Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kemendiktisaintek Dukung Integrasi AI dan Kolaborasi Pendidikan di Forum BRICS 2025
Oleh : Redaksi
Sabtu | 07-06-2025 | 11:28 WIB
integrasi-AI.jpg Honda-Batam
Pertemuan Menteri Pendidikan BRICS ke-12 di Brasilia, Brasil, Kamis (5/6/2025). (Foto: Kemendiktisaintek)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia menunjukkan komitmennya dalam memajukan kerja sama pendidikan global dengan berpartisipasi aktif dalam Pertemuan Menteri Pendidikan BRICS ke-12 yang digelar di Brasilia, Brasil.

Dalam forum tersebut, Menteri Pendidikan Brasil, Camilo Santana, menyambut hangat kehadiran Indonesia dan berharap kontribusi Indonesia akan memperkaya dinamika kerja sama pendidikan lintas negara anggota BRICS.

Sebagai ketua BRICS 2025, Brasil menetapkan empat isu utama dalam agenda pendidikan, yakni: pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan dasar, penguatan kerja sama pendidikan dan pelatihan vokasi (TVET), harmonisasi sistem asesmen dan pengakuan lintas batas, serta ekspansi jejaring universitas BRICS.

Menanggapi isu strategis tersebut, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Indonesia, Brian Yuliarto, menegaskan pentingnya peran AI dalam transformasi pendidikan. "Integrasi AI bukan semata soal teknologi, melainkan tentang menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, memperkuat efisiensi guru, serta memperluas akses pendidikan secara merata," jelas Brian, saat memberikan sambutan, demikian dikutip laman Kemendiktisaintek.

Ia mengungkapkan, sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia, Indonesia telah mengambil langkah konkret dalam penerapan teknologi digital di sekolah-sekolah. Salah satunya melalui peluncuran platform pembelajaran berbasis AI bernama 'Supperapp Rumah Pendidikan' yang memberikan akses layanan pendidikan yang terpersonalisasi bagi siswa, guru, dan sekolah.

Selain itu, mulai 2025, Indonesia secara bertahap mulai mengajarkan dasar-dasar AI dan pemrograman (coding) sejak jenjang pendidikan dasar. "Kami menargetkan 50 persen dari lebih dari 100.000 sekolah di Indonesia akan mengajarkan AI dan coding pada tahun 2028," tambah Brian.

Dalam forum yang dihadiri para menteri pendidikan negara anggota BRICS, Brian menekankan bahwa pemanfaatan AI harus dilakukan dengan bijaksana dan etis. "Kami sepakat bahwa integrasi teknologi harus memperhatikan prinsip inklusivitas, kepekaan budaya, serta pendekatan yang berfokus pada manusia. Oleh karena itu, kami mendorong kolaborasi antarnegara dalam tata kelola AI yang bertanggung jawab," tegasnya.

Indonesia juga menyampaikan dukungan penuh terhadap pembentukan ruang kolaborasi pendidikan tinggi BRICS, termasuk dalam pengembangan Jaringan Universitas BRICS (NU). "Kami ingin menjadi anggota aktif dan berkontribusi dalam kelompok tematik yang relevan, seperti ketahanan pangan, digitalisasi pendidikan, ekonomi hijau, dan energi terbarukan," terang Brian.

Menurut Brian, visi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia --yang dikenal sebagai Diktisaintek Berdampak-- adalah mendorong perguruan tinggi menjadi pusat inovasi, kolaborasi industri, dan keterlibatan masyarakat melalui penelitian yang aplikatif. "Kebijakan ini kami harapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan pasar tenaga kerja global yang semakin dinamis," jelasnya.

Dengan semangat kolaboratif dan orientasi pada masa depan, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk berkontribusi aktif dalam membentuk sistem pendidikan BRICS yang lebih inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.

Editor: Gokli