Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rawan Banjir dan Gempa, Arsip Layanan KUA Segera Didigitalisasi
Oleh : Redaksi
Sabtu | 16-01-2021 | 19:54 WIB
M-fuad.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sekretaris Ditjen Bimas Islam M Fuad Nasar. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sejumlah daerah di Indonesia termasuk kawasan yang rawan banjir dan gempa. Selain merenggut kerugian jiwa dan materi yang tidak terkira, peristiwa ini juga berdampak pada kerugian sejarah dan khazanah literasi, karena rusaknya arsip dan khazanah literasi yang tidak ternilai, namun jarang disadari, termasuk arsip layanan Kantor Urusan Agama (KUA).

"Kita akan siapkan mitigasi. Langkah yang dilakukan antara lain digitalisasi arsip dan khazanah literasi, penataan tempat penyimpanan koleksi arsip dan perpustakaan yang relatif aman, dan lainnya," kata Sekretaris Ditjen Bimas Islam M Fuad Nasar di Jakarta, Sabtu (16/01/2021), demikian dilansir laman resmi Kemenag RI.

Menurutnya, penyelamatan arsip dan khazanah literasi sangat penting diperhatikan dalam mitigasi banjir dan gempa, termasuk arsip dan khazanah literasi keagamaan sebagai aset peradaban umat dan kekayaan bangsa. Warga masyarakat, organisasi keagamaan dan instansi pemerintah seperti Kementerian Agama, dalam hal ini KUA, Sekolah/Madrasah bahkan Pondok Pesantren perlu mengembangkan sistem mitigasi yang menyangkut penyelamatan arsip dan khazanah literasi mengingat tingginya potensi banjir, gempa, dan kerusakan lingkungan di berbagai wilayah Tanah Air belakangan ini.

"Saya pernah mendapat laporan musnahnya arsip akta ikrar wakaf di KUA yang berada di wilayah rawan banjir, sedangkan dokumen tersebut dibutuhkan dalam pensertifikatan tanah wakaf maupun dalam penanganan sengketa wakaf," tuturnya.

"Kita juga patut prihatin kalau koleksi kitab/buku dan manuskrip tidak terselamatkan dan disia-siakan setelah kena banjir dan sebagainya," sambungnya.

Kerugian sejarah dan sumber literatur keilmuwan, kata Fuad, sampai kapan pun tidak dapat diganti. "Saya terenyuh suatu ketika mengunjungi Perpustakaan dan Museum Yayasan Prof A Hasjmy di Banda Aceh, setelah pemulihan pasca bencana gempa dan tsunami Aceh. Saya membayangkan bagaimana dengan koleksi pribadi ulama dan milik warga yang tidak diurus oleh instansi pemerintah, siapa yang peduli," jelasnya.

Fuad menilai penyelamatan dan konservasi aset sejarah, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan dokumen negara, tidak dapat dipisahkan dari mitigasi dan penanggulangan banjir dan gempa. Perhatian dan kepedulian semua kalangan, baik masyarakat maupun instansi pemerintah, sangat dibutuhkan, demi kepentingan masa depan bangsa dan generasi mendatang.

"Ini yang perlu kita masifkan ke depan dalam konteks layanan KUA, meski di sebagian KUA sudah dilakukan agar arsip layanan bisa segera didigitalisasi," tandasnya.

Kemenag juga mengajak organisasi filantropi keagamaan agar menaruh perhatian dan berkontribusi dalam penyelamatan dan digitalisasi arsip dan khazanah literasi keagamaan.

Editor: Gokli