tetapi jika tidak dapat ditemui digantikan dengan istri atau anggota rumah tangga dewasa (berusia 15 tahun ke atas) yang mengetahui kehidupan rumah tangga bersangkutan. Data rumah tangga yang dikumpulkan meliputi keterangan anggota rumah tangga dan kondisi ekonomi rumah tangga, seperti aspek sosial demografi anggota rumah tangga (jumlah anggota rumah tangga, hubungan dengan KRT, umur, jenis kelamin, pendidikan), status kegiatan ekonomi dan pekerjaan anggota rumah tangga. Data kondisi ekonomi rumah tangga mencakup variabel pendapatan dan pengeluaran. Data individu mencakup pengetahuan, sikap dan perilaku tentang pemanfaatan terumbu karang (termasuk biota yang hidup di dalamnya), serta pengetahuan dan keterlibatan dalam Program Coremap-CTI. Responden rumah tangga dan individu yang diwawancarai berjumlah 97 orang yang terdiri dari Desa Sekanah 4 orang, Desa Limbung 11 orang, Desa Mamut 5 orang, Desa Tajur Biru 18 orang, Desa Pena’ah 10 orang, Desa Benan 31 orang, dan Desa Batu Belubang 17 orang.
Disamping data primer, pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kegiatan desk review terhadap hasil penelitian/kajian sebelumnya dan bahan-bahan dokumentasi lain yang relevan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS 16.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Desa Sekanah
2.1.1 Geografis dan Administrasi
Desa Sekanah berada di pesisir utara Pulau Lingga yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Lingga Utara. Desa Sekanah berada pada posisi geografis 00°6’32” Lintang Utara dan 104°36’14” Bujur Timur. Desa Sekanah beriklim tropis, memiliki luas wilayah sebesar 55,50 km2 yang terdiri dari 3 (tiga) dusun, yaitu Dusun Sasah, Teregeh, dan Lundang, 2 (dua) Rukun Warga (RW), dan 5 (lima) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Sekanah berbatasan dengan Kelurahan Senayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Duara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Linau, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Mentade. Kondisi topografi berbukit dan memiliki hutan di daratan pulau yang masih relatif baik berdampak pada kehidupan masyarakat yeng berdiam di desa ini. Pada bagian yang mengarah ke pantai merupakan daratan sehingga wilayah tersebut dijadikan sebagai lokasi pemukiman, sedangkan pada bagian perbukitan yang terletak ditengah pulau banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seperti kelapa, kuini, dan sebagainya.
2.1.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Sekanah pada Tabel 1, secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-54 tahun jumlahnya mencapai 568 jiwa (61,14%). Persentase penduduk usia produktif (15-54 tahun) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
2.1.3 Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Sekanah pada Tabel 2 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk tidak tamat SD sebanyak 219 jiwa (26,87%) dan tamat SD sebanyak 305 jiwa (37,42%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.
2.1.4 Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman matapencaharian penduduknya. Masyarakat Desa Sekanah sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 456 jiwa (49,09%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Sekanah sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap. Jenis matapencaharian penduduk di Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 3.
2.1.5 Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.1.5.1 Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 4.
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).
2.1.5.2 Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 5.
Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.
2.2 Desa Limbung
2.2.1 Geografis dan Administrasi
Desa Limbung terletak pada posisi geografis 0°10’38” Lintang Utara dan 104°48’20” Bujur Timur. Desa Limbung termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Lingga Utara yang memiliki luas wilayah berkisar ±40.408 km2, beriklim tropis, terdiri dari 2 (dua) dusun, 7 (tujuh) Rukun Warga (RW), dan 14 (empat belas) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Limbung berbatasan dengan Kelurahan Senayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Keton, Sungai Pinang dan Bukit Harapan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Teluk, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pekaka. Desa Limbung tidak memiliki laut yang luas, walaupun desa ini terletak di pesisir pantai Pulau Lingga. Sebagian besar pulau-pulau yang berada disekitar desa tercatat sebagai bagian dari wilayah Kecamatan Senayang. Desa Limbung memiliki daratan yang lebih luas dan pulau-pulau yang berdekatan antara lain Pulau Kekek, Pulau Telon, Pulau Seranggas, Pulau Barok, Pulau Tikus, dan Pulau Hantu. Secara umum, Desa Limbung mempunyai topografi yang datar dengan kondisi pantai yang landai. Namun ada sebagian wilayahnya bergelombang dan tingkat kemiringan cukup tajam. Kondisi ini terdapat pada bagian pertengahan kampung. Kawasan ini banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seperti durian, duku, rambai, kuini, dan sebagainya.
2.2.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Limbung disajikan pada Tabel 6.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Limbung secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-46 tahun keatas jumlahnya mencapai 1.254 jiwa (83,77%). Persentase penduduk usia produktif (15-46 tahun keatas) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
2.2.3 Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Limbung pada Tabel 7 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk yang tamat SD sebanyak 740 jiwa (56,62%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.
2.2.4 Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman mata pencaharian penduduknya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Limbung dapat dilihat pada Tabel 8.
Masyarakat Desa Limbung sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 316 jiwa (64,50%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Limbung sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap.
2.2.5 Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.2.5.1 Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Limbung dapat dilihat pada Tabel 9.
