Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Revolusi Mesir, Revolution by Internet
Oleh : Tunggul Naibaho
Jum'at | 11-02-2011 | 06:53 WIB
wael2.jpg Honda-Batam

Manajer Marketing Google Inc untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, yang tiba-tiba berubah menjadi Pahlawan bagi rakyat Mesir karena mampu menggerakan revolusi melalui internet. (Foto: Ist).

Batam, batamtoday - Didalam sebuah pergolakan politik selevel revolusi, selalu harus ada seseorang atau sesuatu yang menjadi musuh bersama. Juga selalu harus ada tokoh penggerak, juga sesuatu atau seseorang sebagai simbol perlawanan.

Dan pada abad iptek ini, ada satu syarat lain yang tidak bisa tidak harus ada, yaitu: media.

Dan pada revolusi Mesir yang baru saja berhasil menumbangkan Husni Mubarok, kesemua syarat tersebut ada dan lengkap.

Musuh bersamanya adalah Husni Mubarak, tokoh penggeraknya adalah Wael Ghonim, simbol perlawananya adalah Khaled Said, dan media pengerak utamanya adalah facebook dan twitter.

Siapa Husni MUbarak? Jelas, dia adalah musuh bersama rakyat Mesir. Dia lahir di sebuah desa kecil di Delta Sungai Nil, dari sebuah keluarga miskin, pada 4 Mei 1928. Meski miskin, ia mampu lulus dari Akademi Militer Mesir pada 1949, dan mulai bertugas di Angkatan Udara sejak 1950.

Karir militernya sukses, terutama saat ia memimpin pasukan menggempur Israel yang menginvasi semenanjung Sinai pada perang Yom Kippur 1973. Dan sukses itu mengantarkanya menjadi orang nomor dua di Mesir pada masa Presiden Anwar Sadat.

Ketika Sadat tewas terbunuh pada 6 Oktober 1981, maka Mubarak menjadi Presiden, hingga Jumat 11 Februari 2011 kemarin, Mubarak berkuasa selama 30 tahun.

Lalu siapa tokoh penggeraknya? Tokoh penggeraknya adalah Wael Ghonim. Siapa Wael Ghonim?

Wael Ghonim memang bukanlah siapa-siapa dalam peta politik Mesir. Dia hanyalah seorang anak muda berusia 30 tahun, yang punya karir profesional cukup cemerlang sebagai manajer marketing Google Inc. untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Meski memiliki karir cemerlang dan kelimpahan uang dan hidup nyaman di Dubai, Uni Emirat Arab, namun dia rela tinggalkan itu semua dan terjun ke dalam pergolakan politik Mesir.

Lalu dengan apa, dan bagaimana cara dia menggerakan rakyat Mesir, sehingga dia patut disebut salah seorang tokoh penggerak demonstrasi pada Revolusi Mesir kemarin itu?

Sebagai seorang eksekutif pada perusahaan informasi internet terbesar dunia, Google, tentu saja Ghonim sangat tahu dengan apa ia akan menggerakan rakyat Mesir.

Aku tinggal butuh simbol, pikirnya. Dan dengan cepat simbol pun didapat Ghonim, yaitu Khaled Said, seorang pemuda cerdas yang mati dibunuh sekelompok oknum polisi Mesir di sebuah warnet di kota Alexandria.

Kematian Khaled Said tidak dapat diterima rakyat Mesir, terutama dari kalangan anak muda. Foto Khaled Said muncul di surat-surat kabar dan juga dunia maya dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Kematian Khaled yang baru berusia 28 tahun, begitu membekas dan memilukan di setiap hati rakyat Mesir.

Ghonim yang juga tidak dapat menerima kekejaman rezim Mubarak atas nasib Khaled Said, akhirnya menjadikan Khaled Said sebagai simbol perlawanan yang dihadirkan Ghonim ke tengah-tengah rakyat Mesir yang memang sudah muak dengan kediktatoran Mubarak.

Lalu melalui facebook, Ghonim pun membuat akun yang diberinama, 'We All Khaled Said'.


Facebook

Melalui jejaring sosial facebook maka segera Ghonim melakukan gerakan perlawanan bawah tanah, dan mengorganisir aksi melalui akun, We All Khaled Said.

Tentu saja, setelah itu Ghonim pun melakukan kontak-kontak rahasia dengan para tokoh oposisi utama di Mesir seperti, pemenang Nobel Mohammad ElBaradai.

Rezim yang melihat aksi Ghonim dapat membahayakan kedudukan Mubarok segera menangkap Ghonim pada 27 januari 2011 dan memblokir internet di Mesir, sehari kemudian

Pemutusan hubungan internet dilakukan Mesir selama 5 hari, dan mendapat kecaman keras dari pemimpin dunia dan juga kalangan usaha. Namun akibat tindakan edan itu, Mesir mengalami kerugian sebesar USD90 juta akibat pemutusan selama 5 hari.

"Ini (pemblokiran internet total) adalah yang pertama kalinya dalam sejarah," ucap Rik Ferguson dari vendor keamanan internet Trend Micro.

Ghonim mengalami penahanan selama 11 hari, dan dia dapat keluar berkat lobbi dari banyak pihak

Lepas dari tahanan polisi, pada 7 Februari, Ghonim bukan kembali ke Dubai, tetapi malah balik ke Bundaran Tahrir, dan mengorganisir aksi lebih besar lagi melalui facebook dan twitter.

Namun kini sang manajer ini telah berubah, rakyat Mesir tidak lagi melihatnya sekedar sebagai seorang facebooker, melainkan sudah dianggap sebagai pahlawan perlawanan atas rezim Mubarak.

Karenanya, orasi-orasi Ghonim di hadapan massa di bundaran Tahrir menjadi mantera luarbiasa bagi massa sehingga tetap mampu bertahan dalam gelombang aksi marathon, hingga Mubarok tumbang.

Dan rupanya cita-cita tersebut tercapai, 4 hari kemudian, tepatnya Jumat 11 Januari 2011, Hosni Mubarak, tumbang.

Itulah Revolusi gaya Mesir. Revolution by Internet.