Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diperlakukan Tak Manusiawi, Dua Calon Pekerja Berhasil Kabur dari Penampungan di Batam Kota
Oleh : Aldy Daeng
Rabu | 22-03-2023 | 13:52 WIB
0112_pekerja-kabur-001122.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Dewi (kiri) dan Novi (kanan), dua calon pekerja yang berhasil kabur dari penampungan PT Apin di bilangan Batam Kota, Kota Batam. Keduanya berupaya kabur karena diperlakukan tidak manusiawi selama di penampungan. (Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Novi (37) dan Dewi (39), dua warga Kabupaten Subang, Jawa Barat, ini harus terlantar di Kota Batam, setelah kabur dari tempat penampungan milik perusahaan PT Apin Indonesia Sukses di Kawasan Batam Center pada Jumat (17/3/2023) lalu.

Dua wanita yang mengaku sudah janda ini, berhasil ditemui BATAMTODAY.COM, setelah mendapat informasi dari masyarakat di bilangan Nagoya, Kecamatan Lubuk Baja. Dua wanita paruh baya itu mengaku kabur dari tempat penampungan lantaran diperlakukan tidak manusiawi.

Ditemui di Kawasan Jodoh pada Rabu (22/3/2023), Novi menuturkan, dia bersama puluhan orang di tempat penampungan milik perusahaan PT Apin kerap mendapat perlakuan tidak manusiawai sejak tiba di Batam pada 1 Februari 2023 lalu.

Wanita asal Desa Bondanas ini mengatakan, awalnya direkrut pihak perusahaan untuk bekerja di wilayah Provinsi Kepri sebagai penjaga lansia, dengan iming-iming gaji Rp 3,5 juta per bulan.

Namun, antara pihak perusahaan dengan Novi dan pekerja lainnya, terjadi kesepakatan, setelah bekerja gaji Rp 3,5 juta akan dibagi dua 50 persen untuk perusahaan dan 50 persen untuk mereka (pekerja).

"Sebelum berangkat kami disuruh teken kwitansi senilai Rp 5 juta. Itu katanya sebagai biaya perjalanan dari kampung sampai ke Batam ini," ujar Novi.

Setelah tiba di Batam, Novi bersama beberapa rekannya yang direkrut dari Pulau Jawa, bergabung dengan puluhan calon pekerja yang sudah lebih dahulu berada di tempat penampungan milik perusahaan itu.

Di sana, Novi dan Dewi mengaku mulai mendapat perlakukan tidak manusia, seperti tidur hanya beralas tikar, makan hanya nasi putih, terkadang hanya mie instan 8 bungkus untuk 20 orang.

"Teman saya pernah juga ada yang dipukul pakai sendal. Kalau ada yang sakit dibiarkan saja begitu. Kami tak bisa keluar dari ruko lantai 4 itu. Dan apa yang dijanjikan pihak perusahaan, tak ada yang sesuai. Kami bak di neraka di sana," ungkap Novi yang juga diamini Dewi.

Mengingat apa yang awalnya dijanjikan pihak perusahaan, kata Novi, dirinya pernah meminta uang untuk dikirim ke keluarganya di kampung. "Kan awalnya dijanjikan per tanggal sekian dapat gaji. Pas kita minta supaya ada dikirim ke kampung tak dikasih, malah disodorkan kwitansi pinjaman Rp 600 - 1 juta. Pun uangnya tak pernah kami terima," bebernya.

Setelah 14 hari di tempat penampungan itu, Novi akhirnya diberangkatkan pihak perusahaan ke Moro, Kabupaten Karimun, untuk menjaga lansia di sana. Selama satu bulan bekerja di Pulau Moro, Novi belum menerima haknya seperti yang dijanjikan awal, biarpun hanya 50 persen.

"Setelah satu bulan, majikan saya mau ke Malaysia, jadi saya dipulangkan ke perusahaan. Di kantor saya minta gaji saya, tapi hanya dikasih pinjaman sebesar Rp 1,1 juta, dengan alasan saya bekerja belum sampai 6 bulan," terang Novi.

Setelah kembali lagi ke tempat penampungan pada 15 Maret 2023, perlakuan pahit yang dulu pernah dirasakannya itu kembali terjadi. Merasa tidak tahan lagi, akhirnya Novi dan Dewi memutuskan melarikan diri dari tempat penampungan itu.

"Kami kaburnya hari Jumat (17/3/2023) kemarin. Kami sampai ke Lubuk Baja. Di sana ada keluarga yang baik hati mau menampung kami untuk sementara," katanya.

Kepada BATAMTODAY.COM, Novi dan Dewi berharap kepada instansi terkait agar bisa menolong calon pekerja yang ada di penampungan milik PT Apin saat ini, karena sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi.

"Kami harap ada yang menolong kawan-kawan kami di penampungan, di sana ada juga yang sudah berumur 45 ke atas. Kasian mereka, sudah berbulan-bulan di sana. Kalau mau pulang mandiri juga harus menyiapkan uang yang banyak. Padahal untuk makan saja, kami sudah tak punya uang," keluh Novi.

Editor: Gokli