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).
2.2.5.2 Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Limbung dapat dilihat pada Tabel 10.
Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.
Expand
2.3 Desa Mamut
2.3.1 Geografis dan Administrasi
Desa Mamut terletak pada posisi geografis 00°6’2” Lintang Utara dan 104°30’35” Bujur Timur. Desa Mamut terletak diantara Pulau Sebangka dan Pulau Bakung Besar. Desa Mamut memiliki luas desa berkisar 43,65 km2, beriklim tropis, terdiri dari 3 (tiga) dusun, 4 (empat) Rukun Warga (RW), dan 13 (tiga belas) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Mamut berbatasan dengan Desa Rejai, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sekanah, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Senayang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Panjang. Topografi Desa Mamut merupakan daratan dibagian yang mengarah ke pantai dan perbukitan dibagian pertengahan.
2.3.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Mamut pada Tabel 11, secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-54 tahun jumlahnya mencapai 320 jiwa (76,74%). Persentase penduduk usia produktif (15-54 tahun) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
2.3.3 Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Mamut pada Tabel 12 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk tidak tamat SD sebanyak 35 jiwa (8,40%) dan tamat SD sebanyak 199 jiwa (47,72%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.
2.3.4 Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman mata pencaharian penduduknya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Mamut dapat dilihat pada Tabel 13. Masyarakat Desa Mamut sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 389 jiwa (93,29%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Mamut sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap.
2.3.5 Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.3.5.1 Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Mamut dapat dilihat pada Tabel 14.
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).
2.3.5.2 Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Mamut dapat dilihat pada Tabel 15.
Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.
2.4 Desa Tajur Biru
2.4.1 Geografis dan Administrasi
Desa Tajur Biru berada pada posisi geografis 00°16’33” Lintang Utara dan 104°26’59” Bujur Timur. Desa Tajur Biru memiliki luas desa berkisar 143,3 km2, beriklim tropis, terdiri dari 3 (tiga) dusun, 7 (tujuh) Rukun Warga (RW), dan 15 (lima belas) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Tajur Biru berbatasan dengan Desa Pulau Medang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rejai dan Mamud, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulau Batang. Topografi Desa Tajur Biru merupakan daratan pada bagian yang mengarah ke pantai dan perbukitan pada bagian pertengahan.
2.4.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Tajur Biru pada Tabel 16.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Tajur Biru secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-54 tahun jumlahnya mencapai 1228 jiwa (69,53%). Persentase penduduk usia produktif (15-54 tahun) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
2.4.3 Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Tajur Biru masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk tidak/belum tamat SD sebanyak 904 jiwa (51,19%) dan tamat SD sebanyak 226 jiwa (12,80%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Tajur Biru dapat dilihat pada Tabel 17.
2.4.4 Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman mata pencaharian penduduknya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Tajur Biru dapat dilihat pada Tabel 18.
Masyarakat Desa Tajur Biru sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 461 jiwa (84,74%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Tajur Biru sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap.
2.4.5 Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.4.5.1 Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Tajur Biru dapat dilihat pada Tabel 19.
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).
2.4.5.2 Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Tajur Biru dapat dilihat pada Tabel 20.
Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.
2.5 Desa Pena’ah
2.5.1 Geografis dan Administrasi
Desa Pena’ah berada pada posisi geografis 00°10’1” Lintang Utara dan 104°49’27” Bujur Timur. Desa Pena’ah beriklim tropis, memiliki luas wilayah sebesar 1122 km2 yang terdiri dari daratan 73 km2 dan lautan 1.049 km2. Secara administratif, Desa Pena’ah terdiri atas 11 (sebelas) Rukun Warga (RW), dan 31 (tiga puluh satu) Rukun Tetangga (RT) dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Rejai dan Mamud, sebelah selatan berbatasan dengan Lingga Utara, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Kelit. Wilayah Desa Pena’ah pada bagian yang mengarah ke pantai merupakan daratan sehingga wilayah tersebut dijadikan sebagai lokasi pemukiman. Namun sebagian wilayahnya bergelombang dan tingkat kemiringan cukup tajam. Kondisi ini terdapat pada bagian pertengahan kampung, sehingga kawasan ini banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seperti kelapa, sukun, kuini, dan sebagainya.
2.5.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Pena’ah pada Tabel 21, secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-54 tahun jumlahnya mencapai 622 jiwa (64,26%). Persentase penduduk usia produktif (15-54 tahun) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
2.5.2 Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Pena’ah pada Tabel 22 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk tidak tamat SD sebanyak 205 jiwa (50,45%) dan tamat SD sebanyak 92 jiwa (26,30%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.
2.5.3 Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman matapencaharian penduduknya. Masyarakat Desa Pena’ah sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 345 jiwa (83,33%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Pena’ah sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap. Jenis matapencaharian penduduk di Desa Pena’ah dapat dilihat pada Tabel 23.
2.5.4 Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.5.4.1 Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Pena’ah dapat dilihat pada Tabel 24.
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).
2.5.4.2 Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Pena’ah dapat dilihat pada Tabel 25.
Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.
Bupati Kabupaten Lingga H. Alias Wello, S. Ip dan Wakil Bupati Kabupaten Lingga Muhammad Nizar, S.Sos