Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Agar 'Aman' Pulang ke Kampung, Tekong Pungut Rp50 Ribu dari TKI Ilegal
Oleh : Hadli
Rabu | 07-01-2015 | 18:15 WIB
tki ilegal hang nadim.jpg Honda-Batam
Rombongan TKI ilegal yang pulang ke kampung halamannya melalui Bandara Hang Nadim Batam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang pulang ke kampung halamannya lewat Bandara Internasional Hang Nadim dipungut Rp50 ribu per kepala untuk membayar sejumlah oknum aparat. 

Menurut penuturan salah seorang TKI ilegal bernama Bidin (48) asal Lombok, Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB) yang dijumpai BATAMTODAY.COM, di Hang Nadim bahwa ia bersama 50 orang temannya dimintai oleh tekong yang mengatur perjalanan kepulangan mereka sebesar Rp50 ribu per kepala. 

"Tadi setelah tiba di sini (bandara), satu orang kami diminta tekong uang Rp50 ribu. Katanya untuk bayar aparat," kata dia tanpa menyebut aparat yang dimaksud, Rabu (7/1/2014). 

Lebih lanjut disampaikan, dia sudah 6 tahun bekerja di Malaysia bekerja sebagai buruh bangunan, melalui jaringan mafia TKI ilegal di Surabaya. Namun tiap dua tahun ia bekerja serabutan di Malaysia ia kembali lagi ke tanah air menggunakan jalur laut yang biasa dipakai oleh jaringan TKI iIegal di Malaysia dan Indonesia, Batam. 

"Tiap dua tahun saya kerja di Malaysia saya pulang ke Lombok laagi ketemu keluarga, tapi saat berangkat lagi menggunakan jalur resmi. Pokoknya tiap berangkat menggunakan paspor sebagai pelancong, satu bulan di Malaysia sama tauke yang tampung saya limit paspor dimatikan, jadi pulangnya gunakan jalur laut pakai boat pancung ke wilayah Nongsa," jelas dia. 

Ia menjelaskan, dari kampung halamannya hingga tiba di Malaysia harus merogoh kocek Rp15 juta. Surat menyurat perjalanan hingga paspor, tambahnya semuanya diurus tekong TKI ilegal.  Untuk kembali ke tanah air melalui jalur ilegal dari Malaysia ke Batam dan terbang ke Surabaya dan menyambung ke Lombok harus membayar 3000 Ringgit Malaysia. 

"Itu belum termasuk tiket pulang sampai kampung, karena diminta lagi 1,2 juta untuk tiket pesawat transit melalui Jakarta. Juga termasuk uang Rp50 ribu untuk oknum aparat di bandara. Kalau tak bayar kami diancam akan ditangkap. Kalau dihitung 3000 ringgit hanya untuk ongkos sampai ke Batam gunakan jalur laut dari Malaysia" jelas dia. 

Ia mengaku kapok bekerja di Malaysia, karena tidak hanya uang dihabiskan untuk menuju dan kembali ke Malaysia, namun pada saat bekerja di negeri jiran, tenaga termasuk uang upahnya bekerja sebagai buruh bangunan juga dipangkas oleh tauke yang menampungnya. 

Pantauan di Bandara Hang Nadim, aparat kepolisian tampak tidak serius membasmi para tekong TKI ilegal ini. Bahkan para tekong ilegal yang mengatur perjalanan para TKI terlihat bebas membawa dan menjemput di bandara tersebut. 

Tekong TKI ilegal ini menggunakan modus biro perjalanan alias travel. Sehingga mempermudah mengurus ke pihak bandara untuk memperoleh pas bandara. 

Sementara itu, Kabag Umum dan Keuangan Bandara Hang Nadim, Suwarso mengatakan, sebagai pengelola bandara pihaknya sulit untuk membatasi langkah TKI, karena menurutnya, para TKI ini menggunakan jasa bandara sama seperti pengguna lainnya. 

Sehingga pengajuan BNP2TKI kepada BP Batam untuk menggunakan salah satu ruangan di Hang Nadim ditolak. "Karena mereka (TKI) menggunakan jalur domestik sama seperti pengguna lainnya, kecuali dari Malaysia langsung ke Hang Nadim," jelas dia. 

Editor: Dodo