Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Belum Dua Tahun Digunakan, Jalinbar Bintan Bergelombang dan Kebanjiran Air Pasang Laut
Oleh : Harjo
Selasa | 23-12-2014 | 17:22 WIB
jalinbar_banjir.jpg Honda-Batam
Air pasang yang membanjiri Jalan Lintas Barat Bintan.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Walaupun Jalan Lintas Barat (Jalinbar) baru dioperasikan belum genap dua tahun, ternyata secara konstruksi sangat jauh dengan harapan. Selain sudah beberapa kali tambal sulam, saat air laut pasang pun seluruh badan jalan di jembatan tiga, digenangi oleh air laut.

"Kami menyayangkan jalan lintas yang baru gunakan belum genap dua tahun sudah main tambal sulam. Apalagi posisi jalan pun sudah mulai tergenang air laut saat air laut pasang besar. Artinya secara konstuksi pembangunan jalan masih sangat kurang dalam perencanaannya," ujar Surya, warga Bintan kepada BATAMTODAY.COM, Selasa ( 23/12/2014).

Surya menyebutkan kalau perencanaan pembangunan jalan lintas barat melalui perencanaan yang benar, maka sudah mempertimbangkan kondisi alam secara matang dan saat air pasang pun jalan tidak akan kebanjiran

"Tambal sulamnya jalan lintas barat, salah satunya sangat dimungkinkan karena perencanaan yang dibuat masih kurang matang. Akibatnya, kontur tanah yang belum keras terus bergerak sehingga jalan pun semakin cepat rusak dan dalam waktu beberapa bulan harus dilakukan tambal jalan," imbuhnya.

Wakil sekretaris FKUI SBSI Bintan, Fauzi Ramadan, menilai dalam melakukan pembangunan jalan lintas barat pihak pemerintah, selain kurang dalam melakukan pengkajian juga  terkesan terlalu terburu-buru, sehingga kondisi tanah yang belum matang pun jalan sudah diaspal. Akibatnya, semua masyarakat yang memanfaatkan jalan merasakan selain kondisi jalan yang bergelombang, sudah mulai tambal sulam karena sudah semakin banyak aspal yang berlubang.

"Kalau masalah saat air laut pasang jalan tergenang air asin jelas salah satu bukti kurangnya kajian. Sehingga dalam waktu tidak terlalu lama jalan yang tergenang pun akan terkelupas dan rusak. Lagi-lagi memakan anggaran, yang seharusnya masih bisa untuk bangunan fisik yang lainnya," katanya.

Terkait hal tersebut sudah selayaknya, pigak yang berkompeten untuk meninjau kondisi di lapangan, apakah kondisi jalan disebabkan oleh alam atau karena kurangnya kajian awal.

Editor: Dodo