Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berhasil Bangkit, Dubes Arif Ungkap Sejak Awal Jerman Tak Meremehkan Corona
Oleh : Redaksi
Sabtu | 30-05-2020 | 12:37 WIB
dubes-Arif-jerman.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Duta Besar Indonesia untuk negara Jerman, Arif Havas Oegroseno. (Foto: RMOL)

BATAMTODAY.COM, Berlin - Dampak pandemik virus corona baru atau Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap banyak negara, baik dari segi ekonomi maupun sosial.

Tidak terkecuali negara maju seperti Jerman, yang mengkonfirmasi kasus pertamanya pada 27 Januari 2020 lalu. Perkembangan penanganan Covid-19 hingga saat ini coba dijelaskan oleh Duta Besar Indonesia untuk negara Jerman, Arif Havas Oegroseno.

Dalam sebuah video conference yang disiarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Arif menjelaskan, hingga 28 Mei kemarin lusa, jumlah warga Jerman yang tercatat terinfeksi sudah mencapai 180 ribu orang.

Namun melalui segala daya dan upaya, pemerintahannya berhasil menyembuhkan 164 ribu orang atau 82 persen dari total warga yang terinfeksi di seluruh wilayah Jerman.

Sementara itu, jumlah warga yang tidak berhasil diselamatkan atau meninggal karena Covid-19 mencapai 8.450 orang atau 4 persen dari total terinfeksi.

Sebagai upaya pelacakan (tracing) penularan virus corona, Jerman telah memeriksa total 4 juta tes di seluruh wilayah Jerman. Jumlah ini adalah tes dengan peringkat ketiga terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (peringkat pertama) dan Rusia (peringkat kedua).

Arif mengatakan, salah satu negara di Eropa ini sedari awal sudah menganggap serius ancaman virus corona. Hal itu dapat dilihat sejak pertama kali virus ini masuk ke Jerman.

"Jadi pada saat kasus yang pertama kasus terdeteksi, pada saat itu juga tim krisis dibentuk. Kemudian tidak ada sikap meremehkan covid dari pimpinan yang tertinggi di Jerman," ucap Arif Havas Oegroseno Sabtu (30/5/2020).

"Tidak seperti negara lain yang menganggap hanya flu dan tidak perlu khawatir tapi kemudian jumlahnya lebih dari 100 ribu dari hari ke hari," sambungnya.

Kemudian dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 24 Februari dana vaksin Covid mulai digalang oleh pemerintah Jerman. Meski dalam perjalanan menemukan vaksin, penyebaran Covid-19 terus melebar dan penularannya meningkat.

"Jadi dana research vaksin itu sudah mencapai 3,5 miliar euro. Dan pada tanggal 23 April lalu, tes terhadap manusia sudah dilakukan 200 subjek, dan awal Juni ini diharapkan sudah ada pengumuman," ungkap Arif.

Namun, karena dalam perkembangan membuat vaksin keadaan infeksi di Jerman semakin meningkat, akhirnya pemerintahannya langsung menerapkan lockdown diseluruh negara bagian, yakni mulai tanggal 13 Maret.

"Tapi tidak semuanya ditutup, ada beberapa aspek kehidupan bisnis dan sosial yang masih buka, yaitu toko makanan, groceries stores, super market, restoran hanya boleh take away, rumah sakit harus tetap terbuka, klinik, dokter, apotek harus tetap buka," beber Arif.

Selain itu, bisnis logistik, jasa service seperti BBM, dan konstruksi bangunan tetap berjalan seperti biasa. Bahkan, masyarakat yang yang ingin berolahraga diluar rumah tetap diperbolehkan oleh pemerintahan Jerman.

"Bahkan kita dari KBRI, sesuai aturan kesehatan, juga melakukan olahraga bersepada, dan ada juga area jogging di lapangan-lapangan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Jerman," sebutnya.

Dua Minggu setelah lockdown, lanjut Atif, jumlah warga Jerman yang terinfeksi corona virus mencapai 100 ribu orang. Namun pada tanggal 28 April, sekitar satu bulan setelah itu, jumlahnya sudah menurun mencapai angka 50 orang/100 ribu.

Sehingga gelaran kompetisi olahraga seperti Bundes Liga dibuka kembali tanggal 16 Mei lalu.

"Kita lihat sejak lockdown pertama tanggal 13 Maret sampai Bundes Liga bermain, jeda waktunya tidak terlalu lama, sekitar 2 bulan dari jumlah infeksi yang sangat tinggi menjadi 50 orang/100 ribu, juga tidak terlalu lama," ungkap Arif.

Faktor lain yang mendorong Jerman bangkit dari krisis corona adalah infrastruktur kesehatan yang sangat bagus.

Di sana, terdapat 2 ribu rumah sakit, memiliki tempat tidur ICU sebanyak 28 ribu unit, dan memiliki ventilator sebanyak 35 ribu. Angka ini kata Arif sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa disekitar Jerman.

"Bahkan untuk pengetahuan kita bersama, cikal bakal alat ventilator pertama ditemukan di Jerman pada tahun 1907. Dan sekarang ini Jerman memebantu pasien dari negara-negara tetangga seperti Perancis," tuturnya.

Tak kalah pentingnya, negara yang pernah dipimpin Hitler ini juga membuat kebijakan yang cukup mempuni di sektor perekonomian.

Arif menyebutkan, Jerman menyiapkan dana stabilisasi ekonomi sebesar 600 miliar Euro, bantuan UMKM 165 miliar Euro, pinjaman untuk bank sebagai modal kerja sampai dengan 1 miliar euro dengan pengembalian satu tahun, serta utang untuk start up juga sampai 1 miliar euro dengan pengembalian 10 tahun.

"Jadi dari keterangan saya tadi, dari first case sampai dengan bundes liga, dari infrastruktur kesehatan, dari pengembangan vaksin, dan dari perkembangan ekonomi di Jerman, ada beberapa kesimpulan yang bisa dipetik," demikian Arif Havas Oegroseno.

Sumber: RMOL
Editor: Dardani