Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Amsakar dan Li Claudia Ditabalkan sebagai Dato' Setia Amanah dan Dato' Setia Bijaksana
Oleh : Aldy Daeng
Minggu | 15-06-2025 | 14:08 WIB
Dato_Amsakar_Dato_LiClaudia.jpg Honda-Batam
LAM Batam, sebagai penjaga marwah adat, menabalkan gelar Dato' Setia Amanah kepada Wali Kota Amsakar Achmad dan Dato' Setia Bijaksana kepada Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra (Foto: Aldy Daeng)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mentari belum tinggi, embun masih setia di pucuk-pucuk daun, ketika Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) di Batam Centre mulai dipenuhi undangan berpakaian lengkap adat. Mereka mayoritas dari kalangan keturunan Raja Melayu. Selain itu, sejumlah pejabat penting Kota Batam juga hadir menyaksikan prosesi sakral itu.

Minggu pagi (15/6/2025), bukanlah pagi biasa. Di tengah suasana yang penuh khidmat dan wibawa, dua pemimpin Batam, Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra, menjalani satu prosesi sakral, yaitu penabalan gelar Adat Melayu.

Tak seperti biasanya saat mereka turun ke lapangan, Amsakar bersiap berbusana laksana Raja Melayu, megah dan berwibawa. Li Claudia pun tampil anggun dalam balutan kebesaran adat, seolah melukiskan kembali kejayaan zaman Kesultanan Riau-Lingga dahulu.

LAM Batam, sebagai penjaga marwah adat, menabalkan gelar Dato' Setia Amanah kepada Wali Kota Amsakar Achmad dan Dato' Setia Bijaksana kepada Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra.

Gelar ini bukan sekadar simbol kehormatan, tetapi lambang restu dan pengakuan adat atas kepemimpinan mereka.

Simbol Marwah dan Lambang Amanah

Prosesi dimulai dengan tarian sekapur sirih, sebagai pembuka yang membawa makna penghormatan kepada tamu utama.

Lantunan syair Melayu yang merdu seakan menjadi doa pembuka langit, membasuh hati yang hadir dengan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang.

Pembacaan Warkah Gelar pun dilangsungkan, berisi petuah dan makna mendalam dari nama yang disematkan.

"Yang setia menjunjung sumpah, yang amanah memegang petuah, yang taat pada alurnya, yang kokoh pada janji dan marwah..." begitulah untaian petuah yang dibacakan, menegaskan bahwa gelar adat datang bersamaan dengan tanggung jawab yang tak ringan.

Ketua LAM Batam, YM. H. Raja Muhammad Amin, memakaikan tanjak di kepala Amsakar, disusul dengan penyematan pin dan pemakaian keris, serta penyerahan warkah dan surat keputusan.

Tanda bahwa Amsakar sah menyandang gelar Dato' Setia Amanah, pemimpin yang diharap jujur, teguh, dan bertanggung jawab atas marwah negeri.

Kepada Claudia, prosesi dilakukan oleh istri Ketua LAM. Tudung mantuh disematkan, selendang kehormatan diselempangkan, dan SK serta Warkah gelar diberikan, sebagai penanda Claudia telah ditabalkan menjadi Dato' Setia Bijaksana, pemimpin perempuan yang lemah lembut dalam tutur, tapi tegas dalam tindakan.

Mereka lalu duduk di singgasana, Amsakar bersama sang istri Erlita, dan Claudia di sisi lainnya, laksana raja dan wakil raja di balairung zaman silam.

Singgasana lainya tepatnya disisi Amsakar Achmad duduk istri dari almarhum Nyat Kadir, salah satu tokoh sentral Melayu Batam dan Kepri, Nyat Kadir juga Mantan Ketua LAM.

Wali Kota Batam Amsakar Achmad menegaskan, Adat bukan hiasan belaka, namun, sebuah jalan kepemimpinan.

Penabalan gelar Dato' Setia Amanah kepada Wali Kota Amsakar Achmad

"Gelar ini bukan kemuliaan, tapi pengingat atas beban yang kami emban. Jabatan itu tempat mengabdi, bukan tempat meninggi," ucap Amsakar dalam sambutannya, dengan suara bergetar.

