Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mahasiswa Muhammadiyah Kepri Khawatirkan Naiknya Angka Golput
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 28-09-2020 | 15:40 WIB
A-MAHASISWA-MUH-KEPRI.jpg Honda-Batam
Mahasiswa Muhammadiyah Kepri. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mahasiswa Muhammadiyah Kepri mengkhawatirkan kecilnya partisipasi publik pada Pilkada serentak 9 Desember 2020 di tengah pandemi corona. Selain karena dampak corona, meningkatnya jumlah Golput itu juga disebakan minimnya informasi gagasan para calon kandidat kepala daerah.

Demikian ungkap Ketua Mahasiswa Muhammadiyah Kepri, Anas Rullah Simanjuntak kepada BATAMTODAY.COM, Senin (28/9/20202). "Kami melihat para calon lebih mengedepankan jargon daripada adu gagasan dan visi-misi yang kongkrit," ujar Anas Rullah Simanjuntak.

Padahal, lanjut Anas Rullah Simanjuntak, sebenarnya ditunggu oleh masyarakat sebagai dasar penilaian terhadap para calon kepala daerah yang nantinya akan berlaga adalah gagasan mereka.

Apalagi, Pilkada serentak 9 Desember 2020 ini masih tarik ulur. Karena sebagian kalangan meminta Pilkada ditunda demi keselamatan dan kesehatan masyarakat. Tapi, sebagian lainnya juga menginginkan Pilkada tetap digelar sesuai rencana.

"Hingga saat ini pemerintah pusat, DPR RI, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) berada di pihak setuju. Mereka kukuh untuk tetap melaksanakan Pilkada 2020 sesuai jadwal," tambah Ketua Mahasiswa Muhammadiyah Kepri itu.

Sementara pihak-pihak yang tidak setuju berasal dari organisasi seperti Muhammadiyah, pemerhati dan praktisi kesehatan berargumen, penyebaran Covid-19 kian hari makin naik dan belum mampu dikendalikan dengan baik oleh pemerintah.

Seperti yang diketahui publik, perhelatan Pilkada 2020 akan diikuti sebanyak 270 daerah di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 9 provinsi berkontestasi gubernur, 37 kotamadya (pemilihan walikota dan wakil walikota), dan 224 kabupaten (pemilihan bupati dan wakil bupati).

Sementara itu, lanjut Anas, jika melihat tren golput selama pelaksanaan pemilu pasca reformasi cenderung naik. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) tingkat golput pada pilpres 2004 adalah sebesar 23,30%, pilpres 2009 menjadi 27,45%, dan pilpres 2014 naik kembali menjadi 30,42%.

Baru pada pilpres 2019 kemarin angka golput mengalami penurunan menjadi 19,24% saja atau yang paling rendah dari periode pilpres terdahulu khususnya pasca reformasi.

"Kami dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kepri mengkhawatirkan 'prestasi' tersebut akan kembali tercoreng alias angka Golput akan kembali semakin tinggi apabila pilkada 2020 ini tetap akan dilangsungkan," papar Anas Rullah Simanjuntak mengakhiri.

Editor: Dardani