Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kominfo Ungkap 90 Persen Berita Hoaks di Dunia Digital Diseberakan Secara Sengaja
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-11-2020 | 19:36 WIB
90-persen-hoaks.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Dirjen IKP Kominfo, Widodo Muktiyo dalam webinar bertema 'Literasi Pemuda Tangkal Hoaks di Masa Pandemi Covid-19' di Jakarta, Selasa (10/11/2020). (Kominfo)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo menegaskan, sebanyak 90 persen berita bohong atau hoaks yang beredar di tengah masyarakat disebarluaskan secara sengaja melalui dunia digital sebagai alat propaganda.

"Berita bohong yang muncul didalam digital itu disengaja, artinya dengan sadar ingin mengacaukan dunia digital," kata Dirjen IKP dalam webinar bertema 'Literasi Pemuda Tangkal Hoaks di Masa Pandemi Covid-19' di Jakarta, Selasa (10/11/2020) lalu, demikian dikutip laman resmi Kominfo.

Menurut Dirjen IKP, dalam kehidupan digital yang tidak bisa lepas dari internet, handphone (HP) dan media sosial namun setiap orang mempunyai pilihan untuk menggunakan dengan baik dan bijak. "Kita bisa berhati-hati dan kritis dalam menerima informasi yang setiap hari beredar untuk meredam hoaks. Informasi yang beredar bisa menjadi 'makanan' yang menyehatkan, tetapi bisa juga menjadi 'racun' yang mengganggu kehidupan kita. Informasi bisa seperti pandemi kalau tidak berhati-hati, bisa menjadi tsunami informasi," tegasnya.

Dirjen Widodo Muktiyo berpesan, hoaks bisa muncul kapan saja dan dimana saja melalui media sosial, apalagi di tengah pandemi Covid-19 sejak awal pandemi hingga sekarang sudah ada lebih dari 1.220 hoaks yang beredar. Oleh karena itu masyarakat harus berhati-hati kalau menerima informasi atau berita.

"Kalau mendapat informasi yang diduga sensasional, sumbernya meragukan, bahasanya propokatif, sebaiknya kalau mau dihapus ya dihapus saja. Kalau ingin melihat silahkan dicek dulu kebenarannya melalui cek fakta," ujarnya.

Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi yang juga hadir dalam webinar menyampaikan, media sosial menjadi penyumbang terbanyak dalam penyebaran hoaks. Penyebabnya karena rendahnya tingkat literasi masyarakat. Selain itu, secara psikologis banyak orang beranggapan dengan menjadi yang pertama menyebarkan informasi merasa dirinya hebat.

Untuk meredam hoaks bisa dengan menumbuhkan budaya literasi digital. Menumbuhkan budaya membaca yang benar dan kritis serta mendekonstruksi konten dan informasi yang masuk. "Kuncinya tumbuhkan budaya membaca yang benar dan kritis," sebutnya.

Sementara itu, CEO Good News From Indonesia Wahyu Aji mengatakan, kalangan yang paling kuat terhadap hoaks adalah masyarakat muda karena tingkat literasinya sudah sangat baik dibandingkan dengan kalangan lainnya. "Kalangan yang paling kebal atau tahan terdahap hoaks adalah anak muda. Karena literasi mereka lebih baik dan terbiasa dengan dunia digital," jelasnya.

Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk menjadi duta literasi yang sangat bermanfaat di tengah masyarakat dalam memanfaatkan media sosial. "Media sosial sekarang efeknya tidak main-main. Hoaks tidak boleh dianggap sesuatu yang remeh. Kita harus aware potensinya sekaligus bahayanya," pungkas Aji.

Editor: Gokli