Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Kampung Setengar Seibeduk Hentikan Aktivitas Pengerukan Tanah
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 01-03-2021 | 17:39 WIB
keruk-tanah.jpg Honda-Batam
Aktivitas pengerukan tanah di Kampung Setenggar, Seibeduk, Batam, Senin (1/3/2021). (Foto: Irwan HIrzal)

BATAMTODAY.COM, Batam - Warga Kampung Setengar, RT 04/RW 10, Kelurahan Duriangkang, Kecamatan Seibeduk, tampak kesal dengan aktivitas pengerukan tanah yang melintas di pemukiman mereka.

Aktivitas pengerukan tanah sudah berjalan 4-5 bulan lalu, namun warga terkena imbasnya akibat melintasnya truk tanah di depan pemukiman warga. Tidak hanya berdebu, jalan akses utama yang dibuka warga Kampung Setengar juga rusak.

"Mereka (proyek) pengerukan tanah ini melintas di jalan utama masyarakat. Hari-hari kita mengisap debu dari aktivitas proyek ini. Kami sepakat mendatangai lokasi pengerukan dan memberhentikan aktivitas tersebut," kata seorang warga Kampunh Setengar, Sunato, Senin (1/3/2021).

Sunato mengatakan, warga mendatangi lokasi pengerukan pada Sabtu (27/02/2021) lalu. Dalam pertemuan tersebut perwakilan proyek pengerukan tanah Sadam Husein dan Fredy Sinaga menyepakati beberapa poin.

"Ada beberapa poin kesepakatan dengan perwakilan proyek. Dalam kesepakatan tertulis disebutkan perusahan bersedia membersihkan jalan, melaksanakan penyemprotan dan perbaikan jalan yang rusak dan berdebu Kampung Setengar. Apabila perusahan/proyek tidak melaksanakan kesepakatan tersebut warga sekitar pengerjaan proyek pengerukan tanah akan dihentikan," katanya.

Ia menjelaskan, sampai sejauh ini tidak ada etika baik dari pihak yang mengerjakan proyek pengerukan tanah kepada warga. Padahal jalan yang dilintas truk tanah ini merupakan jalan utama yang kerap dilintasi oleh warga sekitar.

"Tanah ini ditimbun di Kavling Seidaun belakang Perumahan Piayu Residen. Mereka (proyek) melintas di jalan utama kampung Setengar. Dampak lingkungannya sangat besar, debu bertebaran ke rumah-rumah dan masjid. Dan jangka panjang akibat pengerukan tanah ini bisa mengakibatkan longsor. Jadi kami minta pimpinan proyek bisa bertanggungjawab akibat dampak lingkungan yang dihasilkan dari pengerukan tanah," jelasnya.

Dari pantauan di lapangan, pengerukan tanah itu tepatnya di depan Masjid Lantabur Qur-an. Truk-truk tanah itu melintas keluar jalur utama pemukiman warga sebelum menuju jalan umum. "Dari lokasi proyek sampai jalan utama hampir 1 Km. Kita yang melintas dijalan ini berdebu. Belum lagi banyak pengendara motor yang terjatuh akibat jalan rusak dan bergelombang," kesal Sunato.

Editor: Gokli