Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bahkan Ketika Jalan Keadilan Terasa Sunyi

HUT ke-74 Persaja, Kajati Teguh Subroto: Jaksa Harus Terus Bela Kepentingan Publik
Oleh : Paskalis Rianghepat
Kamis | 15-05-2025 | 08:08 WIB
1405_potong-tumpeng-persaja_93248348.jpg Honda-Batam
Kajati Kepri, Teguh Subroto didampingi Kajari Batam, I Ketut Kasna Dedi Saat Pemotongan Tumpeng Peringatan HUT Persaja ke-74 Tahun, Rabu (14/5/2025). (Foto: Paskalis Rianghepat/Batamtoday)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pagi itu, Rabu 14 Mei 2025, di ruang aula Kejaksaan Negeri Batam yang lengang dan beraroma penegakan hukum, tumpeng kuning berdiri khidmat di atas meja. Di sekelilingnya, para jaksa berdiri tegak.

Hari Rabu, 14 Mei 2025, menjadi hari istimewa bagi para jaksa, karena hari ini digelar upacara peringatan hari jadi ke-74 Persatuan Jaksa Indonesia atau Persaja, organisasi profesi yang tak pernah lelah mengukuhkan marwah kejaksaan di republik ini.

"Upacara ini bukan sekadar seremonial," ujar Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kepri Teguh Subroto membuka upacara peringatan HUT ke-74 Persaja, dengan nada tegas. "Ini adalah cermin. Refleksi. Sebuah pengingat atas amanah besar yang kita emban sebagai penegak hukum," lanjutnya.

Meski ulang tahun resmi Persaja jatuh pada 6 Mei, dan upacara baru digelar seminggu kemudian, namun semangat yang menyelimuti aula Kejari Batam pagi itu tak luntur sedikit pun. Dalam balutan seragam cokelat kebanggaan, para jaksa larut dalam narasi panjang perjalanan organisasi yang lahir pada tahun 1951 itu. Awalnya bernama PERSADJA, dan mengalami transformasi berkali-kali sebelum kembali mematri nama PERSAJA.

Dengan tema "PERSAJA Bersinergi Mendukung Institusi Wujudkan Asta Cita Penegakan Hukum", terasa bukan hanya slogan, tapi tekanan moral. Dari podium, Teguh menggarisbawahi peran strategis Persaja dalam membumikan nilai hukum, mulai dari reformasi sistem pidana, advokasi di Mahkamah Konstitusi, hingga edukasi tentang KUHP baru.

"Jaksa bukan sekadar profesi," katanya. "Ia adalah amanah. Ia adalah kunci rahasia kesejahteraan umum," ucap Teguh mengutip pesan legendaris mantan Jaksa Agung R. Soeprapto.

Tak hanya sejarah yang diulas, tapi makna simbol. Lambang Persaja dijabarkan tuntas: dari kepak sayap enam bulu yang melambangkan tanggal 6 Mei, perisai lima sudut, hingga pedang yang mencerminkan keberanian dalam menegakkan hukum. Semua bukan sekadar hiasan di dada, tapi kompas moral.

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, tantangan jaksa kian kompleks. Kejahatan lintas negara, disinformasi digital, hingga tekanan politik menjadi medan baru. Persaja, lewat seminar, jejaring global, hingga upaya memasukkan jaksa ke ranah internasional seperti IAP, disebut terus memperkuat daya saing dan kapasitas anggotanya.

Puncak acara ditandai dengan pemotongan tumpeng, ritual simbolik yang membungkus janji diam-diam dalam balutan tradisi. Di tengah gema Tri Krama Adhyaksa, Satya, Adhi, Wicaksana, para jaksa mematri ulang kesetiaan terhadap sumpah profesi.

"Jiwa korsa itu penting," ujar Teguh. "Tanpa solidaritas, tanpa kebanggaan kolektif, kejaksaan bisa kehilangan rohnya," lanjutnya.

Ia menutup sambutan dengan harapan, agar Persaja tetap menjadi pilar yang menegakkan integritas, mendampingi jaksa dalam badai zaman, dan terus membela kepentingan publik, bahkan ketika jalan keadilan terasa sunyi.

"Batam mencatat, sejarah berulang, di balik setiap potong tumpeng, ada pengabdian yang tak pernah pensiun," pungkasnya.

Editor: Gokli