Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Natuna, Pulau Karantina Corona Pertama di Indonesia
Oleh : Saibansah Dardani
Jum\'at | 27-11-2020 | 14:20 WIB
A-SAIBAN-BUPATI-NATUNA-HAMID.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Menikmati indahnya Gunung Ranai usai bincang santai dengan Bupati Natuna Hamid Rizal (baju putih). (Foto: Ist)

JANGAN pernah melupakan pengorbanan masyarakat Natuna. Mereka telah menerima 285 orang yang dievakuasi dari pusat episentrum Covid-19, Wuhan Hubei, China, Sabtu 1 Februari 2020 lalu. Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Natuna pasca karantina? Berikut catatan perjalanan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari Natuna.

Jarak Desa Kota Tua Penagih, dengan Bandara Ranai, tempat 285 orang yang dikarantina, terdiri dari 238 WNI dan sisanya, kru penjemput, hanya sekitar satu kilometer. Angin dari hanggar Bandara Ranai pun terhirup oleh warga Penagih. Begitu pun sebaliknya.

Ke Penagih perjalanan malam hari itu saya tempuh, menuju kota tua di tepi laut yang melewati akses utama Bandara Ranai. Kemudian, melintasi kompleks perumahan tentara. Sudah barang tentu, ada prosedur yang harus dipatuhi. Mulai dari membuka jendela mobil, mematikan lampu saat melewati pos pemeriksaan.

Begitu memasuki pintu gerbang Penagih, langsung terasa nuansa kampung pelantar yang banyak ditemui di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Bedanya, pelantar Kota Tua Penagih sudah terbuat dari beton, tidak dari kayu lagi. Bahkan ada juga kantor instansi pemerintah di antara deretan rumah warga Penagih.

BACA JUGA: Natuna Dipastikan Jadi Lokasi Observasi WNI dari Wuhan China

Sengaja saya ingin berkunjung ke Penagih, meski malam hari. Karena saya ingin mencoba merasakan bagaimana kekhawatiran warga desa Penagih saat ratusan warga Indonesia dari Wuhan itu dikarantina di Natuna. Hanya berjarak sekitar satu kilometer dari sana.

Sebenarnya, tidak hanya warga Desa Panagih saja yang khawatir tertular penyakit yang kala itu belum banyak diketahui publik. Tapi juga sebagian besar warga Pulau Natuna pun merasakan hal yang sama. Sampai-sampai Bupati Natuna Hamid Rizal meliburkan anak-anak sekolah untuk melindungi mereka. Sayangnya, keputusan sang bupati itu "ditorpedo" oleh pejabat pusat di Jakarta. Dan keputusan libur sekolah pun dibatalkan.

BACA JUGA: Masyarakat Natuna Menolak Kampung Mereka Dijadikan Karantina WNI dari Wuhan China

Namun dalam kurun waktu yang relatif singkat, pendekatan persuasif yang dilakukan oleh Bupati Natuna bersama dengan berbagai stakeholder daerah maupun pusat, akhirnya menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Natuna. Mereka pun dapat menerima kehadiran saudara sebangsa itu dikarantina di Natuna sebelum kembali ke kampung halaman mereka masing-masing.

Maka, dalam perbincangan santai dengan Hamid Rizal di rumah dinasnya di kaki Gunung Ranai di Bukit Arai, di Jalan Batu Sisir, Desa Sungai Hulu, Kecamatan Bunguran Timur, Senin 16 Maret 2020 lalu, sang bupati itu pun menuturkan banyak hal tentang corona. Mulai didemo warganya sendiri, karena mau menerima warga Indonesia dari Wuhan. Sampai bagaimana strateginya mengawal masyarakat Natuna agar terhindari dari serangan corona.

"Yang saya lakukan meliburkan anak sekolah itu adalah untuk melindungi rakyat Natuna, rakyat saya, tapi saya ditelpon dari Jakarta," ujar Hamid Rizal dalam perbincangan santai sore itu.

BACA JUGA: Hamid Sebut Masyarakat Natuna Sudah Mulai Paham soal Karantina 238 WNI dari Wuhan

Padahal, lanjut Hamid Rizal, yang menelpon itu junior saya. Meski pun telah menjadi Dirjen di Depdagri, saya masih bisa berkomunikasi langsung. Jadi, saya jelaskan mengenai bagaimana susahnya menjelaskan masyarakat Natuna mengenai corona, karantina dan sebagainya.

"Tidak mudah, tapi harus saya sampaikan kepada masyarakat Natuna, ini keputusan pusat, harus kita dukung. Lagi pula, yang dievakuasi itu adalah saudara kita sebangsa, jadi harus kita bantu, itulah adab kita bangsa Melayu, selalu ingin membantu," papar bupati yang sedang berjuang menjadikan Natuna sebagai provinsi khusus kepulauan itu.

BACA JUGA: Warga dan Anggota DPRD Ngamuk Tolak WNI dari Wuhan Diobservasi di Natuna

Ternyata, berkat keikhlasan dan kelapangan hati yang ditunjukkan masyarakat Natuna selama dua minggu menerima ratusan warga Indonesia dari Wuhan itu, Tuhan membalas mereka dengan keberkahan. Berkah sehat dan terhindar dari serbuan secara masif wabah corona.

Terbukti, sampai dengan posisi hari ini, Jum'at 27 November 2020, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Kabupaten Natuna baru 1 orang. Pasien dengan riwayat sakit sesak napas dan dari hasil swab, semua keluarga pasien negatif. Meski demikian, satu orang pasien meninggal dunia ini adalah jumlah yang sudah harus distop. Cukup sudah, jangan ada lagi yang meninggal dunia karena Corona di Natuna.*