Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pilih Kasih Penyambungan Listrik di Kampung Beringin Bintan, Ada Apa dengan PLN?
Oleh : Harjo
Jumat | 03-02-2023 | 11:40 WIB
kabel-listrik-beringin.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Bentangan kabel listrik di Kampung Beringin, Desa Kuala Sempang, Kabupaten Bintan. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Sekiatar 20 persen warga yang bermukim di Kampung Beringin, Desa Kuala Sempang, Kabupaten Bintan, belum menikmati penerangan listik hingga tahun 2023 ini. Mereka berharap Program Kepri Terang, yang menjadi andalan Gubernur Kepri Ansar Ahmad di masa kepemimpinanya, bisa menjadi solusi.

Adapun warga yang bermukim di Kampung Beringin atau yang biasa disebut Kampung Jibut itu, sekitar 100 kepala keluarga (KK). Sekitar 80 persennya sudah tersambung listrik, namun tidak untuk 20 persen lagi.

Setahun yang lalu, warga secara swadaya telah membentang kabel sepanjang 2.240 meter dengan 30 tiang penyangga. Bahkan, sebagian warga yang sudah membayar biaya pemasangan listrik ke PLN.

"Untuk pemasangan tiang dan kabel di RT02/RW05 Kampung Beringin ini atas petunjuk Dinas ESDM Kepri. Namun untuk pemasangan listrik, PLN beralasan kampung tersebut masih status hutan lindung," ungkap Sutomo, salah satu perwakilan warga Kampung Beringin, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (3/2/2023).

"Nah, yang menjadi pertanyaan kami, kenapa 80 persen warga sudah disambung listrik sama PLN, sementara 20 persen lagi tidak. Kalau alasan hutan lindung, semua perkampungan ini hutan lindung, kenapa pilih kasih?" ungkap Sutomo lagi.

Ironisnya lagi, kata Sutomo, sebagian besar warga yang sudah membayar pemasangan listrik, sudah mendapat Sertifikat Laik Operasional (SLO) dari PLN. Hanya saja, sebagian sudah dipasang dan sebagaian lagi tak dipasang listrik.

"Ada apa dengan PLN dan pemerintah. Kenapa harus membedakan warga yang 20 persen lagi?" keluhnya.

Sutomo pun berharap pemerintah daerah bisa memberikan solusi agar warga Kampung Beringin secara menyeluruh bisa menikmati aliran listrik, baik lewat Program Kepri Terang maupun dengan program-program lainnya.

"Warga menggunakan penerangan seadanya, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari di rumah tangga, terutama untuk penerangan anak-anak saat belajar di rumah, sangat tidak maksimal. Kalau mengandalkan mesin genset, hanya mampu sekitar 3 jam setiap harinya, itu pun selain harga BBM mahal juga sulit didapat dan jarak tempuh dari kampung ini jauh. Belum lagi ditambah dengan kondisi jalan tanah, bisa dibayangkan kalau musim hujan," bebernya.

Editor: Gokli