Ia menyebut, tugas seorang pemimpin tak ubahnya seperti pohon rindang: berdiri tegak agar orang banyak dapat berteduh.

"Kami hanya dua orang, tapi harus mendengar dan melayani lebih dari sejuta jiwa. Jika dijalankan bersama, InsyaAllah ringan," katanya.

Tak hanya itu, Amsakar berikrar menjadikan nilai-nilai budaya Melayu sebagai napas pembangunan Batam. Dari arsitektur gedung pemerintahan yang bernuansa Melayu, hingga pemutaran lagu-lagu Melayu di aula dengan corak kemeasan nan megah mnejadi ruangan sejarah, hal itu menjadi bentuk nyata pelestarian identitas.

"Kita tidak bisa besar tanpa akar. Melayu bukan masa lalu, tapi fondasi masa depan," tegasnya.

Amsakar juga menyinggung sejumlah pencapaian 100 hari pertamanya, mulai dari raihan WTP ke-13, kedatangan pejabat pusat, pertemuan dengan Presiden terpilih, hingga peningkatan pelayanan publik dan penanganan banjir.

"Kalau kita bersatu, kerja seberat apa pun bisa kita ringan-ringankan. Jangan saling menjatuhkan, mari saling menguatkan," pungkasnya.

Sementara itu Wakil Walikota Li Claudia, siap untuk menjadi pemimpin dengan kelembutan dan tegas dalam tindakan. Ia pun menyampaikan rasa haru dan bangganya.

"Gelar ini bukan sekadar penghargaan, tapi tanggung jawab. Saya ingin memimpin dengan kelembutan tapi bertindak dengan ketegasan, mengambil keputusan dengan hati yang tulus," ujarnya, dengan mata berkaca-kaca.

Li Claudia berjanji akan menjawab kepercayaan yang diberikan dengan kerja nyata, membuktikan bahwa perempuan juga bisa membawa perubahan tanpa kehilangan kearifan.

Sebagai Ketua LAM Batam, Raja Muhammad Amin mengungkapkan, penabalan itu berdasarkan jabatan masing-masing.

Dato' Setia Amanah dilekatkan pada Amsakar Achmad selaku Wali Kota agar ia senantiasa amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin daerah.

Penabalan gelar Dato' Setia Bijaksana kepada Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra

Sedangkan gelar Dato' Setia Bijaksana dilekatkan pada Li Claudia Chandra dengan harapan agar ia senantiasa mendapingi Amsakar dalam membuat keputusan yang bijaksana.

"Untuk Wakil Wali Kota Batam, beliau kita beri penganugerahan tanda kehormatan adat berbeda dengan wali kota. Kalau Pak Wali kita pergi gelar kebesaran adat," kata Muhammad Amin.

Muhammad Amin menegaskan, gelar itu akan melekat kepada keduanya selagi masih menjabat dan tidak melanggar norma, adat, dan etika.

Selain itu, LAM Batam berharap dengan penabalan keduanya dapat memimpin Kota Batam ke depannya menjadi daerah yang maju, aman, dan harmoni.

Amin juga menitipkan pesan agar Kota Batam dapat terus menjadi daerah yang menghidupkan nuansa-nuansa kemelayuan sebagai jati diri.

"Kita harus tahu betul Batam sebagai wilayah heterogen agar harmoni dalam keberagaman," tuturnya.

Prosesi ditutup dengan tepuk tepung tawar, ritual sakral masyarakat Melayu sebagai permohonan keberkahan, keselamatan, dan penolak bala.

Dalam prosesi ini, air mawar, daun-daunan, dan beras kunyit digunakan sebagai simbol doa yang mengalir dari alam kepada insan pemimpin.

Tepuk tepung tawar menjadi penutup sekaligus pembuka perjalanan baru bagi Amsakar dan Claudia. Sebab adat telah merestui, maka marwah harus dijaga, amanah harus ditunaikan.

Dengan resminya gelar ini, Batam tak hanya punya pemimpin administratif, tapi juga pemimpin yang telah diberi restu oleh adat. Dan dalam adat Melayu, restu adalah kekuatan, amanah adalah harga diri.

Editor: Surya