Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Easy Communicator, Aplikasi bagi Individu Berkebutuhan Khusus Belajar dan Berkomunikasi
Oleh : Redaksi
Senin | 22-12-2014 | 08:56 WIB

BATAMTODAY.COM - APLIKASI untuk anak-anak berkebutuhan khusus banyak yang bisa diunduh di internet. Kali ini, aplikasi Easy Communicator (ECO) yang dirancang untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autistik, remaja dengan cerebral palsy dan lansia yang bermasalah dengan kognitif.

Aplikasi tersebut dibuat untuk membantu orang-orang yang berkebutuhan khusus ini berkomunikasi dan belajar lebih mudah. "Pengembangannya difokuskan pada dua aspek. Pertama, program aplikasi komputer, dan kedua mendefinisikan elemen komunikasi yang menggunakan aplikasi," jelas Daniel Guasch, Direktur Dewan Aksesibilitas Universitat Politècnica de Catalunya (UPC) dan profesor di Departemen Teknik Jaringan.

Aplikasi ini akan tersedia untuk iOS dan tablet Android, dan versi beta dari kedua sistem itu diharapkan akan beroperasi pada bulan Desember ini. "Layanan Advisori Psikologi Pendidikan dari Garraf dan Marta Mata School di El Vendrell akan menilai kekurangan dari versi pertama sehingga dewan dapat menyempurnakan aplikasi ini," kata Daniel Guasch.

Elemen komunikasi dari Easy Communicator menggabungkan foto, piktogram, video, teks dan suara. Oleh karena itu, pesan tersedia dalam format alternatif dan komplementer. "Untuk menunjukkan konsep sekolah, misalnya, Anda dapat menggunakan kombinasi yang disesuaikan dengan foto sekolah pengguna, sebuah pictogram generik, video kata 'sekolah' dalam bahasa isyarat, kata atau teks yang diucapkan," jelasnya.

Aplikasi ini memungkinkan sumber daya eksternal dan sumber daya yang ditemukan oleh pengguna dapat dimasukkan. Menurut Daniel Guasch, sistem memperhitungkan koleksi piktogram, suara dan video, beberapa di antaranya bebas untuk digunakan.

Seperti sumber daya yang tersedia di portal grafis ARASAAC, dan sumber daya lain milik pengguna sendiri. Yang membedakan Easy Communicator dari aplikasi sejenis adalah interaksinya dengan pengguna, seperti sebuah permainan.

Platform open-source yang bebas juga memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi konten yang disesuaikan secara fleksibel. Proyek ini dilakukan oleh mahasiswa dan dosen di UPC mengikuti metodologi service-learning, yaitu yaitu bertujuan untuk mencari solusi untuk kasus nyata (kontekstual). (*)

Editor: Roelan